Pejuang Troy [END]

Delapan



Delapan

0Disinilah Troy sekarang. Di restoran keluarga miliknya bersama dengan gadis licik yang diam-diam sudah menipunya. Siapa lagi kalau bukan Fenita. Dan lihat dia, berusaha tampil sepolos mungkin untuk menghindari tuduhan yang ditujukan untuknya.     
0

"Ini perjanjian pernikahan kita. Baca baik-baik sebelum ditandatangani. Tiga hari lagi Mr. Khan akan ambil." Troy menyerahkan amplop coklat itu kepada Fenita.     

"Perjanjian pernikahan? Jadi maksudnya kamu setuju dengan ide Madam Vanesa?" Fenita terkejut.     

"Mau bagaimana lagi? Aku nggak bisa nolak perintah Mama. Atau kamu mau menjelaskan semua kebenarannya ke Mama?"     

"Aku udah berusaha, tapi beliau malah nuduh aku diintimidasi oleh anda, Sir."     

"Nggak usah pasang wajah memelas. Aku tahu, dalam hati kamu bersorak gembira karena rencana licik kamu berhasil."     

"Excuse me, Sir! Apa maksud anda dengan rencana licik?" Fenita merasa tersinggung dengan tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya.     

Hampir saja emosi Troy lepas kendali.     

"Tiga hari lagi, Mr. Khan." Troy menegaskan sekali lagi.     

Lalu Troy meninggalkan Fenita yang masih memandangi amplop coklat itu.     

Di luar, Mr. Khan dengan setia menanti sang bos dalam tenang. Meski terkadang menyebalkan, Mr. Darren adalah bos yang baik. Beliau penuh pengertian dan perhatian terhadap karyawannya.     

Segera mobil yang dikemudikan Mr. Khan melaju meninggalkan restoran. Juga meninggalkan Fenita.     

"Sir, apa anda akan menerima undangan makan malam Mr. Mayer?" tiba-tiba Mr. Khan mengingatkan.     

"Mungkin. Kapan itu diadakan?"     

"Lusa, di hotel beliau." jawab Mr. Khan sopan.     

Sejenak Troy memikirkan sesuatu hal. Sangat jarang Mr. Mayer mengundang orang asing untuk bergabung dalam acara malan malamnya. Tiba-tiba saja Troy mendapat undangan tak terduga itu. Yah meski hubungan mereka tidak terlalu baik, tidak ada salahnya untuk beramah tamah dan memperluas koneksi bisnisnya.     

"Oke, kabari Mr. Mayer kalau aku akan menerima undangannya." akhirnya Troy memutuskan. "Dan jangan lupa mampir ke restoran untuk bertemu Miss Fenita lusa. Ada dokumen yang harus kamu ambil."     

"Yes, Sir." jawab Mr. Khan dengan patuh.     

Setibanya di kantor, Troy menyibukkan dirinya dengan beberapa dokumen yang harus ditandatanganinya. Tak ada yang berani mengusik ketenangan dalam ruangannya, kecuali sang ibu.     

"Troy, apa kamu sudah bertemu Miss Fenita?" tanya Vanesa begitu melihat sosok anaknya.     

"Ma, bisa kita bahas itu di rumah? Aku sedang bekerja oke."     

Kejadian hari itu, untung saja tidak diketahui banyak orang. Beberapa staff hotel yang tidak sengaja mengetahuinya tahu harus bersikap seperti apa. Semua hal yang ada di hotel tidak akan pernah keluar dari pintu hotel, bila hal itu terjadi, pihak internal hotel akan menyelidikinya. Itulah kenapa hotel Harison menjadi hotel yang banyak dikunjungi karena privasi yang dijunjung tinggi. Selain dari mereka, tidak ada yang tahu. Sepertinya.     

Jadi kabar pernikahan Troy belum tersebar. Dan sebisa mungkin tidak akan ada yang menyebarkannya.     

"Makan malam di rumah, dan kita akan membahas masalah ini."     

Vanesa Darren lalu keluar dari ruangan kerja Troy, meninggalkan putranya yang sedang sibuk. Sepertinya sifat memaksa Troy didapat dari Mrs. Darren.     

