Pejuang Troy [END]

Tiga



Tiga

0Vanesa dan Troy duduk menunggu kedatangan orang yang dinanti. Vanesa sedikit merasa khawatir karena sudah lebih dari sepuluh menit dan gadis itu belum juga muncul.     
0

"Troy, Mama mau telepon sebentar, kamu tunggu sini ya." Ucap Vanesa.     

Ucapan Vanesa mengandung makna memerintah. Dia tahu persis bagaimana perangai anaknya itu. Apa saja yang membuat dia tidak nyaman akan ditinggalkan. Dan Vanesa khawatir Troy merasa ditipu dan akhirnya pergi tanpa sepengetahuannya saat dirinya sedang melakukan panggilan.     

"Halo, Sayang, kamu dimana?" tanya Vanesa begitu sambungan telepon diangkat.     

"Maaf Ma'am, saya ada di depan restoran." Jawab suara diujung telepon.     

"Kenapa nggak masuk?" Vanesa mulai keheranan.     

Apakah mungkin gadis itu tidak masuk ke restoran karena melihat mereka berdua dan akhirnya mengurungkan niatnya? Mengingat perangai Troy yang bisa dibilang tidak ramah. Apa sebegitu ciutnya nyali gadis itu? Padahal sepertinya dia gadis yang cukup berani.     

"Eh itu, eh.."     

"Kamu dimana? Biar dijemput." Akhirnya Vanesa memutuskan. Lebih baik menangkap secara paksa daripada dengan cara halus tapi pada akhirnya akan terlepas juga.     

"Saya di depan restoran. Di sebelah kiri pintu masuk."     

Sedikit kesal, Vanesa mengakhiri panggilannya dan segera kembali ke mejanya. Sebelum sampai ke mejanya, dia menyuruh asisten pribadinya untuk menjemput gadis yang sedang menanti di luar restoran.     

"Gimana, Ma? Apa dia datang?" tanya Troy penasaran.     

"Iya, dia udah didepan." Jawab Vanesa singkat.     

Tak berselang lama, datanglah orang yang ditunggu. Fenita.     

Gadis itu masuk di pandu oleh asisten pribadi Vanesa. Dia terlihat sangat cantik dan sederhana. Benar-benar sederhana untuk ukuran keluarga Darren yang bergelimang harta. Tapi itu tidak masalah, selagi Troy bisa tunduk dihadapan gadis itu.     

Segera Vanesa menyambut kedatangan Fenita dengan wajah penuh sumringah. "Halo, Sayang. Udah lama nunggunya?"     

Mempersilahkan duduk, Vanesa lalu pindah duduk disamping Fenita. Dan dengan canggungnya Fenita duduk di kursi sebelahnya.     

"No, Ma'am. Nggak lama." Jawab Fenita canggung.     

Melihat tamu yang ditunggunya datang, Troy mau tidak mau mengalihkan pandangannya ke gadis itu. Sedikit terkejut dan tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh ibunya. Selama ini dia berusaha mencari gadis yang terlihat selevel dengan keluarganya, sampai akhirnya dia menemukan Belle. Tapi sekarang ibunya malah ingin menjodohkan dia dengan gadis biasa seperti ini?     

Melihat penampilannya yang sederhana, Troy langsung ingin meninggalkan tempat itu sekarang. Tapi saat akan bangkit, mata Mamanya langsung terlihat sayu.     

Apa-apaan ini? Dia yang mau dijodohin? Oh ya Tuhan apa selera Mama udah down grade? Apa kata orang-orang nanti saat tau istri seorang Troy Agung adalah gadis lusuh nan kumal yang dipungut dari jalanan? Keluh Troy dalam hati.     

Pemikiran Troy tidak bisa berhenti begitu melihat sosok di depannya.     

"Troy, kenalin. Ini Fenita. Yang Mama ceritain tadi." Vanesa terlihat bersemangat. "Fenita, ini Troy, putra semata wayang Tante."     

Fenita menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Troy benar-benar tidak dapat menahan gejolak hatinya, sehingga dia hanya bisa memasang wajah datar. Bahkan Troy tidak menyambut uluran tangan gadis itu. Meskipun anggapan menjadi laki-laki yang tidak sopan itu menghampiri dirinya.     

"Kamu udah lapar? Kalo gitu kita langsung pesan aja gimana?" Vanesa berusaha penuh agar bisa mencairkan suasana.     

Suasana canggung itu berlangsung lama. Bahkan setelah memulai beberapa obrolan ringan, suasana canggung itu tetap menggelayuti. Dan Troy terlihat sangat tidak nyaman dengan acara makan siang ini. Beberapa kali dia tertangkap basah tengah sibuk berkirim pesan dengan orang lain daripada ikut bergabung dengan obrolan kedua perempuan dihadapannya.     

Saat hanya tinggal mereka berdua, Troy segera menginterogasi gadis itu.     

"Jadi, berapa uang yang ditawarin sama Mama? Kayanya kamu butuh banget uang itu."     

"Maaf, maksudnya apa ya?" Fenita berusaha memperjelas keadaan.     

"To the point aja. Berapa uang yang kamu butuhin? Aku sediakan uang dan silahkan menjauh dari kehidupan kami."     

