Monarki Ilahi Kuno

Percakapan dengan Mustang



Percakapan dengan Mustang

0

Sangat mudah untuk menambahkan hiasan pada sesuatu yang sudah sempurna tetapi sangat sulit untuk mengirimkan batubara kepada orang lain dalam cuaca bersalju.

0

Hari ini, mengapa Qin Wentian bisa berdiri tegak di dalam badai adalah semua karena Graha Senjata Dewa dan Perguruan Bintang Kekaisaran.

Hutang budi ini, ia tidak akan pernah melupakannya.

Luo Huan menghampiri dan berhenti di samping Qin Wentian lalu tersenyum. "Adik yang luar biasa."

Luo Huan mengerti bahwa sejak hari ini dan seterusnya, jumlah orang yang ingin berurusan dengan Qin Wentian akan menjadi semakin banyak.

Tetapi jikapun mereka ingin mengirim pembunuh, mereka juga harus mempertimbangkan dengan hati-hati.

Di Ibukota Kerajaan Chu, semua kekuatan tentu memiliki jaringan mata-mata sendiri. Setiap pergerakan sehelai rumput pun bisa dimonitor. Karenanya, tidak ada cara bagi seseorang untuk bisa bersembunyi selamanya.

Bagi siapa pun itu, ketika menghadapi orang-orang dari klan besar dan sekte yang memiliki kuasa, tidak banyak orang yang akan memilih untuk menggunakan pembunuh bayaran. Setelah jaringan mata-mata diaktifkan, konsekuensinya mungkin akan lebih mengerikan.

Orang-orang ini sudah kehilangan kesempatan terbaik untuk membunuh Qin Wentian.

Mungkin Qin Wentian yang dulu tidak memiliki kualifikasi sebagai ancaman yang tinggi bagi mereka, tetapi Qin Wentian saat ini berbeda dengan yang dulu dan telah mencapai tingkat pengakuan yang luarbiasa dari banyak pihak.

Tentu saja, Klan Ye dan Klan Ou termasuk dalam kelompok Klan yang ingin membunuhnya.

Sebelumnya, ketika Klan Ou mengirim Orchon, berharap ia bisa membereskan Qin Wentian dengan kekuatannya sendiri. Tetapi Orchon gagal dan bahkan akhirnya dikurung oleh klannya. Sekarang, jika Klan Ou ingin mencoba membereskan Qin Wentian lagi, mereka harus sangat berhati-hati.

Qin Yao juga menghampiri. Lalu ia membelai rambut Qin Wentian, wajahnya dipenuhi senyum.

"Wentian, terima kasih untuk segalanya." Qin Yao menatap Qin Wentian dengan senyum lembut.

"Kakak, omong kosong apa yang kakak bicarakan?" Qin Wentian mencubit pipi Qin Yao. "Ia juga ayahku, jadi mengapa kau berterima kasih padaku?"

"Iya aku salah." Qin Yao menatap wajah adiknya yang telah kehilangan semua jejak kekanakannya, senyumnya semakin bersinar. Melihat pencapaian Qin Wentian, ia hanya merasakan kepuasan di hatinya.

"Bagus Kakak meminta maaf." Qin Wentian tertawa sambil melanjutkan, "Jangan kembali ke Negeri Awan Salju lagi. Putra Mahkota itu bukanlah orang baik."

"Mmm." Qin Yao mengangguk, "Tapi bagaimana dengan Qin Shang dan Qin Zhi, akankah mereka baik-baik saja?"

"Aku pernah mendengar bahwa Putra Mahkota Negeri Awan Salju juga seseorang yang luar biasa, jadi aku tidak berpikir dia akan serendah itu. Jika kita tidak melakukan apa pun yang menyinggung perasaannya, kurasa dia takkan membahayakan Qin Shang dan Qin Zhi." Qin Wentian melanjutkan, "Tetapi supaya aman, tulislah surat kepada mereka dan suruh mereka menjauh dari masalah sampai ada kesempatan untuk menyelinap keluar dari Negeri Awan Salju."

Di Negeri Chu, ada organisasi tertentu yang mengkhususkan diri dalam pengiriman kurir. Selama kau mampu membayar harganya, suratmu akan dikirim dengan aman ke penerima hanya dalam waktu singkat.

"Baiklah, aku akan menulis surat begitu aku kembali," jawab Qin Yao.

Setelah itu, mereka berangkat menuju ke arah perguruan. Bajingan Kecil muncul entah dari mana dan melompat ke dada Luo Huan.

Salju masih melayang-layang, dan kerumunan itu perlahan-lahan bubar setelah kepergian Qin Wentian.

...….

Dengan sangat cepat, nama Qin Wentian tersebar di penjuru Negeri Chu. Berita bahwa dirinya adalah penulis aksara dewa tingkat ketiga saja sudah cukup untuk membuat namanya bergema di seluruh negeri, apalagi hal-hal yang terjadi belakangan ini. Kejadian terakhir ini pasti akan menjadi topik hangat untuk dibahas di antara warga Negeri Chu.

