Pejuang Troy [END]

Empat puluh empat



Empat puluh empat

0Tak terasa liburan telah usai. Saatnya kembali ke rutinitas harian untuk memulai kuliah.     
0

Pagi ini Fenita sudah siap dengan dandanannya untuk memulai kuliah. Tas ransel berisi laptop dan beberapa buku membuat Fenita tampil sporty. Tapi riasan tipis nan natural dan baju terusannya membuat gadis itu tampak feminim.     

"Mau diantar?" Fritz sedang mengenakan jasnya ketika melihat Fenita turun dari kamarnya.     

"Boleh, tapi nanti mampir beli kopi dulu." anggukan Fritz tak pernah absen bila sang adik memiliki permohonan. Ditambah lagi, sepertinya adiknya sedang berada dalam mood yang baik pagi ini.     

Selama perjalanan menuju kampus, Fenita tak bisa berhenti berharap dengan dosen baru yang akan menjadi kelas pertamanya hari ini. Semoga dosen baik akan membawa nilai yang baik pula. Dan Fritz hanya bisa tersenyum sembari mengamini segala permohonan adiknya itu.     

Tak mau mengundang perhatian orang-orang sekitarnya, Fenita memilih untuk turun di kedai kopi terdekat dengan kampus. Dan Fritz pun mendapatkan jatah kopi juga.     

"Yakin nggak mau dianter sampai depan kamous?" Fritz sekali lagi bertanya.     

"Nggak kakak tersayang. Biar adikmu ini sekalian olahraga." jawab Fenita sambil memeluk kakaknya dengan sayang.     

Elusan ringan di rambut Fenita menandakan bahea Fritz tidak keberatan dengan usulan adiknya itu. Sama seperti biasanya.     

"Jovi." Fenita berteriak kegirangan mendapati sahabatnya sudah menunggu dirinya didepan lobby kampus. Kedua perempuan itu langsung berpelukan karena sudah lama tidak bertemu. Yah paling tidak selama liburan semester ini.     

"Oh my girl, I miss you badly." Jovita tak kalah heboh membalas pelukan Fenita.     

Setelah memberikan kopinya, kedua sahabat itu berjalan menuju kelas mereka. Tak sabar menanti siapa dosen ganteng yang akan mengajar mereka selama satu semeter kedepan. Tak hanya Fenita dan Jovita yang merasa penasaran. Hampir semua mahasiswi di kelas ini penasaran. Mahasiswi ya, karena dosen mereka nantinya adalah laki-laki.     

Lalu pintu kelas dibuka. Dan masuklah sesosok lelaki yang tampan mengenakan setelan kemeja yang sangat rapi dan licin. Jas itu membalut tubuh sang dosen dengan pasnya, terlihat sempurna. Semua mata mahasiswi tidak bisa melepaskan pandangannya dari dosen baru itu.     

"Selamat pagi semua. Aku adalah dosen pengganti untuk mata kuliah yang diampu oleh Professor Kendrick." suaranya yang menggetarkan hati itu diperdengarkan. "Perkenalkan, Troy Mikhaila Darren. Biasa dipanggil Troy."     

Setelah menyebutkan namanya, dosen itu memberikan senyum terbaiknya kepada seluruh mahasiswa yang hadir. Tak ada yang tak terbius dengan senyum manis nan menawan itu.     

Well, untung saja kelas hanya diisi 20an siswa, dan sebagian besar adalah laki-laki. Kalau saja kelas ini diisi para kaum hawa, bisa dipastikan kelas tidak akan bisa tenang karena histeria mendapatkan dosen yang masih muda dan tampan.     

Disana, di bangku paling ujung dari kelas ini, Fenita membeku. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya hari ini. Andai tahu siapa yang akan menjadi dosen yang dia harap-harapkan, Fenita tentu lebih memilih untuk pindah kelas. Bukan karena dia membenci sang dosen, tapi dia hanya berusaha menghindari sang dosen. Agar apa yang diusahakannya selama ini tidak sia-sia.     

Bisa dipastikan Fenita tidak memperhatikan perkenalan dan pengantar kuliah singkat yang diberikan. Karena dia tidak bisa mengingat apa saja yang menjadi pembahasan di dalam kelas tadi. Melihat sahabatnya seperti orang linglung, Jovita menyadarkan Fenita dengan sekaleng soda dingin.     

"Kali ini saham mana yang menarik perhatian kamu?" terlihat Jovita berusaha menarik perhatian Fenita.     

"Hah? Gimana Jo?"     

Jovita yang gemas hanya bisa menepuk dahinya pelan. "Saham mana yang menarik perhatian kamu?"     

"Oh itu." Fenita berusaha mengembalikan kesadarannya. "Nggak ada. Semua saham baik."     

Jovita hanya bisa menghela napas panjang. Dia tahu sahabatnya ini sedang memikirkan sesuatu yang serius, tapi masih saja tidak mau membagi rahasianya kepadanya. Yah ini hanya masalah wkatu.     

