Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kakak Mencium Laki-Laki!



Kakak Mencium Laki-Laki!

0"Sabrina, di sini tidak aman. Ikutlah ke rumahku," Arka melepaskannya. Ia keluar dari mobil dan berpindah ke tempat duduk pengemudi, siap untuk pergi dari tempat itu.     
0

"Kak …" Sabrina sedang dalam posisi tidur di kursi belakang. Ia bangun dan berkata, "Aku menyetir sendiri ke sini. Kamu pulang saja dan aku juga akan pulang."     

"Sabrina …" mata Arka memerah, seolah berusaha untuk menahan perasaannya.     

"Kamu ingin membawaku ke rumahmu. Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu sering membawa wanita ke rumahmu seperti ini?" kata Sabrina sambil merapikan baju dan rambutnya.     

"Aku hanya ingin membawa kamu pulang," kata Arka dengan tenang.     

"Belum waktunya. Seharusnya, kalau kamu mau mengajakku ke rumahmu, tanyakan sebelum aku masuk ke dalam mobil," Sabrina memandang ke arah Arka. "Aku pulang dulu."     

Sabrina keluar dari mobil tersebut. Ia menutup pintunya dan kembali ke mobilnya sendiri.     

Tangan Arka terkepal, memukul setirnya dengan keras. Hari ini, ia terlalu tidak sabar. Ia tidak bisa menahan dirinya. Untung saja Sabrina tidak marah kepadanya.     

Sementara itu, Sabrina menyandarkan kepalanya di setirnya, menarik napas dan menghembuskannya berulang kali. Ia tidak tahu apa yang salah, tetapi mengapa ia tidak bisa menolak ciuman Arka?     

Kalau mereka tidak sedang berada di mobil dan di depan bar, tetapi di tempat lain, apakah mereka akan melakukan hal yang lebih?     

Sabrina benar-benar sudah tenggelam dan tidak bisa menolak Arka lagi.     

Dalam hati, Sabrina mengingatkan dirinya agar tidak berduaan bersama dengan Arka di tempat tertutup seperti itu karena ia merasa akan sangat mudah terjadi sesuatu di antara mereka.     

Sabrina menyalakan mobilnya. Saat ia melewati mobil Arka, ia menekan klakson satu kali dan pergi.     

Selama perjalanan, Sabrina memikirkan banyak hal. Ia menjadi semakin yakin bahwa pria yang ia sukai sebenarnya adalah Arka.     

Walaupun ia juga dekat dengan Aksa dan Mason, ia lebih memilih untuk bersama dengan Arka.     

Sabrina berhenti di sebuah persimpangan, di sebuah lampu merah dekat dengan rumah keluarganya. Saat melihat kaca spion, ia baru menyadari mobil di belakangnya adalah mobil Arka.     

Apakah ia mengikutinya dari bar tadi?     

Sabrina langsung menelepon Arka. "Kak, ada apa? Aku melihat mobilmu di belakangku."     

"Aku khawatir kamu pulang malam sendirian. Setelah kamu sampai rumah, aku akan pulang," jawab Arka.     

Sabrina merasa malu sekaligus senang. "Terima kasih sudah mau mengantarku. Aku sudah dekat rumah, kamu pulanglah."     

"Lampunya sudah hijau," Arka tidak mematikan ponsel tersebut. Ia terus mengikuti Sabrina hingga gadis itu tiba di depan rumahnya.     

Sabrina memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumahnya. Alih-alih masuk ke dalam rumah, ia malah keluar dan berjalan menuju ke mobil Arka.     

Arka menurunkan jendela mobilnya dan memandang ke arah Sabrina.     

"Kak, aku sudah sampai. Kamu pulanglah. Hati-hati di jalan," kata Sabrina sambil tersenyum manis.     

"Hmm …" Arka mengangguk.     

"Aku akan masuk ke dalam. Selamat malam," Sabrina melambaikan tangannya.     

"Aku tidak ingin mendengar kamu mengucapkan selamat malam. Aku ingin tidur bersama denganmu, bangun melihat wajahmu," kata Arka.     

Sabrina memandang Arka dengan terkejut. "Aku rasa kamu perlu menenangkan dirimu. Bagaimana kalau mendinginkan dirimu dengan AC?"     

Tangan Arka mencengkeram setirnya dengan erat. "Sabrina, aku tidak tahu mengapa semua ini terjadi. Aku hanya mencintaimu, hanya ada kamu di hatiku. Aku tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain. Jadi, jangan pernah pergi dariku. Jangan pernah sembunyi dariku, ya?"     

"Aku tidak bersembunyi darimu," bantah Sabrina.     

"Aku mengirimkan tiga pesan padamu siang tadi dan kamu tidak menjawab satu pun," kata Arka.     

"Aku di rumah nenekku, membantumu untuk mendapatkan kebun jeruk yang kamu inginkan. Nenekku tidak menyukai ayahmu dan memintaku untuk tidak memilihmu atau Kak Arka. Aku tidak bisa menjawab pesanmu di depan nenekku dan setelahnya aku lupa untuk menjawab," kata Sabrina dengan jujur.     

