Monarki Ilahi Kuno

Pengejaran yang Gigih



Pengejaran yang Gigih

0

Fan Le saat ini berada pada tingkat kesatu Kondisi Peredaran Nadi, sedangkan Qin Wentian hanya berada pada tingkat sembilan Kondisi Penyempurnaan Tubuh. Selama mereka tidak menjelajah lebih dalam ke jantung Hutan Kegelapan, dan selalu berhati-hati, bisa dikatakan mereka jauh dari situasi berbahaya.

0

Oleh karena itu, hari-hari ini bisa dilalui dengan sangat santai bagi Qin Wentian dan Fan Le.

''Qin Wentian, kau harus segera memasuki Kondisi Peredaran Nadi. Jiwa astral apa yang ingin kau dapatkan dari gerbang astral keduamu?" Fan Le bertanya sambil berjalan di samping Qin Wentian.

Fan Le penasaran jiwa astral apa yang akan dipilih Qin Wentian, karena jiwa astral pertamanya sudah berasal dari lapis langit yang lebih tinggi dari lapis langit ketiga. Dapat dipastikan bahwa jiwa astral keduanya akan memiliki tingkat yang sama juga. Kekuatan Jiwa Astral Palu Langit Qin Wentian yang dahsyat adalah sesuatu yang telah disaksikannya sendiri.

"Aku masih memikirkannya. Tak terhitung jumlah rasi bintang di seluruh sembilan lapis langit. Kali ini, aku harus memilihnya dengan hati-hati." Qin Wentian tersenyum. Ia juga, telah mempersiapkan pembentukan jiwa astral keduanya.

"Kau tidak seperti kebanyakan orang." Fan Le mengutuk dalam nada rendah, "Banyak orang hanya akan dapat bertahan sebentar di lapis langit pertama, dan mereka harus buru-buru membentuk kaitan alami dengan rasi bintang. Tetapi kau, bahkan sudah di lapis langit ketiga, masih ingin menghabiskan waktu untuk memilih."

"Tapi, meskipun kau tidak normal, kau masih jauh dariku," Fan Le berbicara dengan ekspresi datar di wajahnya.

Qin Wentian sudah lama terbiasa dengan kesombongan Fan Le. Satu-satunya reaksinya adalah tersenyum jijik, seolah-olah ia mencoba untuk membuat marah Fan Le.

"Ada seseorang yang sedang bertarung." keduanya berseru secara bersamaan, lalu serempak lari ke arah yang sama, dengan kecepatan seolah sedang terbang, sementara di belakang mereka, sekelebat bulu putih kecil mengikuti.

Tidak jauh dari Qin Wentian, Liu Yan mulai putus asa. Ia tidak mengira bahwa ia akan bertemu dengan makhluk siluman tingkat empat di sini - ular piton bersisik ikan. Di hadapannya, ular piton itu menjulang ke langit, melilitkan dirinya pada temannya, Zufan, lalu menelannya dengan sekali caplok. Akhir yang kejam itu sangat mengerikan sehingga kakinya gemetar ketakutan.

"Liu Yan, lari!" Liu Yue, yang tidak jauh darinya, meraung dengan marah. Lagi pula, Liu Yan baru berusia 16 tahun, dan setelah melihat situasi yang begitu kejam membuatnya trauma, tertegun menatap ular piton berwarna hijau yang mendekat itu, sementara tubuhnya gemetar setengah mati.

Tubuh piton itu berhenti di depan Liu Yan, menatapnya dengan buas. Saat itu, Liu Yan terpaku dalam keputusasaan. Ia tidak menyadari ada suara siulan yang berasal dari sampingnya.

"Makhluk jahat." Qin Wentian, seperti anak panah yang melesat keluar dari busur, melesat menuju bagian kepala piton bersisik ikan itu, melepaskan jurus Tinju Penakluk Naga yang ketiganya, Aum Naga Sembilan Langit, dan dengan brutal menghantamkan tinjunya ke mata ular piton itu. Piton yang marah itu mendesis dan segera menyergap dengan memiringkan gigitannya ke arah tubuh Qin Wentian, mencoba untuk menangkapnya.

"Bumm!" kekuatan dahsyat yang dilancarkan Qin Wentian menyebabkan kepala piton itu terlempar ke belakang. Namun bagian ekornya menyapu ke arah Qin Wentian dengan kekuatan yang mengerikan.

