Monarki Ilahi Kuno

Ren Qianxing



Ren Qianxing

0

Qin Wentian dengan tak acuh beranjak pergi setelah ia membunuh Murong Feng dan merebut peringkat sebagai siswa nomor satu.

0

Para anggota Perkumpulan Awan Hijau juga bubar ketika Luo Huan berbicara kepada Orchon, "Hasil dari pertarungan tadi, aku yakin kau tidak perlu kutunjukkan lagi. Mana 200 batu meteor Yuan yang dipertaruhkan oleh Perkumpulan Ksatria?"

"Taruhan apa?" Orchon dengan dingin berseru, "Qin Wentian membunuh sesama siswa, tapi kau masih berharap dibayar? Tunggu saja hukuman dari Komite Disiplin."

"Hmm, aku ingat dengan jelas bahwa sebelum pertarungan, Murong Feng dan Du Hao menyatakan bahwa jika mereka mati, itu hanya berarti bahwa mereka tidak kompeten dan bahwa tidak akan ada kebutuhan bagi perguruan untuk mengambil tindakan. Kata-kata ini jelas didengar oleh semua tetua perguruan yang ada di sana sebelumnya. Aku percaya bahwa bahkan kau sendiri ada di sana juga." Luo Huan tertawa ketika melanjutkan, "Tapi tentu saja, jika Perkumpulan Ksatria ingin menyangkalnya, Perkumpulan Awan Hijau tidak akan mengatakan apa apa kecuali bahwa pelajaran yang sudah diberikan kepada perkumpulanmu itu sudah cukup memuaskan."

Setelah mengatakan hal itu, Luo Huan meninggalkan tempat itu dengan anggota Perkumpulan Awan Hijau yang tersisa. Terlepas dari kemenangan itu, Luo Huan tidak bisa menahan perasaan khawatir. Adik kecil itu berani membunuh seorang jenius tingkat puncak seperti Murong Feng. Ia tidak tahu respons seperti apa yang akan diberikan perguruan.

Sementara itu Qin Wentian tidak membebani dirinya dengan apa yang mungkin terjadi atau yang seharusnya terjadi. Lagi pula, ia baru berusia 16 tahun, dan ketika ia melihat si Gendut terluka karena berusaha menyelamatkannya, ia sudah kehilangan semua alasan dan hanya menginginkan kematian Murong Feng. Dan ia berhasil.

Setelah itu, Qin Wentian menyerahkan Fan Le kepada Mustang. Pukulan Murong Feng memiliki kekuatan yang sangat ganas. Meskipun Fan Le hanya menghadang sebagian saja, ia tetap terluka parah

Qin Wentian lalu pergi mengikuti Mustang ke rumahnya. Tak lama kemudian, Qin Wentian duduk bersila di halaman pelatihan, tenggelam dalam meditasi. Sisa-sisa energi yang mengerikan mengalir di seluruh tubuhnya, berusaha untuk melahap organ-organ dalamnya. Hal ini menyebabkan bagian luar tubuhnya bengkak memerah, seolah ia bermandikan cahaya darah yang sangat kemilau. Sisa-sisa energi itu terlalu tirani. Saat ini, tubuhnya tidak mungkin menahan energi yang berlebihan itu.

"Sebelum melangkah ke tingkat Yuanfu, seseorang tidak boleh gegabah menggunakan teknik jarum ini." Qin Wentian mengingat instruksi Paman Keling, tetapi sejenak kemudian ia memuntahkan seteguk darah segar dan jatuh tak sadarkan diri.

Meskipun Qin Wentian pingsan, huru hara dari insiden ini belum diselesaikan. Masalah itu masih dalam diskusi yang intens, dan Tetua Tangan Seribu berada di bawah kesulitan besar. Ia tidak punya pilihan selain mencari Mustang, dengan maksud membawa Qin Wentian pergi.

