Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Paling Bisa Diandalkan



Paling Bisa Diandalkan

0Sabrina terdiam. otaknya serasa kosong, tidak bisa berpikir dengan jernih dan bahkan lupa untuk bereaksi.     
0

Arka melingkarkan tangannya di pundak Sabrina dengan erat, membawa tubuhnya yang lembut itu dekat padanya.     

Bibir Sabrina terasa sedikit manis dan membuat Arka tidak bisa berhenti untuk mengulumnya. Ciuman itu semakin lama menjadi semakin dalam dan tidak terkendali.     

Seekor tupai kecil tiba-tiba melompat, membuat Sabrina terkejut dan mendapatkan kembali kesadarannya.     

Ia ingin melepaskan diri dari Arka, tetapi Arka menggandeng tangannya dan membawanya kembali ke dalam mobil.     

Saat Sabrina duduk di kursi penumpang, Arka kembali menciumnya dan menahannya di kursinya.     

Aura yang maskulin langsung melingkupi Sabrina. Ia melihat mata yang dalam ini. Rasanya, Sabrina mengenal mata yang dalam ini dan mata itu terlihat seperti …     

Sabrina terkejut. Bukankah ini adalah posisi ambigu yang ia ingat dari mimpinya.     

Sabrina langsung panik. Ia meronta-ronta dan berusaha untuk mendorong Arka untuk menjauh.     

Arka sama sekali tidak bergerak, memeluk Sabrina semakin erat, cukup erat sehingga Sabrina bisa mendengar detak jantung Arka dengan sangat jelas.     

Mata Sabrina terlihat panik dan pipinya merona karena ketegangan yang ia rasakan saat ini. Tetapi pemandangan itu membuat Arka semakin kesulitan untuk mengendalikan perasaannya.     

Namun, tiba-tiba saja, ponsel Arka berbunyi dengan keras, memecahkan gairah di antara mereka.     

"Ponselmu berbunyi," kata Sabrina dengan suara pelan.     

Arka bisa melihat ketegangan dan kepanikan dari Sabrina. Ia mengecup keningnya dengan lembut dan membantu Sabrina untuk duduk kembali.     

Wajah Sabrina memerah seperti buah stroberi. Ia menundukkan kepalanya, berpura-pura merapikan bajunya, tidak berani memandang ke arah Arka lagi.     

Arka mengeluarkan ponselnya. Ponsel itu sudah berhenti berdering, tetapi ia mendapatkan sebuah pesan : Kamu tidak mau Sabrina tahu mengenai masalah tiga tahun lalu, kan?     

"Sabrina, aku akan keluar untuk telepon sebentar," Arka keluar dari mobil dan menutup pintunya.     

Sabrina bersandar di jendela sambil memandang Arka dalam diam. Arka memang sangat tampan dan luar biasa. Di mana lagi Sabrina bisa menemukan pria sehebat ini.     

Ditambah lagi, selama ini Arka selalu setia padanya.     

Tetapi Sabrina tidak berani memilihnya. Mengapa?     

Karena Sabrina telah kehilangan kesuciannya tiga tahun lalu dan ia masih belum menemukan siapakah pria itu.     

Kalau pria itu ternyata Aksa, tetapi ia memilih untuk menikah dengan Arka, bukankah kalau masalah ini muncul ke permukaan, ia lah yang akan malu?     

Sabrina tidak bisa menanyakan masalah ini secara langsung dan hanya bisa menyelidikinya secara diam-diam, berharap ada clue yang bisa ia dapatkan.     

Sabrina memegang pipinya, berpikir dengan keras, tetapi ia tidak bisa mengingat siapa sebenarnya pria yang tidur bersama dengannya tiga tahun lalu.     

Bukankah akan lebih baik kalau ia bisa menemukan pria itu lebih cepat? Dengan begitu, hubungannya dengan Arka, Aksa dan Mason tidak akan seperti ini.     

Di ingatannya, pria itu sepertinya juga tidak sadarkan diri. Apakah pria itu semabuk dirinya malam itu?     

Sabrina langsung terkejut setengah mati. Setelah ia terbangun, ia tidak bisa mengingat penampilan pria itu. Apa mungkin pria itu juga mengalami hal yang sama dengannya dan tidak mengingatnya?     

Tetapi saat memikirkannya kembali, Sabrina merasa ada yang salah.     

Pria itu meninggalkan hotel terlebih dahulu. Kalau ia bangun lebih awal, mana mungkin pria itu tidak penasaran dan melihat wajah wanita yang bermalam bersama dengannya?     

Kalau pria itu melihat wajahnya, ia pasti akan mengenalinya!     

Siapa? Siapa sebenarnya pria itu?     

Arka? Aksa? Atau Mason?     

Ini sungguh gila!     

Pada saat itu, di luar mobil, Arka baru saja selesai telepon. Wajahnya terlihat tidak sebaik sebelumnya.     

"Kak, apa ada yang terjadi?" tanya Sabrina dengan khawatir.     

Arka menggelengkan kepalanya sekilas, sementara berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam hatinya.     

Ia memandang ke atah mata Sabrina. Hatinya dipenuhi dengan perasaan bersalah, tidak berani memandang ke arah mata Sabrina yang begitu polosnya.     

Sabrina mengedipkan matanya berulang kali. Arka sedang memandangnya dengan tatapan aneh, seolah ia pernah melakukan sesuatu yang membuatnya sangat kecewa, seolah pria itu merasa bersalah padanya.     

"Kak, kamu merasa bersalah padaku? Apakah kamu pernah melakukan sesuatu yang mengecewakan aku?" tanya Sabrina.     

"Kalau aku bilang iya, apakah kamu akan memaafkan aku?" Arka memandang ke arahnya.     

