Pejuang Troy [END]

Delapan puluh enam



Delapan puluh enam

0Sesuai dengan keinginannya untuk memulai semuanya dari awal, Troy harus menaati bahwa pasangan yang belum menikah tidak boleh tinggal bersama. Apalagi tinggal di rumah sang perempuan. Tapi, siapa yang membuat peraturan konyol seperti itu? Rasanya peraturan itu harus ditinjau ulang.     
0

Dan disinilah Troy sekarang. Duduk di kamar apartemennya dan menikmati rokok serta wine. Bukan, dia tidak dalam keadaan bingung ataupun galau. Dia hanya ingin menikmati malam dengan tenang dan syahdu. Sembari memikirkan apa yang belum dia lakukan untuk menyempurnakan persiapan pernikahannya.     

Dekorasi, catering, make up, cincin nikah, gaun. Tampaknya itu semua sudah dia persiapkan. Dan malam ini dia bisa tidur dengan tenang. Sambil merasa tak sabar agar matahari segera muncul.     

Keesokan paginya, dengan penuh semangat Troy mengunjungi kediaman Mayer untuk mengajak Freya memilih gaun pernikahan.     

"Aku nggak tahu gaun mana yang pantas untuk dikenakan." suara lirih Freya membuat Troy sedih. Iya, Freya sedang dalam tahap tidak percaya diri karena perubahan yang dialaminya.     

Entah apa yang ada dipikiran para wanita. Mereka menjadi sangat menggoda ketika hamil, tapi mereka dengan kasarnya menghakimi diri sendiri bahwa perubahan selama kehamilan adalah hal yang buruk. Apa sebegitu rendahnya kah para wanita memandang tubuh mereka sendiri? Lihat saja perubahan yang menakjubkan itu. Tuhan sudah menciptakan tubuh yang sempurna agar bisa mendukung proses kehamilan yang sangat indah ini.     

"Semua gaun ini pantas dikenakan oleh siapapun. Pilih gaun yang menurut kamu nyaman untuk dikenakan." Troy hanya bisa berkata seperti itu. Mau bagaimanapun dia memuji kecantikan istrinya dengan tulus bukan hanya untuk menyenangkan hati, namun Freya tetap tidak akan mau percaya begitu saja.     

Ini pengalaman baru yang membuat Troy menggelengkan kepalanya. Dan dia merasa bersyukur bisa merasakan pengalaman ini, karena selama ini dia hanya bisa mendengar keluh kesah dari Aaron tentang bagaimana Alea mengeluhkan hal sepele yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Memberikan cerita baru dalam hidupnya.     

Freya masih mengitari butik itu, memilih baju mana yang sekiranya pantas untuk dikenakan. Ternyata begini rasanya menunggu perempuan berbelanja dan memilih. Benar-benar melelahkan. Gemas melihat istrinya mondar-mandir, akhirnya Troy mencoba memilih sebuah gaun yang mungkin bisa dikenakan Freya dengan nyaman.     

Mata Troy menangkap sebuah gaun yang menurutnya pas. Bagian perut gaun itu tidak ketat seperti kebanyakan gaun yang tersedia disini. Gaun panjang dengan model A-line jatuh menjuntai ke lantai terlihat nyaman dikenakan. Juga dengan hiasan kupu-kupu tiga dimensi beraneka warna yang menghiasi bagian atas gaun, membuatnya terlihat hidup.     

"Gimana kalau kamu mencoba yang ini." ucap Troy, mengambil gaun itu.     

Terlihat Freya menimbang sebentar sebelum menganggukkan kepalanya. Lalu dibantu oleh para pegawai butik, Freya masuk ke ruang ganti. Tak berselang lama, Freya yang sudah mengenakan gaun itu keluar. Terlihat sangat cantik dan mempesona. dan yang lebih penting, bagian perutnya tidak ketat. Memungkinkan Freya dan bayinya bergerak bebas.     

"Terlalu terbuka nggak sih?" Freya memutar badannya, memperlihatkan bagian belakang gaun yang terbuka. Punggung itu terakspos dengan indahnya.     

"Kita bisa memasang tambahan kain yang sekaligus menjadi ekor gaun, Ma'am." kata sang pegawai.     

"Iya, apalagi gaun ini kan nggak panjang. Itu bisa ditambahkan untuk menambah kesan dramatis." tambah Troy, menyetujui usulan sang pegawai.     

Memilih sebuah gaun ternyata sangat menyita waktu. Troy pikir waktu satu jam sudah lebih dari cukup untuk membuat Freya menjatuhkan pilihannya, tapi itu ternyata hanya teori!!     

Sebenarnya Troy merasa kasihan kepada Freya karena kelihatannya dia sudah lelah, tapi dengan semangatnya dia melanjutkan agenda hari ini dengan berbelanja kebutuhan bayi. Dengan semangat dia menyuruh Mr. Khan untuk melajukan mobil menuju pusat perbelanjaan. Karena Freya sudah membuat janji dengan Jovita dan Fritz.     

Kekhawatiran Troy sebenarnya cukup beralasan. Kesehatan Freya adalah yang utama untuk saat ini, karena dia sedang hamil. Ditambah lagi Fritz yang overprotektif itu sudah berpesan banyak hal kepada Troy untuk menjaga adiknya. Kalau saja terjadi sesuatu yang tidak pas, Fritz pasti akan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan yang memusingkan. Padahal itu semua kemauan Freya sendiri.     

...     

Waktu berjalan sangat cepat. Berminggu-minggu yang penuh suka cita terlewati begitu saja. Dan kini, rumah keluarga Mayer yang biasanya sepi itu menjadi ramai. Keriuhan selalu terdengar disudut rumah. Membuat siapapun merasa betah untuk berlama-lama disana. Berkumpul dengan orang-orang yang terkasih.     

