Pejuang Troy [END]

Enambelas



Enambelas

0Dua hari Troy tidak keluar dari kamarnya. Selama itu pula tidak terlihat aktifitas yang terlihat di kamar hotel yang ditempati oleh Troy.     
0

Di dalam kamar, dia terus saja memandangi foto Belle dengan dirinya yang tersimpan di ponselnya. Foto itu diambil bertahun-tahun yang lalu. Tak akan ada yang pernah menyangka bahwa pasangan muda mudi yang dimabuk cinta itu akhirnya berpisah dan menikah dengan orang yang tak pernah mereka duga.     

Itulah hidup. Manusia bisa merencanakan apa saja yang ingin mereka lakukan, tapi tetap saja campur tangan Tuhan tidak bisa disingkirkan.     

"Cari tahu dimana keberadaan Belle sekarang. Kabari jika sudah ada hasilnya."     

Pada akhirnya Troy sudah memutuskan apa yang akan dia lakukan saat ini. Apapun yang terjadi, dia harus meminta penjelasan dan mendengarnya langsung dari mulut Belle.     

Setelah mendapat pesan yang berisikan lokasi Belle, Troy bergegas keluar dari kamarnya. Masih dengan wajah yang kusut dan kurang tidurnya.     

Tak jauh dari tempatnya berdiri, Troy melihat seseorang yang sangat dirindukannya sedang berjalan dengan santainya bersama laki-laki lain. Terlihat wajah Belle yang sumringah membuat Troy serasa ingin membakar laki-laki disamping gadisnya.     

"Belle." panggil Troy, saat Belle berdiri tak jauh darinya.     

Orang yang dipanggil namanya menghentikan langkahnya. Dia mematung melihat sosok yang menyebut namanya tadi. Entah harus mempercayai pengelihatannya atau tidak, perempuan itu seperti berusaha mengelak.     

Benar saja, Belle langsung mengalihkan pandangannya dan melanjutkan jalannya. Seolah tidak pernah mendengar namanya dipanggil. Dan juga seolah dia tidak pernah melihat lelaki yang familiar itu berdiri disana.     

"Belle, tunggu." Troy segera mengejar Belle yang menjauh.     

Saat hampir meraih tangan Belle, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menepis tangan Troy.     

"Hey, Bung. Ada masalah dengan istriku?"     

Istri? Troy mengalihkan pandangannya.     

Itu Ammari Hasan. Orang yang dikabarkan menjadi suami Belle.     

"Maaf, tapi aku ada urusan dengan pacarku." kata Troy sambil memandangi Belle.     

Tatapan lembut Mr. Hasan seketika berubah. Terlihat dari matanya yang membelalak.     

"Maaf, dia istriku." Mr. Hasan menarik pinggang Belle, bersikap protektif.     

"Belle, aku udah nyari kamu beberapa tahun ini. Bisa kita bicara sebentar?" ucap Troy tidak memerdulikan perkataan Mr. Hasan.     

Belle yang menurut Troy sudah banyak berubah, tak berani langsung menjawabnya. Dia terlebih dahulu memandang lelaki disampingnya. Seolah berbicang melalui telepati, akhirnya Mr. Hasan menganggukkan kepalanya.     

Mempercayai sepenuhnya sang istri, Mr. Hasan meninggalkan Troy dan Belle untuk berbincang secara empat mata.     

Meski banyak yang ingin ditanyakan kepada Belle, Troy hanya bisa terdiam menatap orang yang beberapa tahun terakhir ini membuatnya gila. Benar-benar gila.     

"Belle, I miss you so much." kata Troy sambil maju beberapa langkah untuk memeluk Belle.     

Anehnya, Belle memundurkan tubuhnya. Menghindari Troy.     

"Mr. Darren, aku minta maaf atas apa yang sudah terjadi. Aku mengakui semua kesalahanku dengan meninggalkanmu. Tapi aku mohon, biarkan aku hidup dengan keluarga kecilku sekarang."     

Tak ada alibi, tak ada penjelasan yang berbelit-belit, juga tak ada drama ala perempuan. Belle hanya meminta maaf dan mengakui bahwa dia sudah berbuat salah.     

"Tapi kenapa, Belle? Apa salahku? Apa kurangku?" tuntut Troy.     

"Nggak ada yang salah dan kurang dari kamu. Aku hanya berusaha mencari kebahagiaanku. Dan inilah aku yang sekarang. Aku menjadi Mrs. Hasan yang sebentar lagi akan menjadi ibu."     

Bagai petir di siang bolong, perkataan Belle membuat Troy seperti kehilangan pijakan. Kakinya terasa ringan.     

Apa kata dia? Nyonya Hasan? Menjadi ibu? Bukankah dia pernah berkata bahwa dia ingin menjadi istri dan ibu dari anak-anakku?     

Tak terima dengan apa yang diucapkan Belle, Troy kehilangan akal sehatnya. Dengan kasar dia menarik lengan Belle, menyebabkan perempuan itu meringis kesakitan.     