"Pergi!" Qin Wentian berteriak kepada Liu Yan, yang masih berdiri di sana sambil telapak tangannya menahan ekor piton itu, namun ia kehilangan kendali ketika ular piton itu mengayunkan ekornya.

Liu Yan baru tersadar, lalu berbalik dan melarikan diri lintang pukang, sementara tubuh Qin Wentian terhempas secara brutal menabrak batang pohon besar, menyebabkan seluruh tubuhnya gemetar kesakitan. Namun, kekuatan raganya saat ini berada pada tingkat yang sangat tinggi. Sehingga serangan itu meskipun mampu membuatnya merasa sakit, tidak bisa melukai organ-organ dalamnya.

Desis menakutkan, yang mampu menembus gendang telinga seseorang, bergema, disaat anak panah Fan Le menusuk matanya yang sebelah lagi, hal ini membuat ular itu memutuskan untuk pergi, tidak memaksakan untuk bertarung. Makhluk siluman itu seperti memiliki nalar dan logika, seperti manusia.

"Menyakitkan sekali." Qin Wentian tidak mengejarnya, sebaliknya memandang ke arah Fan Le, "Gendut, bagus sekali."

"Hehe." Fan Le tersenyum menghampiri. Jiwa astral keduanya memberi kekuatan 'pikiran dan niat'. Ia bisa memerintahkan kehendaknya kepada anak panah, dan membuatnya berubah arah saat sedang meluncur, serta mengetahui tingkat kultivasi orang lain cukup hanya dengan melihatnya. Meskipun jenis jiwa astral ini tidak dapat meningkatkan serangan atau pertahanan yang hebat bagi penggunanya, namun serangan yang dikendalikan sudah cukup membahayakan bagi siapapun.

Saat ini, Fan Le hanya bisa menerapkan kekuatan pikirannya kepada anak panah, membuatnya bisa mengubah luncuran pada saat kritis, dan menyergap lawan yang tidak siap. Setelah kekuatannya tumbuh, itu bahkan bisa berevolusi menjadi telekinesis, membuatnya bisa mengendalikan objek lain dengan kekuatan pikirannya.

"Apakah kau baik-baik saja?" Qin Wentian berjalan di samping Liu Yan, saat ia mengulurkan tangannya padanya.

Setelah melihat bahwa piton itu telah merayap pergi, Liu Yan akhirnya menghela napas lega ketika terduduk di tanah. Ekspresi ketakutannya segera berubah menjadi senyum saat melihat pemuda yang menyeringai di depannya. Ia menerima uluran tangan Qin Wentian, yang membantunya berdiri.

"Terima kasih." Liu Yan dengan lembut berbisik. Ia berada di ujung keputusasaan tadi, lalu Qin Wentian muncul dan menyelamatkannya dari kematian.

"Tidak apa-apa, lebih berhati-hatilah di lain waktu." Qin Wentian tersenyum.

"Baik." Liu Yan mengangguk dan tersenyum, tetapi segera setelah itu, ekspresinya berubah menjadi sedih ketika mengingat bahwa Zufan sudah mati.

Di atas pepohonan, seekor gagak berwarna hitam tertarik oleh keributan pertempuran sebelumnya. Sesaat kemudian ia terbang, sambil mengeluarkan suara menggaok.

"Seekor gagak hitam?" Fan Le mengutuk, sebelum berkata dalam nada rendah, "Mereka benar-benar gigih."

Qin Wentian mengerutkan alisnya, ia langsung bisa menyimpulkan apa yang terjadi. Dalam pertempuran sebelumnya dengan Orfon, ia ingat bahwa pemuda di sisi Orfon mampu mengendalikan makhluk siluman.

"Liu Yan, jangan pernah memberitahu siapapun bahwa kau mengenalku," kata Qin Wentian kepada Liu Yan sebelum melirik ke arah Fan Le. Keduanya langsung berangkat, berlari lebih dalam ke Hutan Kegelapan.

Situasi ini menyebabkan Liu Yan tertegun. Saat ia berusaha mengejar Qin Wentian, tiba-tiba, suara sayap mengepak terdengar ketika sejumlah makhluk siluman terbang mulai mengejar ke arah yang telah ditempuh Qin Wentian. Tidak hanya itu, ia bisa melihat sejumlah pendekar berdiri di atas makhluk-makhluk itu.

