Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mertua Melihat Calon Menantu



Mertua Melihat Calon Menantu

0"Ayo, Sam. Kamu pasti bisa!" Sabrina mengelus kepala adiknya dan mendukungnya. Setelah itu, ia berdiri di samping Arka dan memandang ke arahnya dengan tatapan penuh arti.     
0

Arka membalas tatapan itu dan tersenyum lembut.     

Tidak ada yang tahu saat Arka dan Sabrina saling berpandangan, ternyata Della melihat mereka. Della langsung menyenggol lengan Raka dan berbisik dengan penuh semangat. "Apakah kamu melihatnya?"     

"Aku juga melihatnya," Raka tersenyum tipis saat melihat semangat Della. Sementara itu, ia jauh lebih tenang dibandingkan istrinya.     

"Aku menyukai tiga putra dari Keluarga Atmajaya. Tidak peduli siapa pun yang Sabrina pilih, aku sangat puas dengan ketiganya," Della tertawa kecil.     

"Karena kamu adalah mertua. Semakin kamu melihat calon menantumu, kamu semakin menyukainya," kata Raka sambil tersenyum.     

Samuel berdiri di depan papan dengan kuda-kuda karate yang pernah ia lihat di televisi. Sementara itu, Sabrina mengeluarkan ponselnya untuk merekam momen yang luar biasa ini.     

Dengan suara yang keras, papan itu terbelah menjadi dua. Arka yang berada di samping bertepuk tangan, sementara Sabrina bersorak-sorai sambil terus merekam.     

Samuel melompat dengan penuh semangat. Para pelayan langsung bergegas membersihkan potongan papan dan serpihan-serpihan di lantai. Setelah itu, ia menggantikannya dengan sebuah batu yang cukup besar.     

Della terlihat sedikit gugup saat melihat batu tersebut karena ukuran batu yang lebih besar dibandingkan papan sebelumnya. Tetapi Raka sangat mempercayai Arka. Ia yakin Arka sudah memastikan semuanya baik-baik saja.     

"Tenang saja. Arka bilang ia sudah mengujinya sendiri. Tidak akan ada apa pun yang terjadi," kata Raka, menenangkan Della.     

Sama seperti sebelumnya, Samuel berdiri di depan batu tersebut dengan kuda-kuda karatenya yang sedikit asal-asalan dan kemudian memukul batunya dengan keras, membuat batu itu hancur berkeping-keping. Setelah itu, Samuel menghadap ke arah kamera Sabrina dan berkata. "Mei, lihat kan! Aku sangat kuat. Aku akan menjadi pahlawan untukmu!"     

Sabrina selesai merekam dan kemudian mengirimkannya pada Della. "Ibu, aku sudah mengirimkan videonya kepadamu. Kamu bisa mengirimkannya pada ibu Mei."     

"Siapa Mei? Mengapa sepertinya aku mengenal nama itu?" kata Arka, menggoda Samuel.     

"Hubunganku dengan Mei sama seperti Kak Arka dengan kakakku. Kak, lain kali kalau ada hal yang menyenangkan seperti ini jangan lupa ajak aku, ya! Nanti aku akan membantumu untuk mendekati kakakku," Samuel tertawa.     

"Tentu saja! Terima kasih atas bantuanmu," Arka kembali mengelus kepala Samuel.     

"Sama-sama. Sekarang aku mau mandi dan ganti baju," Samuel menepuk-nepuk debu di tubuhnya dan mengikuti Della ke lantai atas.     

Raka melihat baju Arka juga kotor karena sebelumnya ia juga menguji properti itu membahayakan atau tidak. "Arka, seharusnya kamu bisa menyuruh orangmu untuk mengujinya, tidak perlu kamu sendiri. Lihat bajumu kotor sekarang."     

Arka melangkah mundur dua langkah dan menepuk debu di tubuhnya. "Tidak apa-apa. Aku bisa mencucinya saat pulang nanti. Aku yang membawa properti itu, jadi aku harus mengujinya sendiri. aku harus memastikan bahwa properti itu aman dan baik-baik saja."     

"Kamu jarang-jarang datang ke rumah. Bagaimana kalau temani paman untuk minum teh dan mengobrol?" Raka menoleh ke arah Sabrina setelah mengatakannya. "Sabrina, tunjukkan kamar mandinya pada Arka. Ayah akan mengambilkan baju ganti."     

"Aku punya baju ganti di mobilku," kata Arka dengan cepat.     

"Aku tahu tempatnya. Aku melihat tas di bagasi tadi," Sabrina berbalik dan keluar dari rumah, menuju ke mobil Arka.     

"Paman, biar aku menyusul Sabrina," Arka mengikuti Sabrina keluar. Saat ia mendekat ke mobilnya, ia melihat wajah Sabrina memerah karena menemukan ada pakaian dalam milik Arka juga di dalam tas tersebut.     

