Pejuang Troy [END]

Delapan puluh sembilan



Delapan puluh sembilan

0Tiga tahun kemudian.     
0

Suara yang sangat familiar terdengar disegala penjuru rumah. Iya, itu suara Aileen Brianne Darren yang sekarang sudah berusia tiga tahun. Dia dengan lincahnya berlari kesana kemari menabrak apa saja yang ada dihadapannya. Membuat para pengasuh dan kedua orangtuanya memberikan perhatian yang ekstra.     

Jangan pernah berpikir kalau Aileen adalah seorang putri yang manis dan imut. Dia memang anak perempuan yang cantik dan lucu, tapi dia adalah monster kecil yang akan mengacaukan rumah dalam waktu tak kurang dari lima menit. Terlebih ketika dia berada di rumah Uncle Fritz. Kebebasan adalah hak istimewanya. Karena Uncle Fritz tidak akan pernah memarahinya.     

Berbeda dengan Freya yang akan menerapkan banyak peraturan dan larangan untuk Aileen.     

"Aileen, jangan panjat rak buku sembarangan."     

"Aileen, turun dari meja makan."     

"Aileen, jangan main di dapur."     

Itu hanyalah beberapa contoh perkataan yang sering Freya ucapkan. Meski sudah dibantu oleh beberapa pengasuh, Freya tetap saja merasa kelabakan setiap kali harus menghadapi anak kesayangan dari Mr. Darren.     

Dan di hari Minggu yang cerah ini kediaman Mayer sedang kedatangan tamu spesial. Aaron Greene dan keluarganya tiba-tiba saja berkunjung dan memutuskan untuk menginap disana. Mereka memanfaatkan waktu liburan Timothy dari sekolah dengan berkunjung ke Canberra. Membuat Aileen merengek untuk tinggal disana karena ada Timothy yang dengan senang hati akan mengajaknya bermain.     

Oh, jangan lupakan Digta yang akhirnya menikah dan sekarang sedang menantikan kelahiran anak mereka. Jangan tanya bagaimana bujang lapuk itu berhasil menggaet perempuan untuk diajak menikah, karena hal itu akan membuat Digta ragu dan akhirnya menyesal menikah. Pertanyaan yang banyak dilontarkan adalah bagaimana istri Digta mau menerimanya sebagai suami.     

Tak hanya Digta yang akhirnya mendapatkan pasangan hidupnya. Bahkan Fritz yang terkenal kaku dan dingin pun akhirnya bisa luluh dan akhirnya mendapatkan istri yang sangat cerewet. Siapa lagi kalau bukan Jovita. Iya, Jovita sahabat Freya. Karena ternyata kebersamaan mereka mengurus Freya dan Aileen membuat mereka semakin dekat. Dan ternyata banyak kesamaan diantara mereka yang membuat keduanya cocok.     

"Ayo, daging sudah siap." Alea dan Jovita menggiring para lelaki untuk menuju meja. Mereka sedang barbeque-an di halaman belakang rumah keluarga Mayer.     

Troy yang sedari tadi bermain dengan Timothy dan Aileen segera menghentikan kegiatannya. Terlihat jelas bahwa Troy berusaha sangat keras untuk menjadi ayah yang baik. Dia bahkan rela berkejar-kejaran di siang yang terik ini sampai kaosnya basah oleh keringat. Sesuatu hal yang mungkin tidak akan dia lakukan ketika dia belum menjadi seorang ayah dengan 'penguasa' yang cantik.     

"Aku nggak percaya, Mr. Darren kita sekarang menjalankan perannya sebagai ayah dengan sempurna." celutuk Digta, mencoba menggoda sahabatnya.     

"Aku lebih nggak percaya seorang Digta akhirnya menikah." Troy tak mau kalah.     

"Yah semua orang kan bisa berubah." Freya menengahi perdebatan yang akan memanas itu.     

Dan kesemuanya terlibat pembicaraan ringan yang mampu menguras kesabaran. Bahkan sekarang Fritz sudah tertular gaya bicaranya yang nyleneh karena terlalu sering bergaul dengan rombongan Troy.     

Memandangi Aileen yang sedang bermain dengan riangnya bersama Timothy dan Jovita, Freya merasa bahagia. Senyum Aileen yang lebar membuat siapapun merasa tertular dengan senyuman itu. Jauh di dalam hatinya, Freya sangat bersyukur bisa memiliki keluarga yang bahagia. Dengan anak perempuan yang lincah dan pintar, juga suami yang penyayang dan penuh tanggung jawab. Padahal dulu dia tidak mau membayangkan hal seindah ini.     

"Waktu aku koma dulu, aku bermimpi indah." Freya merasa terkejut karena mendengar perkataan suaminya. Troy duduk disamping Freya dan menggenggam tangannya.     

"Tentang apa?"     

"Aku bermimpi, kita bertiga bermain bersama seperti ini. Menikmati matahari sembari bercanda. Padahal waktu itu aku nggak tahu kalau kamu hamil. Itu terasa sangat indah." kenang Troy, matanya tak pernah lepas dari sosok Aileen. "Dan sesaat sebelum aku sadar, kalian pergi meninggalkanku. Aku berusaha mengejar, tapi tidak bisa. Hingga akhirnya Aileen menghampiriku dan bilang bahwa dia sayang kepadaku, bahkan memanggilku dengan sebutan Papa."     

Tentu saja Freya kaget. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya pernah memimpikan hari seperti ini. Dan karena mimpi itu, akhirnya Troy bisa kembali tersadar dan berkumpul dengan keluarganya. Rahasia yang mungkin tidak diketahui orang lain selain mereka berdua.     

Lika-liku kehidupan yang dijalani oleh Freya dan Troy memang tidak mudah, tapi mereka bisa melewatinya satu per satu. Hingga akhirnya mereka bisa menikmati kebahagiaan berkumpul bersama keluarga. Banyak hal yang disesali, tapi banyak hal juga yang harus disyukuri. Karena apapun yang terjadi, itu semua adalah skenario yang Tuhan berikan kepada manusia. Kita hanya harus menjalaninya dengan baik, tak lupa meminta pertolongan Tuhan melalui doa.     

"Aileen love you, Papa." gadis kecil Troy itu mencium pipi ayahnya dan memeluknya dengan erat. Memberikan rasa bahagia yang tak terkira bagi seorang Troy Darren.     

-The End-     

TERIMA KASIH.     

Hai, terima kasih sudah membaca cerita absurd ini. Terima kasih juga sudah memberikan dukungan yang tak terkira untuk terus melanjutkan cerita ini. Dan maaf kalau ada beberapa hal yang kurang berkenan atau menyinggung. Aku memang masih harus banyak belajar yang kadang juga baper kalo lagi nggak enak hati, jadi maaf kalau mungkin ada yang merasa terabaikan atau sebagainya.     

Sampai bertemu di lain cerita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.