Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kebun Jeruk



Kebun Jeruk

0"Ibunya terlibat hutang karena berjudi dan hutang semacam itu seperti jurang yang tidak ada akhirnya. Kalau kamu tidak memperlakukannya seperti ini, ia tidak akan pernah berani untuk menolak keluarganya."     
0

"Jadi, kamu memaksanya untuk memutuskan hubungan dengan keluarganya?" Sabrina menyadari maksud dan tujuan Arka.     

"Memang sangat sulit untuk menyerah dan memutuskan hubungan dengan keluarga. Ada orang mengatakan bahwa tidak ada orang tua yang tidak mencintai anak mereka. Tetapi sebenarnya, ada beberapa orang tua yang tidak pantas untuk anak mereka. Kalau kamu berhadapan dengan orang tua semacam itu dan kamu tidak melakukan apa pun untuk melawannya, semasa hidupmu akan benar-benar menderita," Arka memeluk Sabrina ke dalam rangkulannya. "Sabrina, dengarkan saranku dan jangan bertemu dengan Anna lagi lain kali."     

Sabrina menutup bibirnya rapat-rapat dan tidak mengatakan apa pun.     

"Sabrina, apakah kamu tahu bagaimana cara menemukan mantan kekasih Anna?" tanya Arka.     

Sabrina menoleh dan memandang ke arah Arka dengan malu. "Aku menunggumu untuk membantuku mencarinya. Minggu ini kamu berkencan denganku dan kamu adalah pacarku. Kamu harus membantuku!"     

"Pacar? Aku suka sebutan itu," Arka berpikir sejenak dan kemudian ia menggenggam tangan Sabrina. "Apakah aku pacar pertamamu?"     

"Kamu adalah pacar pertamaku. Satu minggu kemudian, aku akan memiliki pacar kedua. Jadi aku harap kamu menghargai hubungan kita selama satu minggu ini," kata Sabrina sambil tersenyum.     

Arka mengangguk. Tetapi dalam hati, ia sedang berpikir bagaimana cara mengajari Sabrina cara mencintai seseorang dan bagaimana cara mengajari Sabrina untuk mencintai ia seorang.     

Waktunya sangat singkat, tetapi Arka suka tantangan!     

Sabrina tersenyum dengan manis. "Kak, bagaimana rencanamu untuk menemukan mantan kekasih Anna?"     

"Kirimkan foto pria itu pada Aksa. Aksa tahu bagaimana cara menemukannya," kata Arka.     

Sabrina segera mengirimkan foto pria itu pada Aksa dan menambahkan pesan di bawahnya. "Kak, tidak peduli bagaimana pun caranya, bantu aku untuk menemukan orang ini."     

"Di mana kamu? Kamu menghindar dariku saat kamu tidak membutuhkan aku. Dan sekarang saat kamu membutuhkan bantuanku, kamu baru mencariku. Mengapa kamu tidak menjawab teleponku siang tadi?" kata Aksa begitu ia menelepon Sabrina.     

"Kak, seharusnya kamu bersyukur karena kamu masih berguna untukku. Mulai hari ini, aku resmi berkencan dengan Kak Arka. Kalau aku juga berhubungan denganmu, bukankah itu artinya aku berselingkuh?" kata Sabrina dengan serius.     

"Jadi, sekarang kamu menghubungiku terlebih dahulu. Bukankah sama saja kamu berselingkuh?" tanya Aksa.     

"Kak Arka memperbolehkanku untuk menghubungimu. Sekarang ia berada di sampingku. Sekarang berubahlah menjadi anjing polisi dan cari pria itu untukku," kata Sabrina     

"Baiklah. Aku akan menghubungimu paling lambat besok pagi," kata Aksa.     

"Malam ini. Suruh dia memberi kabar malam ini," bisik Arka.     

Sabrina langsung menyampaikannya dan berkata dengan cepat. "Aku tidak bisa menunggu besok pagi. Bagaimana kalau pria itu melarikan diri besok? Aku butuh informasinya malam ini. Aku tunggu kabar darimu. Jangan kecewakan aku!"     

"Aku akan melakukan sesuatu, jangan khawatir," setelah membaca berita di internet, akhirnya Aksa menyadari apa yang terjadi.     

Anna adalah brand ambassador dari perusahaan Perhiasan Mawardi dan Sabrina takut pria yang dicarinya itu akan menjual video dan foto yang tidak senonoh itu ke internet.     

Aksa yakin, kalau ia bisa membantu Sabrina kali ini, ia akan mendapatkan posisi yang cukup penting di hati Sabrina.     

Setelah menutup telepon, Sabrina menghela napas lega dan menanti kabar baik dari Aksa.     

"Kak, sekarang kita akan pergi ke mana?" tanya Sabrina sambil tersenyum.     

"Pergi ke gunung untuk melihat matahari terbenam. Setelah itu aku akan mengajakmu makan malam. Di dekat sana, ada sebuah restoran yang menyajikan makanan-makanan enak," kata Arka.     

Mata Sabrina langsung berbinar dengan cerah saat mendengar kata makanan. "Apakah di sana ada steak? Aku ingin makan daging."     

"Ada. Kalau kamu ingin membeli daging yang fresh, di daerah sana juga menjual banyak daging dengan kualitas terbaik," kata Arka.     

