Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjadi Kakak Iparku



Menjadi Kakak Iparku

0Saat mendengar ada suara benda yang jatuh dari dapur, Sabrina langsung memandang ke arah ayahnya dan berbisik. "Ayah, kamu sedang dalam masalah besar!"     
0

Raka terbatuk pelan dan berkata. "Kalian mengobrol lah dulu. Biar aku melihatnya."     

Sabrina tertawa melihatnya. Arka langsung menyentuh pipinya dengan lembut dan berkata, 'Jangan tertawa."     

"Bagaimana aku tidak tertawa. Pengaruh ibumu sangat kuat," kata Sabrina.     

"Sabrina, kalau pada akhirnya kamu memilih orang lain, kamu akan memiliki pengaruh semacam ini di dalam kehidupanku. Pria akan sulit untuk melupakan cinta pertamanya," Arka memandang Sabrina dengan penuh sayang.     

Pada saat itu, Sabrina hampir saja mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan Arka merasakan hal tersebut.     

Tetapi saat kata-kata itu hampir keluar dari bibirnya, ia kembali mengingat malam tiga tahun lalu.     

Tidak bisa! Ia harus tahu siapa pria tiga tahun lalu itu!     

Ia harus mencari tahu dan kemudian ia baru bisa memilih di antara mereka bertiga.     

Pada saat itu, sosok jangkung Raka melewati hall, menghampiri salah seorang pelayan dan membisikkan beberapa kata. Setelah itu, ia berjalan menuju ke dapur.     

Della sedang memandang piring yang pecah dengan tatapan melamun. Pelayan itu langsung bergegas membantunya untuk membersihkannya.     

"Apakah kamu terluka?" Raka meraih tangan Della dan menghela napas lega saat melihat istrinya baik-baik saja.     

"Apakah aku terluka? Apakah aku terlihat terluka? Lebih baik kamu minum saja teh bergamot-mu!" kata Della dengan marah.     

Della juga sudah mengetahui bahwa pohon bergamot itu adalah pohon cinta Raka dan Anya. Saat mereka masih berpacaran, mereka menanam pohon bergamot itu bersama-sama.     

Setelah itu saat mereka berpisah, Raka tetap mempertahankan pohon tersebut. Hingga saat ini, pohon bergamot yang merupakan simbol dari cinta mereka itu, masih berada di taman rumah mereka.     

Raka menggenggam tangan Della dan mengajaknya untuk menuju ke taman melalui pintu belakang dapur. Mereka berdua berjalan menuju ke arah kursi taman dan duduk di sana.     

Raka menggenggam tangan Della dan berkata dengan sabar, "Della, kamu tahu, hanya ada kamu di hatiku. Apa yang aku katakan sebelumnya tidak berarti apa pun. Aku hanya ingat bahwa Anya menyukai bergamot sehingga aku menitipkan teh bergamot itu pada Arka agar ia membawanya pulang,."     

Della merasa sedikit sedih mendengarnya. "Kalau ada sesuatu yang Anya sukai, Aiden pasti akan membelikan untuknya. Kalau kamu memikirkan mengenai Anya, aku pasti keberatan."     

"Aku tidak selalu memikirkannya. Aku lebih banyak memikirkannya. Aku hanya ingin mengirimkan teh untuknya, tidak lebih," Raka menghela napas panjang.     

"Apakah aku keterlaluan? Aku tahu kamu tidak bermaksud apa-apa. Tetapi aku hanya … Aku hanya tidak bisa mengendalikan diriku sendiri," Della menundukkan kepalanya.     

Raka langsung memeluknya dengan lembut. "Semua itu sudah di masa lalu. Sekarang, aku dan Anya adalah sahabat. Sama seperti Sabrina, tidak peduli siapa pun yang pada akhirnya ia akan nikahi, dua orang lainnya akan tetap menjadi sahabatnya. Apakah kamu mengerti?"     

"Aku tahu, tetapi aku masih keberatan. Apa yang harus aku lakukan?" gumam Della.     

"Aku senang. Kamu keberatan karena kamu mencintaiku. Kamu cemburu karena kamu peduli padaku," kata Raka sambil tersenyum.     

"Benar. Kamu adalah milikku," kata Della sambil balas memeluknya dengan erat.     

Raka menciumnya dengan lembut. "Benar, aku adalah milikmu. Kita akan menjadi keluarga dengan Anya. Bisakah kamu tidak melakukan ini lagi?"     

"Apakah Arka mendengarnya tadi?" tanya Della dengan suara pelan.     

"Apa maksudnya?" tanya Raka.     

"Aku sangat malu. Lain kali aku akan berhati-hati. Kamu tadi bilang kita akan menjadi keluarga dengan Anya, bagaimana kamu bisa tahu? Mungkin kita akan berkeluarga dengan Nico? Mason juga tidak kalah hebat dengan kedua pamannya. Ia dan Sabrina pasti akan memiliki hubungan yang sangat baik," kata Della dengan sengaja.     

"Apakah kamu tidak lihat Arka dengan Sabrina? Kamu pasti paham. Aku rasa ia akan berakhir dengan Arka," tebak Raka.     