"Hufff." Hembusan napas yang penuh frustasi itu memecah keheningan ruang kerja Troy.     

"Kamu tahu, Belle, hidupku sekarang berantakan." Troy menatap foto yang ada di depannya.     

Itu adalah foto yang diambil tepat sebelum Belle meninggalkan Troy tanpa penjelasan. Rencananya foto itu akan digunakan untuk cover undangan pertunangan mereka kelak. Tapi rencana mereka tidak sejalan dengan rencana Tuhan. Pertunangan itubtidak pernah terjadi. Atau bagi Troy, pertunangan itu hanya belum terjadi.     

...     

Di kamar kosnya, Fenita membolak-balik dokumen yang diberikan oleh Troy. Di sampulnya tertulis dengan jelas judulnya.     

"SURAT PERJANJIAN PRANIKAH"     

Beberapa kali dibacapun isinya tidak akan berubah. Dan isinya terlalu menyudutkan dirinya.     

1. Kontrak menikah hanya berlaku selama dua tahun.     

2. Tinggal serumah dengan kamar terpisah.     

3. Tidak ada anak selama kontrak menikah.     

4. Jangan tampil didepan publik kecuali ajakan Mama.     

5. Setelah kontrak selesai, "istri" akan mendapatkan bagiannya maksimal Rp 500.000.000     

Kenapa isinya hanya untuk keuntungan dia saja?     

Dan yang paling akhir, apa angka itu tidak terlalu banyak? Perlu berapa puluh tahun bagi Fenita untuk bisa mendapatkan uang dengan nominal itu dengan pekerjaannya yang sekarang?     

"Dia kan orang kaya, uang segitu pasti bukan masalah."     

Saat akan menandatangani surat perjanjian itu, tiba-tiba saja dia teringat dengan pesan Ibu. Tentang bagaimana baik dan berjasanya keluarga Darren untuk panti asuhan mereka. Pikiran untuk menerima nominal uang itu rasanya tidaklah pantas.     

Tapi kali ini situasinya berbeda. Ada simbiosis mutualisme yang terjadi dalam perjanjian kali ini. Fenita akan diuntungkan dengan mendapatkan uang itu, dan Mr. Darren tidak akan rugi karena nama baiknya tetap terjaga.     

"Tok tok tok, Fenita." suara Yura menyadarkan lamunan Fenita.     

"Yes, darling. Ada apa?"     

"Kamu sibuk?" Yura tampaknya mengamati surst perjanjian yang sedang dipegang oleh Fenita.     

Dengan tergesa-gesa, Fenita segera menyimpan surat itu kedalam amplop dan memasukkannya ke dalam lemari bajunya.     

"Nggak, Im free. Kenapa?"     

"Will ngajakin barbeque-an di atas. Tapi aku nggak mau kesana kalo cuma sendiri. Kamu mau gabung?"     

Barbeque? Sounds good. Batin Fenita.     

"Im sorry. Hari ini restoran padat, jadi aku pengen istirahat cepat."     

Fenita benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dia ucapkan. Disaat perut dan pikirannya bersemangat dengan ajakan Yura, tetapi mulut malah menolaknya.     

"Oke deh, nggak bisa maksa." suara Yura terdengar lesu. "Kalo berubah pikiran, naik aja ya."     

"Sure."     

Dan dalam keheningan di dalam kamarnya, Fenita segera menandatangani surat itu. Sesuai dengan kesepakatan mereka, akan ada beberapa hal yang ditambahkan.     

6. Penyesuaian dan pengertian dalam kondisi darurat.     

Setelah menambahkan poin ke enam, Fenita memasukkan surat perjanjian itu kedalam amplop dan mulai merebahkan diri ke kasurnya sambil berandai-andai.     

Jadi, dalam dua tahun kedepan dia akan menjadi orang kaya. Apa yang akan dia lakukan dengan uang sebanyak itu? Prioritas utamanya sekarang adalah panti asuhan dan Ibu. Sisanya akan dia pikirkan kemudian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.