Pejuang Troy [END]

Enam



Enam

0Matahari bersinar dengan teriknya, menembus masuk ke dalam ruangan. Perlahan Fenita menutupi wajah dengan telapak tangannya, menghalau sinar matahari yang menyilaukan itu. Saat akan bergerak, dia merasa ada sesuatu yang menahannya. Sebuah tangan?     
0

Betapa kagetnya ia saat melihat sesosok tubuh yang terkulai dibelakangnya. Troy Mikhaila??     

Seketika Fenita menyingkirkan tangan itu dan segera bangkit.     

Bila hal itu sudah cukup mengejutkan Fenita dipagi ini, ada hal lain yang lebih mengagetkan.     

Disana, berdiri seorang wanita paruh baya dengan pakaian yang sangat mewah dan elegan. Dibelakang beliau berdiri dua orang, dimana salah satunya dikenali Fenita sebagai Mr. Khan.     

Damn! Apa yang terjadi semalam? Batin Fenita penuh pertanyaan.     

Saat Fenita berusaha membuka mulut untuk menjelaskan, namun Madam Vanesa segera memberi isyarat kepadanya untuk menutup mulut. Fenita segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya.     

Perlahan namun pasti, Madam Vanesa berjalan menuju tempat tidur. Hal selanjutnya yang beliau lakukan tidak pernah ada dalam bayangan Fenita mengingat betapa anggunnya beliau.     

"Hei berandal kecil, ayo bangun. Kamu pikir apa yang kamu lakukan hah?!"     

Bukan hanya suara sang madam yang menggelegar memekakkan telinga yang membuat pemuda itu bangun, tapi juga sabetan ikat pinggang.     

Melihat hal itu, Fenita juga merasa terkejut. Dia tidak pernah melihat bagaimana kehidupan yang dijalani oleh para konglomerat. Dan ini sedikit mengejutkan bagi dirinya.     

Disisi lain, Troy yang terkaget dengan apa yang baru saja dilakukan oleh ibunya, langsung bangun dalam keadaan linglung. Ada apa ini? Kenapa banyak orang di dalam kamar? Dan apa pula reaksi dan wajah yang mereka tampilkan itu?     

Jelas Fenita tidak mau terlibat dalam masalah ini. Ditambah lagi sekarang sudah pukul delapan pagi, dan dia harus masuk shift pagi kali ini. Masalah lain akan muncul jika dia tidak sampai di restoran dengan tepat waktu. Pertanyaannya, bisakah dia bisa tepat waktu sampai di restoran sekarang? Mengingat dia belum mandi dan ganti baju.     

Ketika seluruh perhatian orang-orang tertuju pada Troy, perlahan Fenita berjalan keluar kamar. Namun sayangnya, langkah Fenita terhenti oleh suara yang sangat khas tepat sebelum dia berhasil membuka pintu.     

"Kamu mau kemana, Sayang?" tanya Madam Vanesa lembut.     

Membalikkan badannya dengan canggung, Fenita menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Maaf Ma'am, saya harus berangkat kerja. Saya ada shift pagi hari ini."     

"Paling tidak, kamu harus sarapan dan mengganti baju." ucap Madam Vanesa sambil menunjuk baju Fenita yang lusuh. "Aru, siapkan beberapa baju untuk Miss Fenita, juga sarapan untuk dia."     

"Baik Ma'am." jawab perempuan yang bernama Aru.     

Aru mempersilahkan Fenita mengikuti dirinya menuju kamar lain di hotel ini.     

Sebenarnya Fenita enggan mengikuti Aru. Selain karena tidak merasa kenal, dia juga merasa canggung. Tapi menolak kebaikan Madam Vanesa juga bukan hal yang tepat untuk dilakukan. Dengan berat hati, akhirnya Fenita mengikuti Aru.     

Di kamar sebelah, Aru membimbing Fenita untuk masuk ke walk in closet yang sangat mewah. Disana terdapat banyak baju mahal yang tergantung. Tidak hanya baju, disana juga terdapat lemari yang penuh dengan tas dan sepatu dari berbagai merk. Barang-barang yang tidak pernah Fenita lihat secara langsung.     

"Miss, anda mau mengenakan pakaian seperti apa? Mungkin saya bisa membantu." tanya Aru.     

"Eh kaos dan celana jeans udah cukup, Ma'am." jawab Fenita canggung.     

"Jangan panggil saya Ma'am, panggil saja saya Aru." Aru memberikan senyum terbaiknya.     

Fenita hanya bisa menganggukkan kepalanya.     

Begitu mengetahui baju macam apa yang ingin dikenakan oleh Fenita, Aru segera memilih beberapa kaos dan celana yang ada di lemari. Tidak hanya itu, Aru bahkan menyiapkan beberapa sepatu dan jaket sebagai pelengkap.     

"Silahkan dipilih mana yang ingin anda kenakan. Kamar mandi ada di sebelah sana." kata Aru sambil menunjuk ke arah letak kamar mandi.     

