Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sudah Dijual



Sudah Dijual

0"Aku dengar Sabrina berkencan dengan Kak Arka. Bukankah itu artinya kakak sudah kalah?" kata Adel.     
0

"Masih terlalu awal untuk menilai. Lihat saja. orang pertama bukan berarti orang yang akan menjadi pemenangnya!" Aksa benar benar percaya diri. Ia yakin ia pasti bisa membuat Sabrina menyukainya.     

Setelah makan, Aksa duduk di sofa menonton pertandingan bola sambil makan buah.     

Suara ponselnya mengalihkan perhatiannya dari televisi, menandakan bahwa ada sebuah pesan masuk. Aksa mengambil ponselnya dan melihatnya. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum puas.     

Tanpa berpikir panjang, ia langsung menelepon Sabrina. "Sabrina, pria yang kamu cari sudah tertangkap. Di mana kamu?"     

"Aku … di perjalanan pulang," kata Sabrina. "Di mana orang itu sekarang?"     

"Pergilah ke gudang bawah tanah di timur kota. Aku akan menemuimu di depan pintu," kata Aksa.     

"Baiklah, aku akan ke sana," Sabrina menoleh dan memandang ke arah Arka. "Kak, ke gudang bawah tanah di timur. Ayo kita pergi sekarang"!     

Arka menerima titik lokasinya dari Aksa di ponselnya. Mereka berjalan mengikuti lokasi tersebut hingga tiba di sebuah pintu gudang yang terbengkalai.     

"Kak, Sabrina, kamu sudah datang. Orangnya ada di dalam," Aksa menunjuk ke pintu masuk sebuah gudang bawah tanah.     

"Kamu belum melakukan apa pun padanya, kan?" tanya Sabrina.     

"Kamu bilang kamu menginginkan pria itu hidup-hidup, jadi aku tidak bisa melakukan apa pun padanya. Tetapi pria itu cukup licik sehingga aku harus melakukan sesuatu saat menangkapnya," Aksa tersenyum saat mengatakannya.     

Sabrina mengedikkan bahunya dengan pasrah. 'Melakukan sesuatu' yang Aksa katakan sepertinya tidak sesederhana itu. Sabrina sudah bisa membayangkan cedera yang dialami oleh pria itu tidak se-ringan yang dikatakan.     

Aksa memang suka seenaknya sendiri. Ia melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya dan ia juga sangat keras kepala, hingga Aiden pun tidak bisa mengatakan apa pun.     

Keluarga Atmajaya berniat mengirim Aksa ke Atmajaya Group cabang luar negeri agar Ivan bisa membimbingnya.     

Tetapi saat Aksa memikirkan bahwa ada dua orang gila kerja di cabang luar negeri, yaitu Ivan dan Harris, akhirnya Aksa memutuskan untuk menolak dan tinggal di rumah saja.     

Arka dan Aksa adalah anak kembar. Mereka selalu bersama-sama sejak kecil. Arka juga tidak mau kalau saudara kembarnya pergi jauh darinya. Sehingga akhirnya Arka lah yang berusaha untuk membujuk ayahnya agar tidak mengirimkan Aksa ke luar negeri.     

Sebagai kakak, ia lah yang akan membimbing Aksa.     

Setelah tiga tuan muda dari Keluarga Atmajaya mengambil alih Atmajaya Group, perusahaan berkembang ke arah yang lebih baik dengan ide dan inovasi yang baru.     

Mason memiliki kemampuan manajemen yang baik dan Aksa memiliki kemampuan bisnis yang baik. Mereka berdua adalah tangan kanan Arka.     

"Ayo kita masuk dan lihat," Arka melindungi Sabrina saat merkea masuk ke dalam bersama-sama.     

Saat berjalan memasuki ruangan tersebut, Sabrina menemukan bahwa gudang itu sangat gelap. Kipas angin besar yang ada di atas berputar dengan keras, tetapi tetap tidak bisa mengurangi kesesakan yang ia rasakan di dalam. Selain itu, ada bau darah di udara.     

Sabrina mengerutkan keningnya saat merasakan hal tersebut.     

Arka langsung mengambil masker dari kantungnya dan memasangkannya pada Sabrina.     

"Kak, aku juga mau!" Aksa mengulurkan tangannya ke arah kakaknya, ingin meminta masker dari Arka.     

"Tidak ada lagi. Aku hanya punya tendangan. Apakah kamu mau?" Arka mengangkat kakinya dan menendang Aksa.     

Tetapi dengan gesit, Aksa langsung menghindari. "Kalau kamu tidak punya, aku tidak akan memaksa. Aku tidak semanja itu. Dan aku tidak butuh tendangan."     

"Kak, apakah maksudmu aku manja," tiba-tiba saja Sabrina menimpali dengan kesal.     

"Kamu berbeda, putri Sabrina. Kamu memang harus dimanja," Aksa langsung membalas dengan mulut manis. Ia mengulurkan tangannya dengan cara yang sangat gentleman, berniat untuk membantu Sabrina berjalan.     

Sabrina tersenyum. Ia bukan orang yang munafik. Dimanjakan oleh Arka dan Aksa seperti ini tentu saja membuatnya sangat senang.     

Ia mengulurkan tangannya dan menyambut bantuan dari Aksa. Bersama-sama, mereka berjalan menuju ke tengah gudang tersebut.     