Menilik ekspresi gadis itu, sepertinya perkataan Troy barusan tepat mengenai sasaran. Iya, apalagi yang dicari oleh gadis itu kalau bukan uang? Dengan penampilan yang lusuh, tentudia hanyalah gadis yang akan menjual drama pilu hidupnya. Dan kebetulan Troy memiliki beberapa uang yang tidak pernah disentuhnya.     

"Maaf, untuk masalah itu kalian bisa mendiskusikan tanpa perlu ada pihak ketiga." Terlihat Fenita sedikit marah. Dengan cekatan dia mengambil tas dan bangkit dari duduknya. "Terima kasih untuk makan siangnya. Dan tolong sampaikan ke Madam, aku sangat berterima kasih atas undangannya."     

Tak dapat dipungkiri, Troy sedikit terkejut dengan sikap gadis yang baru dikenalkan dengannya. Tidak ada perempuan yang dengan gamblang mengakui niatnya. Dan sekarang setelah dengan angkuhnya dia berkata seperti itu, dia meninggalkan Troy dan tanpa menunggu Mamanya kembali.     

"Gadis macam apa itu? Nggak punya sopan santun sama sekali. Apa orangtuanya nggak pernah ngajarin?" Troy menggerut tidak jelas.     

"Loh, Fenita kemana?" tanya Vanesa ketika kembali dari toilet.     

Pandangan penuh curiga tertuju kepada Troy. Pasti sesuatu telah terjadi dan itu pasti ulah Troy.     

"Troy?"     

...     

Apakah ini hari tersial yang pernah dialami Fenita? Hanya Tuhan yang tahu apa rencana-Nya untuk Fenita.     

Dia sudah berusaha bersikap sopan dengan datang lebih awal, dan dia juga mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Siapa sangka pihak restoran tidak mengijinkan dia masuk karena dia terlihat lusuh. Dan kumal.     

Oh, jadi sekarang derajat orang dinilai dari cara mereka berpakaian. Bagaimana dengan mereka yang menyamar? Oh iya, itu mungkin hanya ada di film ataupun reality show TV. Jadi itu tidak berlaku bagi dirinya yang memang terlahir miskin, yang bahkan harus tinggal di panti asuhan.     

Halo, siapa yang bisa milih untuk dilahirkan di keluarga mana yang dia kehendaki? Aku juga nggak pernah menginginkan ada diposisi ini!! Batin Fenita dengan penuh amarah.     

Meski sudah pasrah, tetap saja dia merasa jengkel dan penuh emosi. Andai saja dia memiliki kekuatan super, tentu dia akan meluluhlantahkan apa saja yang ada dihadapannya saat itu. Untung saja dia hanyalah manusia biasa, dan lemah.     

Untuk meredakan emosinya, Fenita akhirnya mampir ke sebuah minimarket terdekat dan membeli eskrim. Eskrim termahal yang ada disana. Padahal selama ini dia berusaha berhemat mati-matian agar bisa membelikan hadiah untuk Ibu yang telah membesarkannya. Tapi sekarang karena perkataan lelaki kaya nan sombong itu, dia merelakan membuang uang untuk hal yang hanya bertahan sesaat.     

Setelah menghabiskan kedua eskrim mahalnya, Fenita kembali ke akal sehatnya. Kalau bukan karena pesan dari Ibu, dia tidak akan menerima undangan makan siang itu. Ini lah nasib orang yang tidak mempunyai harta benda. Harus membayar hutang budi yang bahkan mungkin sudah dilupakan oleh mereka yang memberi kepada mereka.     

Madam Vanesa adalah seorang donatur untuk panti asuhannya dulu. Kalau bukan karena kebaikan beliau, dia tidak tahu bagaimana nasib anak-anak panti asuhan.     

Dulu, saat Fenita berusia sepuluh tahun, panti asuhan tempatnya tinggal mengalami krisis yang sangat parah. Tidak adanya dana untuk operasional dan juga masalah sengketa tanah dimana bangunan yang menjadi rumah bagi lima belas anak tinggal. Sang anak pemilik tanah ingin menggusur bangunan itu dan menggantikannya dengan bangunan mall atau hotel yang modern, tapi ditentang oleh orangtuanya yang telah menghibahkan tanah itu untuk panti asuhan.     

Pada saat itulah Madam Vanesa datang berkunjung ke panti asuhan dan mendengar masalah yang menimpa panti. Dengan murah hati Madam membeli tanah beserta bangunan dengan harga tinggi agar dapat dipergunakan untuk panti asuhan. Tidak hanya itu, beliau menjadi donatur tetap untuk panti asuhan. Membantu dan merawat anak-anak panti hingga mereka mendapat pendidikan yang layak pula.     

"Selama kamu bisa membantu ataupun membalas kebaikan Madam Vanesa, lakukan lah."     

Begitulah pesan Ibu kepada Fenita. Dan sekarang mungkin saatnya untuk membalas kebaikan beliau telah tiba. Ini adalah saat-saat yang amat dinantikannya. Tapi semuanya menjadi kacau karena ulah pemuda bernama Troy itu. Disatu sisi dia ingin membantu dan membalas jasa Madam Vanesa, tapi kok disisi lain anaknya banyak bertingkah ya?     

Akhirnya Fenita berjalan ke halte busa terdekat untuk kembali ke kosnya. Paling tidak dia akan bisa mendengarkan pendapat absurd Yura yang unik setelah mendengarkan apa yang dia alami hari ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.