"Lebih baik kita tunggu saja. Semua masih punya kesempatan," kata Della sambil tersenyum.     

"Sudah tidak marah lagi? Ayo kita kembali dan minum teh bersama-sama," Raka menepuk pundak Della dan mengingatkannya bahwa masih ada tamu di dalam rumahnya.     

"Baiklah," Della mengangguk dan kembali ke dalam rumah, melihat kepala pelayan rumahnya sudah membungkuskan teh bergamot untuk Arka.     

Ia menuliskan sebuah pesan dan menyelipkannya pada kotak tersebut sebelum memberikannya pada Arka.     

"Tadi aku ingin memotong buah untukmu. Aku mempelajarinya dari online, tetapi ponselku jatuh bersama dengan piring sehingga pecah di lantai. Lain kali aku akan lebih berhati-hati," Della menjelaskan masalah piring yang terjatuh itu dengan lancar.     

Arka menerima kotak berisi teh tersebut. "Terima kasih, Bibi, aku akan memberikannya pada ibu. Kamu sangat baik sekali. Lain kali aku akan datang untuk menikmati buahnya."     

"Ibu, aku punya holder ponsel. Aku akan memberikannya padamu. Lain kali, kamu bisa menggunakannya agar ponselmu tidak jatuh lagi," kata Sabrina.     

"Kalian mengobrol lah. Aku akan naik ke atas dan melihat apakah Samuel sudah tidur," Della berbalik dan pergi.     

Setelah Della pergi, Sabrina berbisik. "Kak, apakah menurutmu ibu benar-benar menjatuhkan ponselnya sehingga memecahkan piring? Atau ia mendengarkan kata-kata ayahku?"     

"Keduanya tidak menjadi masalah. Yang penting, ayahmu sudah berhasil menenangkan ibumu. Ia tidak hanya memberikan kotak teh ini kepadaku, tetapi juga menuliskan pesan," kata Arka dengan tenang.     

"Pesan apa? Biar aku lihat!" Sabrina mengintip dengan penasaran.     

Arka mengulurkan tangannya untuk menghentikan Sabrina. "Nakal. Pesan itu bukan untukmu."     

"Apakah kamu tidak penasaran?" Sabrina tampak seperti anak kecil yang nakal.     

"Sabrina …" suara Arka menjadi sedikit dingin saat memanggil namanya dan juga mengatakannya dengan sedikit panjang.     

"Aku tidak akan melihatnya," setiap kali Sabrina mendengar Arka memanggilnya seperti ini, ia langsung berubah menjadi anak yang patuh.     

Ini sudah terjadi sejak mereka masih kanak-kanak dan terbawa hingga mereka dewasa.     

Arka langsung mengelus kepala Sabrina dengan lembut begitu Sabrina menurutinya. "Sudah malam. Aku harus pulang."     

"Apakah besok kita akan berkencan lagi?" Sabrina memandang Arka dengan penuh harap.     

"Besok aku harus bekerja. Aku khawatir aku tidak punya waktu untuk menemanimu seharian seperti hari ini. Aku akan menghubungimu setelah menyelesaikan pekerjaanku," jawab Arka.     

Sabrina mengangguk. "Apakah aku boleh mengunjungimu ke kantor?"     

"Datanglah pada saat jam makan siang. Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" kata Arka.     

"Baiklah. Aku akan datang pada jam makan siang!" jawab Sabrina.     

Sebelum Arka pulang, ia berpamitan terlebih dahulu pada Raka dan Della. Sabrina mengantarkan Arka hingga ke dalam mobil, tetapi ia masih tidak mau masuk juga. Ia merasa tidak rela saat melihat Arka mau pergi.     

"Ada apa? Tidak mau aku pulang?" goda Arka. "Bagaimana kalau kamu masuk ke dalam mobil dan ikut denganku?"     

"Tidak," Sabrina melangkah mundur. "Hati-hati di jalan."     

Arka melambaikan tangannya dan kemudian menutup jendela mobilnya. Setelah itu, mobilnya meluncur keluar dari kediaman Keluarga Mahendra dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.     

Ia masih bisa melihat sosok Sabrina yang berdiri dari kaca spion mobilnya.     

'Sabrina, kamu adalah milikku. Dan kamu hanya bisa menjadi milikku satu-satunya!"     

Sampai mobil Arka tidak terlihat lagi, Sabrina baru kembali ke dalam rumah.     

"Sudah pulang?" Della menghampirinya dan menggandeng tangan putrinya. "Sabrina, bagaimana pendapatmu?"     

"Kita lihat saja nanti. Aku belum pernah berhubungan dengan lawan jenis seserius ini. Sekarang aku hanya ingin melihat perasaanku, seiring berjalannya waktu," jawab Sabrina.     

"Aku menyukai Kak Arka. Aku pikir ia adalah orang yang serius dan menyeramkan. Tetapi ia mau menemaniku bermain tadi. Aku setuju kalau Kak Arka menjadi kakak iparku!" tidak tahu kapan Samuel tiba-tiba saja muncul di tangga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.