Segera setelah melihat itu, Liu Yue menangkap Liu Yan, "Jangan kejar mereka, mereka akan menghadapi lawan yang sangat kuat."

"Kakak." Liu Yan menatap Liu Yue, hanya untuk mendengar Liu Yue berkata," Qin Wentian memilih menerima serangan piton itu untuk menyelamatkanmu, yang berarti bahwa ia telah menyukaimu. Namun, para pengejar di atas siluman terbang itu semuanya sangat kuat. Ingat pesan Qin Wentian, kita sama sekali tidak mengenalnya."

Seorang pendekar yang mengendarai seekor makhluk siluman tingkat ketiga berbelok ke arah mereka dan mengungkapkan jati dirinya. Orang ini tidak lain adalah Ye Zhan.

Ye Zhan dipenuhi senyuman ketika melompat turun dari tunggangannya, ia berjalan menuju Liu Yan dan Liu Yue, "Aku Ye Zhan dari Perguruan Kerajaan, kalian ini siapa?"

"Namaku Liu Yue, dan ini adikku Liu Yan." Liu Yue menjawab dengan hati-hati. Meskipun Ye Zhan terlihat sopan saat berbicara, Liu Yue tidak berani bertindak ceroboh.

"Orang itu tadi bernama Qin Wentian, dan merupakan salah satu peserta dari Perguruan Bintang Kekaisaran. Aku khawatir dia tidak akan bisa keluar dari Hutan Kegelapan ini hidup-hidup. Sudah berapa lama kalian mengenalnya?" Ye Zhan dengan tak acuh bertanya.

"Baru saja." Liu Yue tersenyum ketika menjawab. Dia tidak berani berbohong di depan Ye Zhan.

"Tidak perlu takut, kami hanya mengincar dia, dan tidak memiliki niat jahat terhadap kalian berdua," Ye Zhan meyakinkan. Baru saat itulah Liu Yue menghela nafas lega, sementara Liu Yan mulai mengkuatirkan Qin Wentian.

Qin Wentian dan Fan Le berlari sangat cepat, namun, bagaimana mereka bisa berharap bisa mengalahkan para siluman terbang itu? Sementara jarak antara mereka sudah semakin pendek.

"Bajingan kecil, berubah bentuk!" Qin Wentian berteriak, dan tiba-tiba, tubuh anak anjing itu berubah membesar, sementara Qin Wentian dan Fan Le melompat ke punggungnya, meskipun sedikit berdesakan.

"Duduk yang rapat. Berapa banyak yang mengejar kita, dan apa tingkat kultivasi mereka?" tanya Qin Wentian.

"Tiga orang. Orfon dan pemuda yang mengenakan kulit binatang bukan masalah, tapi yang terakhir tampaknya agak lebih sulit. Kekuatan pikiranku tidak dapat melihat melalui tingkat kultivasinya, oleh karena itu aku khawatir bahwa tingkat kultivasinya setidaknya pada tingkat ketiga Kondisi Peredaran Nadi, atau bahkan lebih tinggi." Punggung Fan Le membelakangi Qin Wentian, dan kakinya mengencang memeluk tubuh Bajingan Kecil, saat ia memegang busur di tangannya, menembakkan tiga anak panah ke udara.

Kecepatan siluman terbang itu mengelak sangat baik. Selain laju mereka yang sangat cepat, anak panah yang ditembakkan oleh Fan Le tidak dapat mengenai mereka meskipun ia telah mengerahkan kekuatan pikirannya ke dalam anak panahnya.

"Betapa merepotkan." Fan Le menghela nafas tertekan, "Untungnya, kecepatan Bajingan Kecil ini cukup cepat - setara dengan siluman-siluman terbang itu. Jika bukan untuk kita berdua, anak anjing ini tidak akan perlu menggunakan kemampuan transformasinya, dan dapat dengan mudah menghindari pengejaran siluman terbang yang buas ini."

"Terus seperti ini bukanlah solusi. Mari kita bersiap untuk melawan mereka. Selama kita bisa membunuh penjinak siluman itu, kita akan memiliki lebih banyak cara untuk mengendalikan makhluk-makhluk siluman itu," kata Qin Wentian.