Ketika Qin Wentian kembali ke Perguruan Bintang Kekaisaran, ada beberapa orang yang berjalan santai di salju. Kepingan salju yang indah melayang-layang sepertinya menambah lapisan keindahan tambahan pada Perguruan Bintang Kekaisaran.

Melihat wajah-wajah teman-teman seperguruannya yang mengikuti, senyum yang lebar muncul di wajah Qin Wentian. Setelah satu tahun diliputi oleh berbagai macam pengalaman luarbiasa, ia merasa jauh lebih matang.

"Qin Wentian telah kembali."

Dari jauh, beberapa mata mengarahkan tatapan kepada Qin Wentian, ketika jejak cahaya aneh bisa terlihat berkedip-kedip di mata mereka.

Saat Qin Wentian terus melangkah, mengikuti jalanan bersalju, ada dua gadis muda yang melewatinya dan diam-diam melemparkan pandangannya, lalu berbisik, "Xing'er, orang ini tidak lain adalah Qin Wentian. Di tahun pertamanya, ia mengalahkan Murong Feng, dan ia bahkan bisa menahan tiga serangan Luo Qianqiu."

"Pemuda yang tampan. Saat ini ia menduduki peringkat pertama di antara kelompok siswa baru."

"Ya, dan dari penampilannya, ia jauh lebih kuat dari nomor satu sebelumnya, Murong Feng. Qin Wentian pasti bisa mengejar ketinggalan dan bahkan menyaingi Kakak Luo."

Volume suara mereka semakin kecil dan semakin kecil, ketika suara mereka secara perlahan sirna. Hal ini menyebabkan ekspresi keheranan muncul di wajah Qin Wentian. Seberapa cepat berita ini menyebar? Sepertinya sebelum dia kembali, seluruh perguruan sudah tahu apa yang terjadi.

"Tampaknya kau begitu terkenal." Luo Huan tertawa, membuat Qin Wentian mengangkat bahu. Kehebohan yang disebabkannya kali ini memang tidak kecil.

Dalam hatinya, Qin Wentian merasakan kepuasan. Bagaimanapun, usianya baru 17 tahun. Terkait dengan kekagumannya teman-temannya, ia tentu saja merasakan senang karenanya.

Tapi tentu saja, jika begitu, ia juga sangat mengerti bahwa alasan paling penting mengapa ia bisa mencapai akhir seperti itu, selain memiliki bakatnya yang di atas rata-rata, tapi juga karena dukungan yang diberikan kepadanya oleh Graha Senjata Dewa dan Perguruan Bintang Kekaisaran. Dirinya sendiri, jika hanya bertumpu pada kemampuannya sendiri, tidak punya apa pun yang bisa membuat orang lain mengaguminya.

Jika ada suatu hari di mana ia bisa bergantung pada kemampuannya sendiri untuk memukau khalayak, membuat orang mengaguminya, maka pada saat itu, cahaya yang dipancarkannya akan lebih menyilaukan daripada cahaya yang dipancarkan oleh rasi bintang.

Dunia begitu luas, dan hidupnya baru saja dimulai. Ini hanya Negeri Chu, namun, sudah ada begitu banyak bakat. Lalu, bagaimana dengan dunia luar? Bagaimana menariknya itu?

"Hanya dengan menerima tiga serangan. Qin Wentian sekarang masih belum memiliki kualifikasi apa pun untuk dipadankan dengan Kakak Luo."

Saat itu, terdengar suara mengejek. Qin Wentian mengalihkan pandangannya ke arah itu, hanya untuk melihat bahwa ada seorang pemuda dan seorang gadis berdiri di sana.

Wajah pemuda itu agak tidak sedap dipandang, dan gadis itu memperlihatkan ekspresi panik di wajahnya setelah melihat Qin Wentian. Ia menambahkan dengan panik, "Omong kosong apa yang kau sebarkan? Bagaimanapun, Qin Wentian baru bergabung dengan perguruan itu dalam satu tahun. Bagaimana kau bisa membandingkan keduanya? Itu sama sekali tidak adil."

"Mungkin kau melebih-lebihkannya." Pria itu menatap tajam ke arah Qin Wentian saat ia berbicara, membuat wajah gadis itu menjadi kaku.

Qin Wentian menoleh, tidak menunjukkan minat pada pembicaraan mereka. Dengan memeluk Bajingan Kecil di pelukannya, ia terus melangkah di jalan setapak.

"Gadis itu sebelumnya sepertinya sangat menyukaimu, membuat pria itu cemburu." Luo Huan berbicara.

Qin Wentian hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin repot-repot dengan hal-hal sekecil ini. Bagaimanapun, persepsi orang lain bukanlah sesuatu yang bisa kau ubah.

Setelah mendengar berita bahwa Qin Wentian telah kembali, banyak orang diam-diam berspekulasi. Akankah konflik antara Qin Wentian dan Perkumpulan Kesatria akan semakin meningkat?

Qin Wentian memasuki pondoknya, hanya untuk melihat Fan Le dengan malas menyipitkan mata menatapnya lalu bergegas menyongsong dan memeluk Qin Wentian. "Bos, aku senang melihatmu!"