Dua hari kemudian, setelah Qin Wentian terbangun dari pingsannya, seluruh tubuhnya sangat kesakitan, seolah-olah akan hancur menjadi debu setiap saat.

Dengan susah payah ia duduk, dan melihat Mustang berdiri di sana membelakangi.

"Guru." Qin Wentian memanggil. Mustang memalingkan wajahnya dan tersenyum. "Kau akhirnya terbangun. Kau membuat kami khawatir, jangan gunakan teknik yang tidak stabil itu lagi di masa depan. Tubuhmu tidak dapat menahan gelombang besar energi itu, dan jika bukan karena bantuan pil obat yang sangat berharga yang diberikan tepat waktu untuk menekan kelebihan energi, tubuhmu mungkin akan meledak."

"Benar." Qin Wentian mengangguk, "Terima kasih telah menyelamatkanku, Guru. Bagaimana cedera Fan Le? Apakah dia baik baik saja?"

"Dia baik-baik saja, tidak ada yang terlalu parah jika dibandingkan dengan luka-lukamu." Mustang menggelengkan kepalanya, "Kau ini ... kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri. Janus dan kelompoknya mulai menekan perguruan, dan ada beberapa yang ingin kau dihukum berat."

Setelah mendengar bahwa si Gendut baik-baik saja, Qin Wentian merasa lega. Mengenai masalah disiplin yang diberikan kepadanya oleh perguruan, ia bahkan tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang penting.

Melihat senyum di wajah Qin Wentian, Mustang tidak bisa menahan diri untuk mendelikkan matanya, "Tidak bisakah kau lebih khawatir tentang hal ini?"

"Khawatir tidak akan ada gunanya. Karena perbuatan itu sudah dilakukan, aku akan mengakuinya dan menghadapi segala konsekuensi atau dampak yang menghadang." Qin Wentian mengangkat bahu.

"Bagus, kau sudah mengatakannya dengan indah! Kuharap kau tidak akan menjilat ludahmu sendiri." Ketika itu sebuah suara terdengar ketika beberapa tokoh berjalan masuk.

Qin Wentian memperhatikan sekitarnya. Ia berada dalam pengadilan disiplin yang diadakan oleh Komite Disiplin.

Dengan cepat, Qin Wentian menganalisis situasi. Orang-orang yang saat ini berada pengadilan ini terbagi ke dalam tiga kelompok orang. Janus dan kelompoknya, Mustang dan beberapa tetua lainnya, serta Tetua Tangan Seribu dan dua orang lainnya dari Komite Disiplin.

Tentu, ini semua pasti sudah diatur oleh Janus dan kelompoknya, yang telah memberikan tekanan pada perguruan.

"Membunuh sesama siswa dua kali! Tidak hanya itu, kali ini, yang dibunuh adalah Murong Feng seorang jenius tingkat puncak, sementara Du Hao terluka parah. Sifat Qin Wentian tidak dapat diperbaiki dan kejam. Kita harus melumpuhkannya atau kita mengeluarkannya dari perguruan. Membiarkannya di sini hanya akan membahayakan siswa lain." Janus berkata dengan ketus mendorong Qin Wentian ke tepi jurang.

"Pada insiden pertama, investigasi telah menunjukkan dengan jelas bahwa Orfonlah yang ingin melukai keduanya di Hutan Kegelapan. Pertarungan di antara mereka dianggap sebagai pertarungan pribadi, dan Qin Wentian telah dibebaskan dari semua tuduhan oleh perguruan. Pada insiden kedua, Murong Feng dan Du Hao mengkonsumsi obat terlarang agar dapat meningkatkan kemampuan tempur mereka secara paksa. Jika mereka melakukan itu hanya demi kemenangan, kita bisa melupakannya. Tapi dari cedera yang diderita Fan Le? Jelas bahwa mereka berdua ingin menggunakan kesempatan ini untuk membunuh atau melukai sesama siswa. Katakan sekarang, menggunakan pikiran cerdasmu, apakah yang dilakukan Qin Wentian salah?"