Melihat penampilannya yang malu-malu, bibir Arka menyunggingkan senyum. "Masuklah. Ayahmu melihat kita," kata Arka, setengah menggodanya.     

Karena begitu malu, Sabrina langsung kabur dan masuk ke dalam rumah, membuat Arka tertawa kecil.     

Saat Arka sedang mandi, Raka menyiapkan teh dan camilan di atas meja untuk mereka semua.     

"Ayah, tehnya wangi sekali. Itu teh apa?" Sabrina berjalan menghampirinya dengan senyuman.     

Raka tidak menjawab. Ia mengangkat pot teh tersebut dan menuangkan secangkir teh untuk Sabrina. "Apakah kamu mau mencobanya?"     

Sabrina mengangkat teh tersebut dan menciumnya. "Baunya seperti citrus."     

"Benar. Ini adalah teh bergamot. Ini adalah hasil cangkok daun teh dengan pohon bergamot. Meski bentuknya rapat dan keriting, tidak berbeda dengan daun bergamot, tetapi warnanya hijau. Lihat teh ini, warnanya kuning bening dan cerah," Raka membuka teko tersebut dan membiarkan Sabrina melihat warna tehnya.     

"Rasanya enak sekali. Boleh aku minta lagi?" Sabrina menghabiskannya dan kemudian mengulurkan cangkir tehnya untuk meminta satu cangkir lagi.     

"Kamu menghabiskan tehku kalau kamu meminumnya seperti itu," kata Raka. Tetapi lain di mulut lain di hati. Ia langsung menuangkan satu cangkir lagi untuk putrinya.     

"Aku tidak mengetahui banyak mengenai teh. Tetapi rasanya sangat enak, jadi aku mau lagi," kata Sabrina sambil tersenyum lebar.     

Raka mengangguk. "Teh ini sesuai dengan seleramu, rasanya enak dan aromanya segar. Ngomong-ngomong, apa saja yang kamu lakukan hari ini?"     

"Berkencan," kata Sabrina dengan senyum yang cerah di wajahnya.     

"Bagaimana kencannya?" tanya Raka dengan tenang.     

"Sangat menyenangkan. Aku merasa sangat tenang dan nyaman bersama dengan Kak Arka. Tidak peduli ada yang terjadi, ia selalu ada untuk melindungi dan menjagaku. Ia selalu tenang dalam menghadapi apa pun," kata Sabrina.     

"Baguslah," Raka tidak mengatakan apa pun lagi.     

Arka baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan kaus putih polos, celana selutut berwarna abu-abu dan sandal rumah. Ia terlihat seperti anggota dari Keluarga Mahendra.     

Ia segera melipat kembali baju bekasnya dan meletakkannya di dalam tas. Setelah itu, ia memberikannya kepada salah satu pelayan agar bisa menyimpannya kembali ke dalam bagasi mobilnya.     

Saat melihat Arka keluar dari kamar mandi, Raka langsung melambaikan tangannya. "Arka, kemarilah. Coba teh bergamot buatan paman."     

"Baiklah," Arka tersenyum dan menghampiri Raka, duduk di samping Sabrina     

Ia memegang cangkir teh dengan tangan kanannya dan tangan kirinya berada di bawah meja, menggenggam tangan Sabrina.     

Sabrina menundukkan kepalanya dan tersenyum malu-malu, tanpa mengeluarkan sedikit pun suara.     

Sebagai seseorang yang sudah berusia dan berpengalaman, tanpa melihat langsung, Raka sudah tahu apa yang terjadi di bawah meja. Ia berpura-pura tidak melihat apa pun dan bertanya. "Bagaimana rasanya?"     

"Aromanya sangat segar dan terasa cukup lama. Rasanya manis dan dingin, tidak terlalu pekat." Arka meletakkan kembali cangkirnya yang sudah kosong dan mengangkat teko teh tersebut. Ia menuangkan teh untuk Raka, kemudian Sabrina dan kemudian untuk dirinya yang terakhir.     

Teh di teko tersebut sudah habis sehingga Arka berniat untuk mengisinya dengan air panas. Tetapi Sabrina menghentikannya dan berkata, "Aku saja."     

Arka tidak menolaknya. Ia memandang Sabrina dengan tatapan penuh cinta saat melihat gadis itu sedang membuat teh.     

"Teh bergamot ini bisa menyegarkan pikiran, menenangkan diri dan menghilangkan panas. The ini juga baik untuk menurunkan berat badan. Kamu bisa membawanya pulang dan meminumnya dengan ibumu kalau kamu sedang senggang. Ibumu pasti suka," setelah Raka mengatakannya, tiba-tiba saja ia mendengar sesuatu yang pecah dari dapur.     

Sabrina langsung memandang ke arah ayahnya dan berbisik. "Ayah, kamu sedang dalam masalah besar!"     

Raka terbatuk pelan dan berkata. "Kalian mengobrol lah dulu. Biar aku melihat apa yang terjadi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.