"Sialan kau Gendut, senang kau tahu itu." Qin Wentian memukul Fan Le di bahunya setelah sekian lama mereka berdua berpisah. Fan Le terus memegang tangan Qin Wentian saat ia berkata, "Bos, aku selalu mengkuatirkan keselamatanmu, dan bahkan kehilangan beberapa pon berat badan karenanya. Sekarang setelah kau baik-baik saja, aku merasa jauh lebih bersemangat. Oh ya, bos, kudengar kau bisa menuliskan aksara dewa tingkat ketiga sekarang. Kapan kau berencana memberiku hadiah?"

Qin Wentian melirik sosok si Gendut yang bengkak dan mendelikkan matanya, "Aku sangat tersentuh oleh perhatianmu."

"Tidak apa-apa, tidak perlu merasa seperti ini. Cukup beri aku beberapa senjata dewa tingkat ketiga itu sudah cukup." Kedua mata si Gendut itu bersinar dengan cahaya.

"Tidak." Jawab Qin Wentian.

'' Bos, aku juga mendengar bahwa kau sekarang memiliki cincin ruang dan dapat dengan mudah mengeluarkan Tombak Dewa serta senjata lainnya. Lupakan apa yang aku katakan tentang senjata dewa tingkat ketiga tadi, senjata dewa kelas atas tingkat kedua juga boleh! Dan sekarang aku jadi teringat, beberapa batu meteor untuk membantuku berkultivasi juga tidak buruk," si Gendut melanjutkan dengan upaya tak kenal lelah, menolak untuk menyerah.

"Masih tidak," jawab Qin Wentian dengan singkat.

"Saudaraku yang baik, apa yang terjadi pada persaudaraan dan berbagi nasib baik bersama?" Mata Si Gendut dipenuhi dengan air mata buaya, membuat merinding di seluruh tubuh Qin Wentian.

"Fan Le, jangan khawatir tentang senjata dewa. Kau akan dapat lebih dari yang mungkin kau perlukan di masa depan." Luo Huan mendelikkan matanya saat mengalihkan pandangannya kepada Qin Wentian. "Adik, Guru ingin bertemu denganmu. Bagaimana kalau kau ikut denganku?"

"Baiklah. Aku juga punya sesuatu untuk dibicarakan dengan Guru." Qin Wentian mengangguk.

"Fan Le, ikut kami." Luo Huan tersenyum. Fan Le setuju, dan mereka bertiga meninggalkan tempat itu.

Tak jauh dari sana, tatapan para siswa baru diarahkan kepada mereka, tetapi mereka menghela nafas dalam hati. Mereka semua adalah sesama siswa baru, tetapi jarak dengan Qin Wentian sudah sangat jauh.

Mustang duduk bersila di sisi kolam yang mengalir, menutup matanya dalam meditasi.

Para guru Perguruan Bintang Kekaisaran juga berada di bawah banyak tekanan, sehingga mereka harus terus-menerus menempa diri mereka sendiri, tidak lupa berkultivasi dan mencoba menerobos ke kondisi yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi.

Ketika mereka bertiga muncul, mata Mustang tersentak terbuka dan mengerjap dengan rasa bangga ketika ia memperhatikan Qin Wentian.

"Guru." Qin Wentian dan Fan Le sedikit membungkuk, menunjukkan penghormatan mereka.

"Membicarakan hal ini membuatku menyesal. Sebagai gurumu, aku bahkan tidak punya waktu untuk membimbingmu, namun kau sendiri sudah mencapai tingkat prestasi yang begitu tinggi hari ini." Mustang tersenyum saat berbicara. Meskipun seperti yang ia katakan, ia senang untuk Qin Wentian. Dengan pencapaian Qin Wentian dan menjadi guru Qin Wentian, akan menjadi kebohongan jika orang mengatakan bahwa ia tidak merasa bangga.

"Siswa ini tidak akan pernah melupakan bantuan yang diberikan Guru Mustang kepada Klan Qin-ku sebelumnya," jawab Qin Wentian dengan penuh rasa terima kasih.

"Aku tahu kau adalah seseorang yang menghargai hubungan. Itu sebabnya bahkan Ren, Tetua yang tertutup itu, bersedia muncul menyelamatkanmu. Posisimu saat ini di Perguruan Bintang Kekaisaran tidak lagi lebih rendah dari posisiku sebagai Tetua." Mustang berbicara sambil tersenyum, "Duduklah terlebih dahulu."

Setelah Qin Wentian dan kawanannya duduk, Mustang melanjutkan, "Sekarang setelah kau membuat beberapa kemajuan, untuk dapat meningkat ke tingkatan Yuanfu hanyalah masalah waktu untukmu. Biarkan aku memberimu beberapa pencerahan dan pengalamanku untuk memperluas ruang lingkup pengetahuanmu, yang akan bermanfaat bagimu. Bagaimanapun, sebagai seseorang yang mendapat pengakuan dari perguruan kami, suatu saat kau pasti akan meninggalkan Negeri Chu. Tidak mungkin sepotong tanah ini bisa menampung seseorang dengan potensi sebesar dirimu."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.