"Baiklah!" kata Sabrina sambil bertepuk tangan. Sebenarnya, Sabrina adalah pecinta makanan. Jadi, ia tidak terlalu cerewet soal menu makanan. Ia bisa memakan semua jenis makanan selama makanan itu enak.     

Arka terus menyetir hingga jalan yang mereka lalui semakin menanjak.     

Sepanjang perjalanan, pohon-pohon yang jarang terlihat di kota semakin tebal, membentuk sebuah hutan. Bunga-bunga dan tanaman liar ada di mana-mana.     

Bahkan kalau membuka kaca jendela mobil, mereka bisa mendengar suara kicauan burung.     

Terkadang, Sabrina melihat ada tupai yang saling berlompatan di atas pohon. Saat mereka setengah perjalanan, mereka bisa melihat ada sebuah air terjun dari kejauhan.     

"Ibuku sering mengajakku ke air terjun itu. Ia suka melihat-lihat tanaman yang tumbuh di sana," kata Arka.     

"Aku juga ingin melihatnya," kata Sabrina dengan penuh semangat.     

Arka memarkirkan mobilnya di sebuah tanah lapang dan menunjuk ke arah air terjun itu. " Di dekat sini, ada sebuah pemandian air panas. Ayahku lah yang menemukannya dan menjadikannya sebagai hak milik."     

"Mengapa tidak membangun sebuah villa di sini? Sesekali, kalian bisa pergi untuk berlibur ke tempat pemandian air panas," kata Sabrina.     

"Ayahku ingin membangun villa yang hanya menerima keluarganya saja. Tetapi aku ingin membangun hotel di sini. Dari tempat pemandian air panas itu hingga ke arah timur, aku sudah membeli tanahnya selama beberapa tahun terakhir. Tetapi aku masih kekurangan lahan parkir dan aku membutuhkannya."     

Sabrina mengikuti Arka dan melihat ada sebuah kebun yang masih tersisa di sana. "Kamu ingin membeli tanah itu tetapi pemilik kebun itu tidak mau menjualnya?"     

Arka mengangguk.     

"Siapa pemilik kebun tersebut? Bukankah semua masalahnya akan selesai asal ayahmu yang mengurusnya?" tanya Sabrina.     

"Itu kebun milik nenekmu. Ayahku sudah berusaha untuk menawarnya. Bahkan ayahmu pun berbicara pada nenekmu. Tetapi nenekmu tetap tidak setuju," kata Arka.     

"Jadi, itu milik keluargaku?" Sabrina terlihat kebingungan. Ia memandang dan mengamati pegunungan di sekitarnya dan akhirnya mengenali tempat itu. "Ini adalah kebun jeruk nenekku! Kamu ingin meratakan kebunnya sebagai tempat parkir. Mana mungkin ia setuju!"     

Arka tersenyum mendengarnya. "Apakah kamu bisa membantuku?"     

"Hanya ada satu orang di keluargaku yang bisa membujuk nenekku, yaitu ibuku. Saat ibuku sedang hamil, nenekku mengajaknya naik ke atas gunung untuk memetik jeruk. Hari itu, ibuku terpeleset dan terjatuh sehingga ia keguguran. Selama beberapa tahun setelah itu, ibuku sulit untuk hamil lagi. Nenek merasa sangat bersalah atas kejadian itu. Ia merasa bahwa ia lah yang telah membunuh cucunya. Walaupun ibuku sudah memaafkannya dan sekarang sudah memiliki adikku, nenek masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri," Sabrina memberitahu sebuah rahasia mengenai keluarganya.     

"Nenekmu tidak mau menjual kebun ini karena alasan tersebut," Arka memandang kebun jeruk yang tidak jauh dari sana. Memang sayang sekali kalau kebun itu diratakan menjadi tempat parkir.     

"Kak, bagaimana kalau kamu mencari desainer yang bisa memikirkan bagaimana cara membangun lahan parkir dengan meminimalkan kerusakan pada pohon jeruk nenek. Gunakan saja jarak-jarak di antara pohon sebagai tempat parkir," Sabrina mempelajari mengenai desain perhiasan. Walaupun pengetahuan desainnya berada pada industri yang berbeda, Sabrina merasa bahwa masalah itu masih bisa diatur.     

"Saranmu sangat bagus. Aku akan mencari desainer dan memintanya untuk melakukan survey ke lapangan untuk membangun tempat parkir tanpa merusak kebun jeruk ini. Aku akan menunjukkannya kepadamu setelah desainnya jadi," kata Arka.     

"Aku sudah memberimu ide yang sangat bagus. Apakah aku tidak dapat hadiah?" Sabrina menunjuk ke jauhan dan berkata, "Aku ingin tinggal di kamar terbaik di lantai teratas hotelmu seumur hidup, gratis!"     

"Selama kamu mau menjadi milikku, semua yang aku punyai akan menjadi milikmu. Jangankan sebuah kamar, seluruh hotel itu pun akan menjadi milikmu," Arka memandang ke arah Sabrina dengan lekat-lekat.     

Ia ragu sejenak sebelum tiba-tiba saja ia melangkah maju dan memegang wajah mungil Sabrina. Setelah itu, ia mencium bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.