Sabrina menahan napasnya. Apakah benar Arka?     

Pria tiga tahun lalu, ternyata pria itu adalah Arka Atmajaya!     

Mengapa Arka menyembunyikannya? Mengapa ia memutuskan untuk mengatakannya sekarang? Apakah Arka takut Sabrina akan mencari tahu dan menemukannya dari orang lain, lalu memutuskan hubungan dengannya?     

Setelah tiga tahun berlalu, kejadian itu seperti sebuah batu besar yang membebani hati Arka, membuatnya kesulitan untuk bernapas.     

Ia benar-benar malu pada Sabrina. Setiap hari ia berhadapan dengan Sabrina, ia ingin mengakui semuanya. Tetapi ia tidak tahu harus berkata apa.     

Ia tidak tahu bagaimana cara memulainya.     

Baru saja, Anna mengirimkan pesan padanya, mengancamnya untuk memberitahu kepada Sabrina apa yang terjadi tiga tahun lalu.     

Wanita itu berusaha untuk bergabung di lingkungan mereka dengan mendekati Sabrina tiga tahun lalu.     

Tetapi Sabrina tidak mengetahui apa pun. Sabrina menganggap Anna sebagai temannya dan kali ini hampir saja perusahaan keluarganya terpengaruh karena orang yang ia anggap sebagai teman itu.     

Sabrina tidak tahu apa yang Arka pikirkan saat ini, tetapi ia tahu bahwa Arka sedang gugup, sama seperti dirinya.     

Apakah ini saat yang tepat untuk mencari tahu mengenai masa lalu?     

Sabrina memegang dadanya dengan tangannya dan menarik napas dalam-dalam. "Katakan padaku apa yang terjadi dan aku akan mempertimbangkan apakah aku bisa memaafkanmu atau tidak."     

"Saat kamu berusia 10 tahun, kita bermain sembunyi-sembunyian. Kamu mencari kita dengan mata yang ditutup. Diam-diam aku menciummu," kata Arka.     

"Hah?" Sabrina merasa kepalanya berdengung.     

Arka merasa bersalah padanya karena menciumnya saat mereka bermain sembunyi-sembunyian saat ia berusia sepuluh tahun?"     

"Apa ada hal lain yang kamu pikirkan?" Arka memandangnya sambil tersenyum.     

"Aku pikir tiga … Lupakan saja. Bukan apa-apa," Sabrina menggelengkan kepalanya dengan kecewa.     

Arka mengelus kepala Sabrina dengan lembut sambil tersenyum. "Sepertinya kamu kecewa. Mengapa kamu tidak memberitahuku apa yang ada di pikiranmu sekarang?"     

"Tidak ada. Bukankah kita mau naik ke atas gunung untuk melihat matahari terbenam? Ayo kita berangkat," Sabrina langsung mengalihkan pembicaraan.     

"Pemandangan di puncak gunung memang lebih indah," Arka kembali ke posisinya menyetir dan menjalankan kendaraan mereka hingga mencapai tempat tujuan mereka.     

Area itu memang memiliki pemandangan yang sangat indah dan mudah untuk diakses. Kalau ada hotel yang dibangun di sana, pasti banyak orang mau datang untuk berlibur.     

Selama beberapa tahun terakhir ini, Arka sudah mulai mengembangkan area ini. Ia juga membeli bagian selatan area ini untuk mebangun resort dengan fasilitas kesehatan, restoran dan juga hiburan.     

Arka memikirkan mengenai kedua neneknya yang semakin tua. Tinggal di perkotaan tidak baik untuk mereka. Mereka juga sudah tidak bisa bekerja di taman seperti saat mereka masih muda.     

Arka ingin menciptakan tempat yang tenang dan menyenangkan untuk mereka, tempat di mana semua keluarga bisa mengunjungi mereka dengan mudah.     

Saat mobil mereka tiba di puncak gunung, Arka keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Sabrina.     

Angin di puncak gunung sangat kuat. Mereka berdiri di bawah pohon besar sambil memandang pemandangan di kejauhan.     

"Memang benar pemandangan di puncak gunung jauh lebih indah," Sabrina melihat sebuah batu besar. Ia memanjat batu tersebut dan berdiri di atasnya, kemudian berteriak.     

"Ahhhhhh …."     

Teriakan tersebut disambut dengan gema yang terus menerus, membuat Sabrina merasa itu sangat menarik. Ia terus berteriak untuk beberapa kali.     

Sabrina berdiri di atas pohon dengan berani, sementara itu Arka terus mengawasinya, khawatir Sabrina akan terpeleset dan terjatuh.     

Apa yang ia takutkan itu benar-benar menjadi kenyataan. Tiba-tiba saja, Sabrina kehilangan pijakannya. Tubuhnya oleng dan jatuh ke arah tanah.     

"Ahh!" ia memejamkan matanya dengan ketakutan.     

Tetapi saat ia membuka mata, ia menemukan dirinya berada di pelukan yang hangat.     

Sabrina bersandar di dada Arka dan tertawa kecil. "Aku tahu kamu akan menangkapku. Sejak kecil, kamu adalah orang yang paling bisa aku andalkan, Kak."     

Senyumnya seperti bunga matahari yang cemerlang. Begitu hangat dan ceria. Seumur hidupnya, Arka bersumpah tidak akan melakukan apa pun yang bisa menghapus senyuman itu.     

Sayangnya, tiga tahun lalu ia sudah membuat kesalahan besar …     

Dan ia tidak bisa membiarkan Sabrina melihat sisi gelapnya itu.     

"Kalau aku bisa diandalkan, mengapa kamu tidak memilihku?" kata Arka dengan setengah bercanda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.