Mustang menatap Janus dengan dingin di matanya, menyangkal klaimnya.

"Bagaimana dengan fakta bahwa dia menunjukkan rasa tidak hormat kepada tetua dan bahkan secara verbal mengancam mereka? Siswa yang tidak bisa diatur, untuk apa kita mengajarinya?" Janus membalas dingin.

"Kau, mengajariku?" Qin Wentian tertawa melihat ke arah Janus, membuat ekspresi wajah Janus menjadi kaku.

"Apakah aku sangat akrab denganmu?" Qin Wentian melanjutkan, "Kau secara terang-terangan menutup satu mata dan membiarkan siswamu mencoba membunuhku. Tidak hanya itu, kau mencoba berbagai cara agar perguruan menghukum aku. Tapi sekarang, kau masih ingin aku menghormatimu? Kau bajingan tua, tak tahu malu. Apakah kau tidak tahu bahwa rasa hormat itu diperoleh dengan usaha dan tidak diberikan secara gratis?"

Persis seperti yang dikatakan Qin Wentian. Karena Janus ingin berurusan dengannya, mengapa ia masih harus sopan dengan Janus?

"Tetua Tangan Seribu, apakah Anda mendengar apa yang baru saja dikatakannya?" Janus mendengus.

Tetua Tangan Seribu dan dua tetua lainnya mempelajari Qin Wentian. Salah satu tetua yang berdiri di samping Qin Wentian bertanya. "Jika kau lebih kuat dari Janus, dan jika dia menghadangmu ketika kau bermaksud membunuh Murong Feng, apakah kau akan membunuhnya?"

"Iya." jawab Qin Wentian tanpa ragu-ragu, membuat wajah Janus berubah menjadi masam.

"Kenapa?" Orang itu bertanya lebih lanjut.

"Murong Feng telah melukai saudaraku. Siapa pun yang memilih untuk menghadangku demi menyelamatkan Murong Feng adalah musuhku." Ekspresi tekad yang kuat tanpa takut dapat terlihat di wajahnya.

Tetua itu menganggukkan kepalanya sebelum mengalihkan pandangannya kepada Tetua Tangan Seribu.

Tangan Tangan Seribu mengalihkan pandangannya kepada semua orang lalu ia berseru. "Kalian semua tidak lagi dibutuhkan di sini. Masalah ini menjadi masalah Komite Disiplin sekarang."

"Apa yang akan menjadi keputusan Komite Disiplin?" Janus bertanya.

"Itu bukan urusanmu. Anda bisa pergi sekarang." Tetua Tangan Seribu dengan tak acuh membuat Janus mengerutkan alisnya. Dari nada Tetua Tangan Seribu, Janus merasa bahwa sangat mungkin mereka tidak akan melakukan sesuatu yang terlalu drastis terhadap Qin Wentian.

"Kuharap Komite Disiplin dapat memberikan jawaban yang memuaskan." Janus mengerutkan kening, lalu melangkah pergi, penuh keengganan.

Mustang menepuk bahu Qin Wentian saat ia juga meninggalkan tempat itu. Seperti Janus, ia percaya bahwa Komite Disiplin tidak akan mengambil keputusan yang berat kepada seorang jenius sekaliber Qin Wentian. Paling tidak, tidak mungkin bagi Perguruan Bintang Kekaisaran mengeluarkannya.

Setelah semua orang pergi, Tetua Tangan Seribu memerintahkan Qin Wentian, "Ikuti aku."

Setelah itu, ia melangkah keluar halaman dengan santai. Qin Wentian dengan patuh mengikuti tanpa mengajukan banyak pertanyaan.

Setelah berada di luar halaman, Qin Wentian bisa melihat bahwa aula disiplin terletak di depan gunung. Tangan Seribu memimpin jalan, bergerak ke atas gunung itu dan akhirnya tiba di halaman lain. Halaman ini terletak di puncak gunung dan dibangun di tepi jurang. Orang bisa melihat seluruh Perguruan Bintang Kekaisaran dari sudut pandang ini.