"Ya udah, ayo ke perpustakaan aja."     

...     

"Ada yang mau ditanyakan tentang perkenalan ini?" Troy mengakhiri sesi perkenalannya.     

Menjadi dosen pengganti selama satu semester tidaklah buruk bagi Troy. Dia bisa mendekatkan diri dengan Fenita tanpa ada yang bisa mengusirnya. Benar-benar ide yang sangat brilian.     

"Apa anda punya kekasih?"     

"Apa anda sudah menikah?"     

"Perempuan seperti apa yang menjadi tipe anda?"     

"Apa anda berniat memacari mahasiswi disini?"     

Berbagai pertanyaan itu menggelitik Troy. Pertanyaan umum yang akan ditanyakan kepadanya ketika pertama kali bertemu. Dan kali ini, Troy tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menjawab pertanyaan itu dengan baik.     

"Aku tidak punya kekasih, karena aku sudah menikah." Troy mengamati wajah para mahasiswi yang ada dikelas. Terlebih ekspresi yang sangat ditunggunya. Fenita. Ah iya, sekarang dia bernama Freya.     

Mata Troy melirik sekilas ke arah belakang kelas. Tempat dimana Fenita duduk bersama dengan perempuan yang tampaknya telah menjadi sahabatnya. Raut wajahnya berubah, tepat ketika Troy memasuki kelas. Kejutan yang menarik.     

"Perempuan yang menjadi tipeku adalah perempuan yang harus selalu ada untukku, menemaniku disaat paling buruk sekalipun. Oh dan dia bermata bulat." dengan menatap lurus ke arah Fenita, Troy mendeskripsikan bagaimana Fenita dimatanya. Benar-benar membuat Troy harus berusaha keras agar tidak langsung menghambur ke arah gadis itu.     

Hampir semua mahasiswi merasa sedih. Mengetahui bahwa dosen idola mereka sudah menikah, dan tampaknya dia sangat memuja pasangannya itu.     

Begitu sesi perkenalan selesai, mereka melanjutkan sisa jam untuk membahas materi yang akan mereka pelajari. Disela-sela menerangkan, Troy bercerita bahwa dirinya adalah seorang pemimpin sebuah perusahaan yang berada di Indonesia.     

Lalu kekaguman itu terdengar lagi, membuat Troy merasa bangga dengan dirinya sendiri.     

Tepat saat jam telah habis, Troy membuat pengumuman lagi.     

"Aku ingin ada satu orang yang menjadi ketua kelas. Dia akan menjadi penghubung antara aku dan kalian tentang tugas-tugas yang akan aku berikan. Ada yang mau menjadi sukarela?"     

Hening.     

Sepertinya tidak ada yang berminat dengan posisi istimewa yang akan membuat mahasiswa yang beruntung itu bisa dekat dengan sang dosen. Iya beruntung karena dekat, tapi juga bertanggung jawab atas keberlangsungan kelas.     

"Oke kalau tidak ada, aku yang akan memilih." Troy pura-pura mengedarkan pandangannya. "Oke, anda yang berada di belakang kelas, yang sedang sibuk menulis."     

Seketika semua kepala menoleh ke belakang. Hanya ada Fenita dan Jovita. Tapi yang sedang sibuk menulis hanyalah Fenita.     

"Dia Freya Mayer, Sir." ucap salah seorang mahasiswa.     

"Oke, Miss Freya Mayer. Setelah ini kita berbincang sebentar." dengan senyum puas Troy berkata. "Sampai jumpa di kelas selanjutnya."     

"Terima kasih, Sir."     

Lalu para mahasiswa segera bergegas keluar. Mereka harus mengejar kelas selanjutnya atau mengerjakan tugas yang sudah mencapai deadline untuk dikumpulkan. Namun ada satu mahasiswa yang masih duduk di kursinya. Freya Mayer.     

Setelah Jovita, yang menjadi mahasiswa terakhir keluar ruangan, Troy berjalan perlahan menuju gadisnya. Pandangan matanya tak pernah lepas barang sedetikpun. Kalau saja tidak ingat bahwa mereka sedang ada di kampus, Troy dengan senang hati akan langsung memeluk Fenita, menghujaninya dengan ciuman yang penuh kerinduan.     

"Berikan nomormu agar aku mudah mendelegasikan tugas." ucap Troy tak berbasa-basi.     

Tanpa berkata, Fenita langsung mengambil selembar kertas, menuliskan dengan beberapa angka nomor ponselnya. Bahkan Fenita tidak mengalihkan tatapannya ke dosennya itu.     

Gerakan tiba-tiba yang Troy lakukan membuat Fenita kaget. Troy meletakkan tangannya di tepian meja sembari merendahkan pandangannya. Berusaha mencium aroma istrinya yang ternyata masih sama. Meski sudah berganti nama, tapi banyak hal tentang dirinya yang tidak berubah.     

"Terima kasih." lalu Troy memasukkan kertas yang berisi nomor telepon Fenita ke saku jasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.