Entah harus bersyukur atau menyesal, Fenita merasa bingung. Setelah kemarin dia menikmati pemandangan indah dari dalam hotel mewah, sekarang dia dilayani bagai putri raja. Tidak hanya itu, dia juga bisa memakai baju dan sepatu yang mahal. Sayangnya disisi lain, sepertinya masalah besar sedang menantinya di depan mata.     

"Pilih yang paling biasa aja. Nanti kalo ternyata harus diganti, mau ganti pake apa?" kata Fenita seraya memilih baju yang terlihat biasa dan tampak murah.     

Sayangnya, setelah beberapa saat memilih, dia belum bisa menentukan baju mana yang akan dia kenakan. Fenita merasa bingung, diantara beberapa baju yang telah disiapkan oleh Aru, mana yang harganya paling murah.     

"Ma'am, apakah ada masalah?" suara Aru mengagetkan Fenita.     

"Hah? Oh nggak, semua baik-baik aja." jawab Fenita sedikit panik.     

"Kalau begitu kami akan menunggu di luar. Sebentar lagi sarapan akan siap."     

Pada akhirnya, Fenita memilih baju yang ada di dekatnya dan segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sekali lagi Fenita merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. Kamar mandi ini jelas berbeda dengan apa yang pernah dilihatnya. Lihat wastafel itu, keran airnya, juga jacuzzi itu. Semuanya tampak mewah dan mahal.     

Ya ampun, rasanya aku menjadi orang udik yang paling udik diantara mereka semua.     

...     

Melihat tatapan ibunya dan Mr. Khan, Troy merasa dia sedang dalam masalah besar. Insting bertahannya segera diaktifkan.     

"Mama ngapain disini?" tanya Troy setenang mungkin. Berusaha menyembunyikan ketakutannya.     

"Troy Mikhaila Darren, apa Mama ngajarin kamu untuk berperilaku seperti itu?" suara Vanesa terdengar penuh dengan ancaman.     

"Ap-apa maksud Mama?" karena terkejut, Troy sedikit terbata.     

"Apa kamu udah gila tidur sama gadis polos seperti Fenita? Mama nggak percaya kamu minta nomor dia untuk melakukan hal bejat begini. Apa mau kamu sebenarnya?" amarah Vanesa tidak bisa dibendung lagi.     

What? Gadis polos? Oh God, jadi Mama belum tau gimana sifat asli gadis itu??     

"Ma, dengerin penjelasanku dulu. Ini nggak kaya apa yang Mama pikirin."     

Troy melirik ke arah Mr. Khan, tapi dia dengan polosnya mengalihkan padangan. Berusaha angkat tangan dalam masalah ini.     

"Berapa banyak orang yang liat kamu sama dia? Ini benar-benar memalukan."     

Troy benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Dia hanya tidur disana dengan perempuan itu tanpa melakukan apa-apa. Oh, akhirnya dia paham apa yang dimaksudkan oleh sang ibu.     

"Jadi maksud Mama aku melakukan hal yang tidak terpuji dengan perempuan itu? Gitu maksud Mama?" kini Troy yang dipenuhi emosi. "Atas dasar apa Mama bisa punya pemikiran seperti itu? Apa perempuan itu yang ngasih tahu ke Mama dan bersikap seolah-olah dia adalah korban?!"     

Akhirnya dia tahu apa yang menjadi inti masalah. Betapa dia sebenarnya sudah masuk kedalam perangkap perempuan itu. Dan sialnya, dia benar-benar diperlakukan sebagai tersangka.     

"Terus apa yang kamu lakukan? Apa ada bukti kalau kalian nggak ngapa-ngapain?" Vanesa kini mendesak putranya.     

Dia memang berniat menjodohkan putranya dengan Fenita. Secara baik-baik. Bukan dengan tragedi murahan seperti ini. Dan dia juga akan menyerahkan keputusan akhirnya ditangan Troy, apakah dia akan mencoba mendekati Fenita atau tidak.     

Tapi kenapa hal ini harus terjadi? Bagaimana dia akan bertanggungjawab atas hidup gadis itu nantinya? Sedangkan keluarga gadis itu sudah banyak menolong dia dan Troy.     

"Perempuan itu udah ngomong apa aja ke Mama? Aku yakin ini rencana dia buat jebak aku, Ma. Aku nggak sebejat itu untuk melakukan hal yang nggak bermoral itu." Troy berusaha memberikan penjelasan dan membersihkan namanya.     

"Dan Mama tahu, satu-satunya gadis yang aku suka dan cinta cuma Belle. Mama..."     

"Cukup! Mau sampai kapan pikiran kamu dipenuhi gadis tidak bertanggungjawab itu? Apa kamu selamanya hanya akan berkutat dengan dia sedangkan dia nggak pernah mikirin kamu barang sedetikpun."     

Perkataan Troy sungguh melukai hati Vanesa. Setelah bertahun-tahun berusaha menyingkirkan gadis itu dari hidup dan pikirannya, fakta sebenarnya adalah bahwa usahanya sia-sia belaka. Troy masih saja berkubang dengan pikiran dia, dia dan dia.     

"Mama ingin kamu bertanggungjawab atas Fenita. Nikahi dia demi kehormatan gadis itu."     

Setelah mengucapkan kalimat itu, Vanesa pergi meninggalkan Troy yang masih syok.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.