Hari pernikahan yang sudah dinantikan oleh semua orang datang. Halaman belakang disulap menjadi altar pernikahan yang sangat cantik. Kursi-kursi sudah ditata rapi, menghadap altar yang berhiaskan rangkaian bunga warna-warni dan kain yang menjuntai dengan cantiknya. Jalan menuju altar dialasi dengan kain putih panjang serta ditaburi bunga mawar pink.     

Freya sekali lagi harus membiarkan wajahnya dipoles oleh Tania. Kali ini dia meminta Tania untuk tidak terlalu tebal mengaplikasikan make up ke wajahnya. Waktu satu jam tidak cukup hanya untuk mempercantik wajah Freya. Perlu waktu tambahan satu jam lagi untuk menata rambut dan memasang baju pengantin agar pas dan terlihat cantik. Sentuhan akhir adalah sepatu. Karena sedang mengandung, Freya tidak berani mengenakan sepatu heel yang tinggi. Dan pilihannya adalah block heel yang terlihat kokoh dan nyaman untuk dikenakan selama prosesi pernikahan.     

Setelah menyelesaikan persiapannya, Fritz masuk ke kamar Freya. Dia terlihat tampan dengan setelannya yang memeluk tubuhnya dengan pas. Bahkan kini rambut Fritz tertata rapi sempurna, membuat kakak Freya itu terlihat berbeda namun tetap tampan.     

"Apa pengantin sudah siap?" tanya Fritz, ketika melihat adiknya berdiri membelakangi pintu kamar.     

Saat Freya membalikkan badannya, Fritz tak mampu menyembunyikan kekagumannya. Freya terlihat sangat cantik meski tatanan rambut dan riasan wajahnya tidak berlebihan. Justru itu membuat Freya mengeluarkan aura cantik natural yang selama ini disembunyikannya. Dan untuk gaunnya, Fritz sangat berterima kasih kepada Troy, karena pemuda itulah yang memilihkan gaun untuk adiknya.     

"Kamu cantik banget." mata yang berkaca-kaca itu tak dapat disembunyikannya.     

Berulang kali dia sangat bersyukur dan berterima kasih karena diberi kesempatan untuk menyaksikan momen bahagia ini. Menjadi saksi hidup kebahagiaan adiknya. Dan menjadi orang yang akan mendampingi Freya menuju pelaminan sebagai keluarganya. Menggantikan sosok ayahnya.     

"Hei, kenapa malah nangis?" Freya yang melihat mata sembab kakaknya.     

"You know, I am the happiest one in your life." Fritz memeluk adiknya dengan sayang.     

Papa, Mama dan Fidel, lihat Freya. Dia sudah tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan tangguh. Sampai kapanpun aku akan menjaga dia. Semoga kalian bisa merasakan kebahagiaan ini dari sana, batin Fritz penuh haru.     

Kini, dia harus merelakan adiknya untuk hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Merasakan kebahagiaan yang diberikan oleh orang lain. Meski membahagiakan, Fritz merasa sedih karena hidupnya akan kembali sepi. Dia akan mendiami rumah keluarga Mayer hanya bersama Brendan dan para asisten.     

"I will go nowhere." entah kenapa Freya bisa memahami kesedihan kakaknya. Belum lama mereka bersama setelah berpisah, kini mereka akan berpisah kembali.     

"Hei jangan nangis, nanti make up-nya luntur. Ayo, orang-orang udah pada nunggu." dengan penuh hati-hati Fritz menghapus air mata Freya, takut kalau make up yang sudah menempel akan hilang karena tindakannya.     

Perlahan Freya menggandeng tangan kakaknya, menuruni tangga dan berjalan menuju taman belakang. Semua orang sudah menunggu kedatangan sang pengantin perempuan disana. Dan semua orang langsung menolehkan pandangannya ketika Fritz mendampingi Freya berjalan menuju altar. Timothy dan keponakan Jovita, Giselle, berjalan di depan mereka sembari menaburkan bunga.     

Disana, Troy sudah menunggu Freya di altar. Dia mengenakan setelan jas dengan warna senada dengan gaun yang dikenakan oleh Freya, warna cream. Troy dengan gagahnya berdiri meski masih dibantu dengan tongkat untuk menopang tubuhnya, menatap Freya tanpa bisa berkedip. Atau tidak mau berkedip? Yang jelas, pandangan itu tak pernah lepas dari sosok cantik yang berjalan menuju ke arahnya. Senyum puas dan bangga tak lepas menghiasi wajahnya. Troy adalah laki-laki paling tampan yang pernah dilihat Freya.     

Ketika sampai di altar, Troy menyambut kedatangan istrinya. Membantu Freya agar berdiri tepat di hadapannya. Lalu mereka mengucapkan janji pernikahan mereka di depan semua orang yang menjadi saksi.     

"Freya Clarissa Mayer, aku berjanji untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita." Troy mengucapkan janji setianya dengan lancar.     

"Troy Mikhaila Darren, aku berjanji untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita." setitik air mata jatuh ke pipi Freya.     

Semua orang langsung bertepuk tangan ketika Freya selesai mengucapkan janji pernikahannya. Suasana bahagia dan penuh haru tak dapat diabaikan begitu saja. Bahkan Aaron dan Alea yang terbawa suasana langsung berciuman seketika.     

"Kini aku nyatakan kalian sebagai suami istri. Silahkan cium sang pengantin wanita." ucap sang pemimpin pernikahan.     

Tanpa malu, Troy mencium bibir Freya yang sedari tadi menyinggungkan senyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.