Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Skandal yang Menghancurkan Perusahaan



Skandal yang Menghancurkan Perusahaan

0"Mungkin aku tidak menyukaimu sebesar itu. Tiga pertanyaan yang aku berikan kepadamu itu, kalau kamu menanyakannya kepadaku, aku … Aku tidak akan memilihmu," Sabrina menundukkan kepalanya dengan malu.     
0

"Dasar bodoh. Aku tidak memaksamu untuk memilih antara aku atau ibumu. Kalau suatu hari nanti, kamu menikah denganku, ibumu tidak akan kehilangan putrinya. Ia hanya akan mendapatkan satu tambahan anak laki-laki."     

"Aku tidak akan menyuruhmu untuk memilih di antara karirmu atau aku. Kamu sangat bertalenta dalam hal desain. Aku harap kamu bisa menjadi semakin baik, mendesain perhiasan yang indah dan melakukan pekerjaan yang kamu cintai."     

"Mengenai kita berdua, kalau hanya ada salah satu dari kita yang boleh hidup, aku berharap kamu lah yang selamat. Jadi, dari ketiga pertanyaan itu, tidak memilihku adalah jawaban yang paling aku ingin dengar. Sabrina, aku sudah sangat puas dengan jawaban itu," Arka mengangkat tangan Sabrina dan mendekatkannya ke bibirnya, mengecup punggung tangan itu dengan lembut.     

Mata Sabrina memerah mendengarnya dan tanpa sadar air matanya mengalir. Ia mengangkat kepalanya dan menarik napas dalam-dalam. "Kak, mengapa kamu sangat baik padaku?"     

"Karena kamu pantas mendapatkan pria yang baik," Arka menghentikan mobilnya. Di sisi jalan, ia menghapus air mata Sabrina dengan lembut. "Aku harap kita bisa menghabiskan satu minggu ini dengan bahagia. Aku harap aku bisa mengajarimu bagaimana cara mencintai seseorang."     

"Apakah kamu tidak takut? Bagaimana kalau kamu mengajariku, tetapi aku malah mencintai orang lain?" Sabrina menangis sesenggukan.     

"Kalau orang itu juga mencintaimu, sama besarnya seperti aku mencintaimu, aku akan memberi dukungan kepada kalian," kata Arka dengan tenang.     

Pada saat itu, tiba-tiba saja ponsel Sabrina berbunyi. Saat mengeluarkan ponselnya dari tas, Sabrina melihat bahwa Della yang meneleponnya.     

"Ibu, aku di luar. Ada apa?" tanya Sabrina.     

"Ada sesuatu yang terjadi. Aku tidak bisa mengurusnya secara langsung karena aku sedang ada pekerjaan. Sebelumnya, kamu bersikeras untuk menggunakan Anna sebagai model perusahaan. Tetapi sekarang ada skandal yang melibatkan Anna. Mantan kekasihnya mengumumkan bahwa ia memiliki video saat mereka tinggal bersama. Begitu video ini tersebar, karir Anna akan hancur dan imej perusahaan juga akan terpengaruh. Cepat urus masalah ini," kata Della dari telepon. Suaranya terdengar panik saat menjelaskan dengan terburu-buru.     

"Jangan khawatir, Bu. Aku akan langsung menghubungi Anna," setelah menenangkan Della, Sabrina langsung menghubungi ponsel Anna. Tetapi ponsel tersebut mati.     

Ia menghubungi manajer Anna, tetapi manajer tersebut tidak menjawab panggilan. Di saat genting seperti ini, sepertinya semua orang memilih untuk berpura-pura mati.     

"Aku minta alamat Anna, sekarang juga!" Arka melihat Sabrina tidak bisa menghubungi Anna sehingga ia langsung membantunya.     

Tidak butuh waktu lama, Arka langsung mendapatkan alamat rumah Anna.     

"Duduklah. Aku akan mengantarmu ke tempatnya," Arka menyalakan mobilnya dan mengantarkan Sabrina menuju ke tempat tinggal Anna.     

Sabrina menelepon Della, "Ibu, aku tahu tempat tinggal Anna. Aku akan menemuinya. Apakah masih sempat untuk kita mengganti brand ambassador perusahaan?"     

"Ini sudah terlambat. Sudah terlambat. Kita sudah mengerahkan banyak modal untuk melakukan investasi dan juga iklan-iklan sudah disiarkan oleh perusahaan-perusahaan televisi besar," kata Della dengan panik.     

Wajah Sabrina sedikit berubah mendengarnya dan ia merasa sedikit menyesal. "Ibu, aku minta maaf. Aku yang mengenalkan Anna kepadamu. Biar aku yang mengurus masalah ini agar perusahaan tidak mengalami kerugian."     

"Di mana kamu? Ibu akan mengirim seseorang yang bisa membantumu," Della khawatir Sabrina akan pergi sendirian.     

"Aku sedang bersama dengan Kak Arka. Aku akan baik-baik saja bersama dengannya, jangan khawatir," kata Sabrina.     

"Oh! Kalau Anna tidak mau mengakui atau tidak mau bernegosiasi dengan kamu, dengarkan kata-kata Arka saja. Ia tahu apa yang harus ia lakukan," kata Della.     