"Benar, begitu ada kesempatan kita menyerang." keduanya membuat rencana. Fan Le, untuk menghemat energi astralnya, menghentikan tembakan panahnya ketika mereka bertiga memutuskan untuk berkelana lebih dalam dan lebih dalam lagi ke jantung Hutan Kegelapan.

Haku agak kesal, ia tidak berpikir bahwa akan menghabiskan banyak energi hanya untuk mengejar mereka. Tidak hanya itu, anjing putih itu berlari secara acak, seolah-olah itu tidak memiliki arah pikiran yang jelas. Sekarang bahkan ia sendiri tidak tahu di mana sekarang dirinya berada, dan kemungkinan besar ia bisa bertemu dengan makhluk siluman berbahaya di Hutan Kegelapan sebelah sini.

Tiba-tiba, kehadiran sinar matahari bisa terlihat. Tidak ada lagi pohon-pohon raksasa yang daunnya menutupi langit, hanya lapangan yang terbentang luas. Ada juga jalan masuk ke lembah yang dipenuhi kabut dan asap tipis. Penuh misteri dan tampak sangat mengerikan.

"Kota Khayalan." seru Haku, ketika bola matanya menyipit. Mereka benar-benar tiba di perbatasan Kota Khayalan di dalam Hutan Kegelapan.

Qin Wentian dan rekannya juga menghentikan langkah mereka. Di dalam lembah berkabut, ada sebuah kota yang berkilauan; hanya sekejap terlihat sebagian satu detik, lalu menghilang pada detik berikutnya.

"Kelihatannya mereka sangat takut pada tempat ini," si gendut memicingkan matanya, ketika melihat ke arah tiga pengejar mereka, yang telah berhenti dan bergerak maju secara sangat perlahan. Sepertinya sekarang, Qin Wentian tidak akan bisa melarikan diri, bahkan jika ia bisa menumbuhkan sayap.

Keduanya turun dari bagian belakang Bajingan Kecil, saat anak anjing itu kembali ke ukurannya semula.

Qin Wentian saling berpandangan dengan Fan Le, dan seolah-olah mereka secara intuitif memahami niat satu sama lain, segera setelah Fan Le mengeluarkan busurnya, ia menembakkan sembilan anak panah astral ke langit, mengarah kepada Makino.

"Bajingan Kecil." Qin Wentian berteriak, lalu Bajingan Kecil melompat ke tangan Qin Wentian, dan dengan gesit melemparkannya ke langit, menuju Makino yang sedang bergerak perlahan ke arahnya dari udara.

Wajah Makino mendadak kaku demi melihat sembilan anak panah astral membidiknya. Tiba-tiba, ruang di mana ia bisa mengelak, semuanya tertutup. Makino mengumpulkan kekuatan, ketika tidak ada cara lain selain menerjang ke arah panah astral yang di depannya, mencoba menggunakan kekuatan yang besar untuk membebaskan diri.

Tetapi pada saat yang sama, seekor anak anjing muncul di depannya, membesar beberapa kali lipat secara tiba-tiba, dan cakarnya yang tajam menyapu ke bagian kepala.

Makino kalang kabut, tidak menyangka sama sekali serangan ini. Kendalinya atas elang hitam menjadi berantakan. Namun keterkejutannya mampu menyelamatkannya, sesaat. Tindakannya menyebabkan cakar tajam Bajingan Kecil, yang awalnya ditujukan padanya, meleset dan memotong otak si elang hitam, sehingga makhluk itu jatuh dari langit. Makino juga, kehilangan keseimbangan, dan mengikuti elang hitam itu menghujam tanah.

Semua ini terjadi dalam sekejap. Sembilan anak panah astral yang ditembakkan pertama kali hanya dimaksudkan sebagai umpan untuk mengunci gerakan Makino. Serangan yang dimaksudkan sebenarnya adalah gesekan cakar dari Bajingan Kecil. Dan pada saat dia berkonsentrasi untuk menghalau panah-panah itu, Makino sudah jatuh ke dalam perangkap ….

Di perbatasan lembah berkabut, si gendut menyambar panahnya dan mengarahkannya kepada Makino, yang menghujam ke tanah, sambil menyeringai.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.