Saat itu, di tempat itu, sesosok dengan kedua tangan tergenggam di punggungnya menatap ke bawah ke seluruh Perguruan Bintang Kekaisaran.

"Qin Wentian ada di sini." Tangan Seribu dengan hormat berkata kepada sosok itu, pandangan hormat dapat dilihat dari matanya.

"Teman kecil, ayo kemari." Sosok itu dengan tenang memberi instruksi sambil tetap membelakangi Qin Wentian.

Qin Wentian menatap penuh tanya kepada Tangan Seribu, hanya untuk melihat Tangan Seribu tersenyum menjawab, "Adik, keberuntunganmu tidak buruk sama sekali."

Setelah itu, Tangan Seribu berbalik dan pergi. Misinya sudah tercapai.

Qin Wentian berjalan menuju ke tepi jurang, dan berhenti di samping sosok itu. Sosok itu membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah Qin Wentian.

Ia adalah seorang pria paruh baya. Namun, ia terlihat jauh lebih tua dari itu. Garis-garis putih melapisi alisnya, dan matanya dipenuhi dengan kedalaman yang begitu dalam sehingga tampak tak berujung. Seolah-olah dia telah mengalami dan melewati kesedihan dan kepedihan dunia yang tak terhitung jumlahnya.

Saat itu, sepasang mata yang penuh perasaan dan damai itu dipenuhi jejak tawa.

"Aku suka pada mereka yang tidak mengikuti aturan. Kepribadianmu sangat mirip dengan aku, mengingatkan aku pada masa muda," orang itu tertawa lalu melanjutkan, "Namaku Ren Qianxing. Kau mungkin belum pernah mendengar namaku sebelumnya, tetapi kau pasti pernah mendengar cerita tentang aku. Lagi pula, bertahun-tahun yang lalu, aku pernah melakukan tindakan yang sama seperti yang baru saja kau lakukan."

"Apa itu?" kebingungan memancar di wajah Qin Wentian.

"Pembunuhan seorang teman sekolah." Ren Qianxing tertawa, "Ini terjadi bertahun-tahun yang lalu. Aku masih ingat waktu masih jauh lebih muda, di Belantara Mimpi, aku bertemu dengan seorang iblis yang sangat bejat yang melakukan hal-hal yang tak terlukiskan kepada seorang siswa perempuan. Setelah siswi itu keluar dari Belantara Mimpi, dia berada dalam kondisi depresi ekstrem yang histeris dan menderita gangguan saraf. Dikuasai oleh napsu amarah, aku membunuh orang yang telah menyiksanya."

Qin Wentian membeku, selintas amarah mengerdip di matanya. Ia akan melakukan hal yang sama juga.

"Kalau begitu, Tetua tentu adalah salah satu dari tiga orang yang membunuh sesama siswa dalam sejarah Perguruan Bintang Kekaisaran. Tetapi perguruan tidak punya alasan untuk menghukum Anda setelah mereka mengetahui alasan di balik tindakan Anda?" Qin Wentian terus bertanya.

Ren Qianxing menggelengkan kepalanya, "Aku tidak seperti kau, bakatku hanya bisa dianggap rata-rata. Orang yang kubunuh memiliki tingkat bakat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan aku. Di dunia ini, apa yang dilihat orang bukanlah kejujuran dan keadilan. Ini berlaku dalam situasi apapun. Tidak hanya itu, perguruan telah menjelaskan bahwa para siswa diizinkan untuk melakukan apapun yang mereka inginkan di Belantara Mimpi. Itulah sebabnya membunuh pun menjadi sangat umum di dalam taman mimpi itu."

Catatan TL: 任千行 (Ren Qianxing) ren = lakukan apa yang kauukehendaki / misi. Qian = ribuan. Xing = perjalanan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.