"Katakan kalo itu semua nggak benar!" teriakan Troy menggema di ruangan itu. "Kamu bilang aku segalanya. Bahkan kita sudah merencanakan pernikahan. Ini bohong kan, Belle?"     

Di ruang sebelah, Mr. Hasan yang melihat istrinya memasang wajah kesakitan segera bergerak. Diikuti beberapa pengawalnya, Mr. Hasan mencoba melindungi istrinya.     

"Apa yang kamu lakukan? Itu menyakiti istriku!" Mr. Hasan memarik Belle kesisinya.     

Dengan brutalnya Troy langsung mendorong Mr. Hasan dan memukulinya. Dia sudah muak mendengar laki-laki ini menyebut Belle dengan sebutan istri. Tak ada seorangpun yang pantak menyebutkan itu kecuali dirinya.     

Melihat bosnya dipukuli, dua pengawal Mr. Hasan segera menarik Troy. Hanya dengan satu anggukan, kedua pengawal Mr. Hasan berbalik memukili Troy. Dua lawan satu. Selain kalah jumlah, Troy juga kalah fisik.     

Puas menghajar Troy hingga babak belur, Mr. Hasan menghentikan pengawalnya.     

"Aku bukan orang yang suka kekerasan, tapi anda tampaknya tidak bisa diajak kompromi. Apapun masalahmu dengan istriku, itu masa lalu. Terima saja bahwa dia meninggalkanmu dan memilihku. Itu fakta yang tidak bisa ditolak."     

Setelah berkata panjang lebar, Mr. Hasan dan rombongannya meninggalkan Troy yang masih tergeletak dilantai. Darah segar keluar dari ujung bibirnya.     

"Belle!" Troy meneriakkan nama itu dengan sisa tenaganya.     

Beberapa orang yang lewat hanya melihat Troy yang mengenaskan. Mereka juga tidak mau repot-repot menolong Troy setelah melihat bahwa dia berurusan dengan orang yang salah. Siapa yang tak kenal dengan Ammari Hasan. Pemuda yang sempurna tapi terkenal dengan sifatnya yang buruk.     

Sambil menahan sakitnya, Troy bangkit dan meningkalkan tempat itu. Dia berusaha sekuat tenaga menahan sakit yang kini terasa semakin menjadi-jadi.     

Di dalam kamar hotelnya, Troy benar-benar merasa kesepian. Hidupnya kini benar-benar sudah hancur dan berakhir. Ini lebih membuat Troy merasa frustasi ketimbang beberapa tahun yang lalu saat Belle meninggalkannya.     

...     

Seminggu berlalu dengan sangat cepat. Meski hanya berdua dengan Daniella, Fenita tetap merasa liburan kali ini sungguh menakjubkan. Banyak hal yang dia jumpai dan alami selama bersama dengan Daniella.     

"Hari ini kita akan kemana, Daniella?" tanya Fenita penuh antusias.     

"Bagaimana dengan mengunjungi istana?"     

"Boleh. Lalu?"     

"Beberapa istana yang ada disini." Daniella mencoba mengungkapkan maksudnya.     

Ditempatnya, Fenita masih terdiam. Dia tidak memahami maksud Daniella.     

"Kita akan mengunjungi beberapa istana. Jaraknya memang sedikit jauh dari sini, tapi itu akan menjadi pengalaman yang menyenangkan." jelas Daniella panjang lebar.     

Seperti dugaan, Fenita langsung menyetujui ide Daniella dan segera memasang wajah penuh takjub.     

Sampai seseorang masuk ke dalam apartemen dan mengagetkan kedua gadis itu.     

"Astaga Troy! Kamu kenapa?"     

Fenita langsung menghampiri Troy. Meninggalkan Daniella dan rencananya untuk mengunjingi beberapa istana.     

Troy segera menepis tangan Fenita yang akan menyentuh wajahnya. Melihat Troy yang berjalan timpang, Fenita diliputi kekhawatiran.     

Apa yang terjadi? Urusan apa yang membuat dia kembali dengan kondisi seperti itu?     

Pertanyaan demi pertanyaan berputar diotak Fenita. Apapun yang terjadi, dia harus segera membantu Troy. Dia tidak boleh kembali ke Indonesia dengan wajah yang babak belur seperti itu. Selain untuk menjaga nama baik, dia juga tidak tahu harus bagaimana menjelaskan kepada mama mertuanya mengenai keadaan Troy.     

"Maaf Daniella, mungkin kita harus menunda acara kita. Aku akan menghubungi nanti setelah keadaan membaik." ucap Fenita sambil lalu.     

"Baik, saya akan datang lain waktu." Daniella menyadari waktunya tidak tepat dan langsung mohon undur diri.     

Sepeninggalan Daniella, Fenita langsung bergerak cepat. Menyiapkan obat untuk Troy, juga beberapa baju ganti. Itu pasti sangat sakit, melihat bajunya terkena noda darah, juga wajahnya yang lebam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.