Alis Arka yang berkerut akhirnya menjadi sedikit lega. "Aku pikir …"     

"Kamu pikir aku sengaja mengabaikanmu? Aku benar-benar lupa untuk membalasnya. Kamu mengajakku untuk makan malam dan menonton bioskop besok? Baiklah, aku setuju," Sabrina tertawa.     

"Bagaimana dengan kebunnya?" Arka memandang Sabrina dengan senyum.     

"Tentu saja aku bisa mendapatkannya. Apakah kamu tidak tahu siapa aku?" kata Sabrina. "Tetapi aku sudah berjanji pada nenek untuk tetap mempertahankan sebagian besar pohonnya."     

"Aku akan mengatur arsitek yang bisa merancang ulang kebunnya," Arka mengulurkan tangannya ke arah Sabrina. "Kemarilah, aku mau membisikkan sesuatu padamu."     

Sabrina mendekatinya, tetapi Arka malah meraih lehernya dan memegang wajahnya dengan erat, mencium bibirnya dengan penuh gairah.     

"Uh?" Sabrina merasa panik. Ia berada tepat di depan rumahnya dan orang tuanya ada di dalam.     

Di kamar lantai dua, Samuel sedang memandang ke luar jendela dan berteriak. "Ayah, kakak berciuman dengan laki-laki di luar!"     

Raka langsung bangkit berdiri dan melihat ke luar jendela. Setelah itu, ia menutupi mata Samuel yang masih kecil. "Jangan lihat, kamu masih kecil."     

"Samuel, apa yang kamu katakan tadi?" Della baru saja memasuki ruangan sambil membawa susu hangat untuk putranya.     

Raka menarik Samuel dari jendela dan berkata pada Della. "Kamu panggil Sabrina dan suruh ia masuk. Mereka di depan pintu. Bagaimana kalau ada orang yang lihat?"     

Della langsung meletakkan gelas susu yang ia bawa dan melihat ke arah jendela. "Masa muda memang sangat menyenangkan."     

"Aku juga masih bisa," Raka memandang istrinya sambil tersenyum.     

Della memelototinya dan kemudian memandang Samuel. Samuel langsung berkata, "Jangan lihat aku. Aku tidak melihat apa pun, tidak mendengar apa pun."     

Sampai pintu rumah Keluarga Mahendra terbuka dan Della keluar dari pintu itu, akhirnya Arka melepaskan Sabrina dengan enggan.     

Ia mengelus wajah Sabrina dengan lembut. "Ibumu keluar. Biar aku menyapanya dulu."     

Sabrina langsung melangkah mundur dengan panik. "Apa yang kamu katakan? Sana pergilah!"     

Arka menyalakan mobilnya sambil tersenyum dan pergi.     

Della menghampiri Sabrina dan merangkul pundak putrinya. "Apakah itu Arka?"'     

"Ibu, jangan bertanya," Sabrina merasa malu.     

"Baiklah, baiklah. Ibu tidak akan bertanya. Bagus lah kalau kamu sudah memutuskan," Della memutuskan untuk tidak membuat putrinya lebih malu lagi.     

Setelah mandi, Sabrina berbaring di tempat tidurnya sambil memainkan ponselnya. Tiba-tiba, ia mendapatkan pesan dari Rio.     

Rio : Meksi kamu memanggil Arka dan meminta bantuannya, apa perlu kamu juga memanggil ibu Jason?     

Sabrina : Apakah kamu dihajar?     

Rio : Ya! Apakah kamu senang sekarang?     

Sabrina : Apakah kamu mau jadwal sehari-hari Maddison?     

Rio : Mau …     

Mason pernah mengirimkan jadwal sehari-hari adiknya di media sosial, termasuk kepadanya. Dan Mason pun menuliskan sesuatu di bawahnya.     

"Bagi yang ingin mengejar adikku dan mengajaknya kencan, ini adalah jadwal kerjanya."     

Sabrina langsung menyimpan foto itu dan memberikannya pada Rio.     

Saat ia melihat media sosial Mason lagi, foto itu sudah tidak ada. Sepertinya Mason sudah menghapusnya karena Maddison menemukannya dan meminta kakaknya untuk menghapusnya.     

Mason dan Maddison adalah kembar dan usia mereka sama. Maddison pernah mempunyai kekasih dulu, tetapi setelah putus dengannya, ia tidak pernah berpacaran lagi.     

Di antara para wanita Keluarga Atmajaya yang belum menikah, Maddison adalah yang paling tua, berusia 27 tahun.     

Putri Aiden, Adel dan putri Nadine, Maya, masih berusia 25 tahun. Kebetulan saat itu Anya dan Nadine hamil di saat yang bersamaan sehingga usia putri mereka hanya berbeda beberapa bulan saja.     

Putri yang paling muda di Keluarga Atmajaya adalah putri Ivan, Bella, yang masih kuliah.     

Saat ini, prioritas utama Keluarga Atmajaya adalah mencarikan jodoh untuk Maddison. Tidak apa-apa kalau laki-laki terlambat menikah, tetapi hal itu tidak berlaku untuk perempuan.     

Sabrina sedang membuka media sosial Mason dan saat merefreshnya, Sabrina melihat jadwal kerja Maddison lagi!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.