"Baiklah," jawab Sabrina sebelum menutup telepon.     

"Apakah kamu sudah tahu bagaimana menghadapi Anna?" tanya Arka.     

Wajah Sabrina terlihat serius. Saat ia memasuki mode kerjanya, ia terlihat seperti orang yang berbeda.     

"Pertama-tama, aku ingin memastikan dulu apakah berita itu benar atau bohongan. Apakah memang ada video mengenai dia," kata Sabrina.     

Arka mengangguk, menyetujui rencana awal Sabrina. "Tetapi aku rasa Anna tidak akan mengakui hal semacam ini.     

Sabrina menyipitkan matanya yang indah dan berpikir matang-matang. "Kalau reputasi Perusahaan Perhiasan Mawardi hancur karena Anna, ia tidak akan bisa menanggung akibatnya. Berdasarkan hubunganku dengannya, aku yakin ia akan mengakuinya. Aku yakin ia akan jujur padaku."     

Bibir Arka sedikit bergerak, tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk diam dan tidak mengatakan apa pun.     

Mereka bergegas menuju ke tempat tinggal Anna dan menemukan ada banyak wartawan yang sudah menunggu. Para wartawan itu tahu area di mana tempat Anna tinggal, tetapi tidak tahu bangunan yang mana.     

Arka keluar dari mobilnya dan menggandeng tangan Sabrina, berjalan menuju ke arah daerah tersebut.     

Begitu mereka muncul, seseorang muncul dari dalam untuk menyambut mereka.     

"Tuan, saya yang diatur untuk menemui Anda," kata orang tersebut.     

"Tunjukkan jalannya," jawab Arka dengan serius.     

Darma mengantarkan mereka menuju ke sebuah bangunan. Setelah itu, ia bernegosiasi dengan seorang satpam. Tidak butuh waktu lama, satpam tersebut membukakan pintu untuk mereka dan membantu menggesek kartunya agar mereka bisa naik ke lantai atas.     

"Anna tinggal di kamar nomor 2016. Saya tidak akan ikut dengan Anda," orang tersebut menunjukkan jalan, tetapi tidak naik ke lantai atas bersama dengan mereka.     

Sabrina tidak terlalu tegang karena ada Arka bersama dengannya. Saat mereka tiba di depan kamar nomor 2016, mereka segera membunyikan bel pintu.     

Manajer Anna mengintip dari dalam dan terkejut saat melihat wajah Arka.     

"Anna, Arka datang!" kata manajer tersebut.     

"Setelah kejadian tiga tahun lalu, aku tidak pernah berhubungan dengannya lagi. bulan lalu, aku bertemu dengannya di sebuah pesta dan ia berpura-pura tidak mengenalku," kata Anna dengan bingung.     

"Kalau ia berpura-pura tidak mengenalmu, mengapa ia datang ke depan pintu rumahmu untuk mencarimu?" manajer itu memandang Anna dengan kebingungan. "Apakah kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"     

"Apakah itu benar-benar Arka? Biar aku lihat," Anna bangkit berdiri dan mengintip dari pintu.     

Sabrina berdiri di sisi lain, bersandar di dinding tanpa menunjukkan wajahnya.     

Ia meminta Arka yang membunyikan bel pintu tersebut karena sebuah alasan yang sederhana. Artis wanita seperti Anna menyukai pria yang kaya raya. Terutama pria-pria seperti Arka yang memiliki wajah tampan, tubuh indah, dan kekayaan yang luar biasa.     

Pria semacam Arka sangat menarik di mata semua wanita.     

Arka bertanya dengan suara pelan. "Apakah tidak ada orang di dalam?"     

Sabrina menggelengkan kepalanya. "Orang tadi bilang Anna masih berada di rumahnya, kecuali ia melarikan diri dari jendela. Aku tahu Anna. Kalau ia melihatmu berdiri di depan pintu, mungkin ia akan mengganti pakaiannya dulu dan merias wajahnya. Saat ia sudah siap, ia akan membuka pintunya. Tunggu saja dengan sabar."     

Wajah Arka sedikit menggelap. "Kamu mengenalnya?"     

Sabrina menghela napas panjang. "Aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan. Mengapa aku memiliki teman seperti ini, ia telah membuat masalah besar, tetapi ia masih tidak mau menjawab panggilanku."     

"Sabrina, kamu harus berhati-hati saat memilih teman," Arka merasa sedikit terkejut.     

"Keluarga Anna bangkrut. Untuk membayar hutang, ia terpaksa keluar dari sekolah dan debut sebagai artis," kata Sabrina dengan tidak berdaya. "Sejauh yang aku ketahui, ia tidak punya pacar. Mungkin ada kesalahpahaman."     

Pada saat itu, pintu kamar tersebut terbuka. Manajer Anna muncul di depan pintu. Tetapi saat ia melihat Sabrina, ia langsung menutup pintu tersebut.     

Arka memiliki mata yang tajam. Sebelum manajer itu bisa bergerak, Arka langsung menangkap pegangan pintu dan menahannya. Manajer Anna oleng dan hampir saja terjatuh karena kekuatan itu.     

Sabrina langsung masuk ke dalam dan berteriak, "Anna, keluarlah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.