Kondisi mantan kekasih Anna sudah sangat buruk sekarang. Kepalanya tertunduk ke bawah, rambutnya berantakan dan tubuhnya dilumuri dengan darah.     

"Apakah ini yang kamu maksud melakukan sesuatu? Separah ini? Apakah ia masih bisa berbicara? Tanyakan padanya di mana video dan foto Anna," teriak Sabrina pada Aksa dengan kesal.     

Ia tidak menyangka kondisi pria itu begitu parah.     

"Video apa memangnya?" tanya Aksa.     

"Kamu tahu apa yang aku maksud, jangan pura-pura tidak tahu," Sabrina melotot ke arahnya.     

Aksa hanya tertawa dengan keras dan tidak bertanya lagi pada Sabrina. Ia melangkah maju, menggunakan kakinya untuk mengangkat kepala pria tersebut. "Hei, anak kecil. Bangunlah. Aku ingin bertanya padamu. Kalau kamu bisa menjelaskan semuanya, aku akan membiarkan kamu pergi."     

Pria itu mengangkat kepalanya. Darah yang segar mengalir dari puncak kepalanya, sementara wajahnya dilumuri oleh darah. Tatapannya sedikit menerawang seolah ia bisa kehilangan kesadarannya kapan pun.     

Tanpa sadar, Sabrina melangkah mundur. Arka langsung menangkap Sabrina, menggunakan dadanya yang bidang untuk menopang tubuh Sabrina.     

Tubuh Sabrina bersandar pada pelukan Arka, dan kemudian Sabrina berbalik untuk memandang k earahnya.     

Arka berbisik lembut di telinganya. "Jangan takut. Ada aku di sini."     

Sabrina mengangguk.     

Pria itu memandang mereka semua dengan senyum jahat. "Kalian semua terlambat. Aku sudah menjual videonya."     

Saat mendengar hal itu, Sabrina langsung merasa panik. "Kamu menjualnya pada siapa?"     

"Aku tidak tahu."     

Aksa langsung merasa marah saat mendengarnya. Ia menendang pria itu hingga tersungkur ke lantai. "Jangan main-main denganku. Apakah kamu tidak jera juga?"     

"Ah … Ah … Ampun. Jangan pukuli aku lagi. Aku benar-benar tidak tahu. Ada seseorang yang memukulku hingga pingsan saat transaksinya berlangsung."     

Sabrina merasa semakin kesal. Pria ini benar-benar tidak berguna.     

"Mengapa kamu melakukan semua ini pada Anna? Dulu kalian pernah saling mencintai. Seharusnya kalau kamu mencintainya, kamu akan ikut bahagia kalau ia hidup bahagia. Tidak mudah bagi Anna untuk mendapatkan popularitasnya saat ini. Tetapi mengapa kamu berusaha untuk menghancurkannya?" kata Sabrina dengan marah.     

"Ia bisa mendapatkan popularitasnya hari ini bukan karena ia beruntung atau bekerja keras. Ia sudah terbiasa tidur dengan orang-orang penting. Ia yang mengkhianatiku terlebih dahulu. Saat keluarganya hancur, aku yang membantunya untuk bangkit kembali. Aku menjual penelitianku untuk membantunya menjadi artis. Saat ia sudah terkenal, ia malah meninggalkan aku," kata pria itu.     

Sabrina tidak membantahnya. Ia tahu sejak dulu memang Anna terlilit hutang. Sabrina tidak mau mencari tahu apakah yang pria itu katakan memang benar atau hanya kebohongan belaka.     

"Lepaskan dia," kata Sabrina dengan tenang.     

"Lepaskan? Sayang sekali kalau dilepaskan," kata Aksa sambil mengerutkan keningnya.     

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Membunuhnya? Apa yang aku inginkan sudah tidak berada di tangannya," Sabrina berbalik dan meninggalkan gudang tersebut.     

Arka tidak mengatakan apa pun. Ia hanya menggandeng Sabrina ke depan sambil memperhatikan lantai, khawatir Sabrina akan tersandung sesuatu.     

Aksa mengikuti mereka dari belakang dan saat berjalan, ia bertanya dengan cemas. "Apa yang harus aku lakukan kalau aku tidak bisa mendapatkan sesuatu yang kamu butuhkan itu?"     

"Orang yang membeli video itu pasti tahu bahwa aku menginginkannya. Aku yakin mereka akan segera menghubungiku. Asalkan yang mereka minta tidak kelewatan, aku akan memenuhinya," kata Sabrina dengan tenang.     

"Seseorang ingin bernegosiasi dengan Sabrina sehingga mereka membeli video itu agar bisa bertemu dengannya. Tetapi apa yang sebenarnya orang itu inginkan?" Arka tenggelam dalam pikirannya.     

"Apa mungkin orang itu adalah saingan perusahaanmu? Ia ingin menghancurkanmu sehingga ia membeli video tersebut," Aksa berhasil menyusul mereka dan membukakan pintu mobil, "Sabrina, ikutlah denganku. Ada sesuatu yang harus aku bicarakan padamu."     

Sabrina memandang ke arah Arka dan kemudian menjawab Aksa. "Kak Aksa, ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan Kak Arka. Terima kasih untuk hari ini."     

"Ke mana kalian akan pergi?" tanya Aksa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.