Monarki Ilahi Kuno

Remuk Redam



Remuk Redam

0

Di dekat rerimbunan itu, beberapa orang sudah berkumpul. Mereka segera menghambur ke situ karena suara raungan yang memekakkan telinga. Saat ini, mereka semua membelalakkan mata seolah-olah telah melihat sesuatu yang sangat mengejutkan.

0

Qin Wentian akhirnya tiba di situ, jantungnya berdebar kencang.

Di dalam hatinya, ada kegelisahan serta kengerian. Ia takut akan melihat sesuatu yang tidak ingin dilihatnya.

Langkahnya menjadi sangat berat saat ia berjalan ke depan, menuju kerumunan itu.

Ada tombak yang tertanam di sebuah pohon tua. Sebuah jasad tubuh tergantung tak bernyawa, tertembus sebilah tombak dan terpancang pada sebuah batang pohon tua yang kokoh. Darah mewarnai jubahnya yang robek dan compang-camping menjadi merah. Tubuh yang tergantung di sana sudah lama tak bernafas. Matanya terbuka lebar dalam kematian, dipenuhi dengan ketidakrelaan dan tekanan. Ia masih sangat muda dan dipenuhi harapan untuk masa depan, tetapi ia mati di sini seperti ini, kematian yang tidak mulia.

Bumm!

Jantung Qin Wentian berdebar kencang. Wajahnya seputih kertas. Bukankah pemuda yang meninggal ini adalah Zi Jun? Apa yang terjadi? Ia tidak mati di tangan binatang siluman. Tombak panjang yang menembusnya sepertinya merupakan sebuah pesan tersembunyi.

Mo Qingcheng dan Rinai juga menjadi pucat pasi, wajah cantik mereka tak membekaskan senyum. Sebaliknya, wajah mereka sangat dingin, seperti dinginnya musim dingin yang mematikan.

Qin Wentian perlahan melanjutkan langkahnya, tatapannya tak tergoyahkan saat ia menatap tubuh anak yang tak bisa menjadi adik seperguruannya. Setelah itu, ia perlahan mengalihkan pandangannya dan menatap belukar pohon jauh di depan. Di sana, darah membasahi ke tanah saat sebuah jasad terbaring diam tanpa nyawa.

Gunung telah melindungi Zi Jun secara diam-diam. Ketika Qin Wentian melihat Zi Jun yang tertusuk, hatinya sudah dipenuhi dengan rasa sakit, tapi ia masih dibayangi oleh firasat yang berat. Memang, apa yang ia takuti akhirnya menjadi kenyataan.

Suara gemerisik terdengar ketika beberapa bayangan muncul. Sosok bersemangat Luo Huan masih sangat memikat, tetapi wajahnya hanya mencerminkan dinginnya es dan juga kesedihan.

Ia segera melompat ke sisi Gunung dan berlutut di tanah. Menjangkau dengan tangannya yang gemetar, lalu dengan lembut membelai wajah Gunung saat air matanya jatuh seperti hujan dari langit.

Air mata itu jatuh dalam hening, namun di seluruh dunia tidak ada yang terdengar sekeras ini. Ini adalah pertama kalinya Qin Wentian melihat Luo Huan yang selalu gembira berada dalam kepiluan, belum lagi banjir air matanya yang tak berkesudahan.

"Ahhhhhhhhhhhhhh …!" Luo Huan mengangkat kepalanya lalu berteriak, dipenuhi dengan kesedihan dan kemarahan, bergema di seluruh Hutan Kegelapan. Siapa pun yang mendengarnya bisa merasakan kesedihan dan depresi di dalam suaranya.

Luo Cheng, Fan Le dan sisanya tiba di sisi Luo Huan saat mereka juga berlutut di tanah, dengan rasa sakit memenuhi hati mereka.

Qin Wentian mengangkat kakinya, yang tiba-tiba terasa seolah-olah seberat 1.000 batu raksasa, saat ia mendekati tubuh Zi Jun, mengulurkan tangannya untuk mengatupkan matanya.

Setelah itu, ia menarik tombak panjang itu dan membopong jenazah Zi Jun lalu melangkah ke arah Gunung. Ia menempatkan Zi Jun di sebelah Gunung, ia juga berlutut saat diam-diam menatap kedua wajah mereka.

"Adik, ketika kau telah mencapai banyak hal di masa depan, ingatlah untuk kembali ke perguruan untuk menemuiku, ya? Jangan berpura-pura bahwa kau tidak mengenalku pada waktu itu." Kata-kata Gunung masih terdengar di telinganya. Gunung sudah berada di puncak Peredaran Nadi dan pasti akan melangkah ke kondisi Yuanfu pada akhir tahun ini. Setelah ia menerobos ke kondisi Yuanfu, ia akan menjalani persiapannya untuk menjadi Tetua Kehormatan, membimbing para siswa di Perguruan Bintang Kekaisaran.

Gunung memiliki kesan yang sangat baik tentang Zi Jun yang berbakat dan ingin membina seorang jenius yang bisa sebanding dengan adik seperguruannya Qin Wentian.

Mimpinya tidak terlalu berlebihan. Ia hanya ingin menjalani kehidupan yang mulus dan stabil di perguruan, memberikan pengetahuannya kepada generasi muda.

Tapi sekarang, semuanya telah sirna.

Ia telah meninggal. Sosok kakak laki-laki, yang masih hidup beberapa hari yang lalu, menutup matanya dalam tidur kematian yang tak berujung.

Beberapa tombak panjang menusuk tubuhnya, menunjukkan bahwa kematiannya tidak disebabkan oleh satu orang pelaku.

Kematian mereka sudah direncanakan, tetapi motif para pembunuh tidak jelas.

"Kakak Luo Huan." Qin Wentian memanggil ketika Luo Huan memandangnya. Sebelumnya, Qin Wentian selalu menyebutnya sebagai Kakak Seperguruan, tetapi kali ini, ia benar-benar memanggilnya sebagai Kakak Luo Huan

Qin Wentian mengulurkan tangannya, menyeka air mata yang mengalir dari wajah gadis itu.

Ada jejak tawa gila di mata Qin Wentian yang tampak seperti siluman. Ini adalah pertama kalinya Luo Huan melihat ekspresi seperti itu di matanya. Dari saat ini dan seterusnya, sepanjang hidupnya, dia tidak akan pernah bisa melupakan tawa di mata Qin Wentian ini. Tawa itu sepertinya diwarnai kegilaan, saat kesedihan, kemarahan, penderitaan, dan keteguhan hati semuanya teraduk bersama, menghasilkan bentuk yang seperti itu.

"Aku tahu bahwa apa pun yang kita lakukan, Kakak Gunung tidak akan pernah bangun lagi. Namun, aku akan memastikan bahwa para pembunuhnya membayar harga yang sangat menyakitkan." Qin Wentian perlahan mengucapkan setiap kata saat ia menatap lurus ke depan dengan mata angkernya.

Gunung tidak memiliki musuh di dalam Perguruan Bintang Kekaisaran. Ia memasuki kedalaman Hutan Kegelapan secara diam-diam untuk melindungi Zi Jun dari bahaya, jadi seharusnya tidak ada bentrokan antara dirinya dan pihak lain. Pembunuhnya jelas sedang memprovokasi Perguruan Bintang Kekaisaran dengan sengaja.

Jika ia menebak, kecurigaannya pada Klan Kerajaan sebagai orang di balik insiden ini berada pada tingkat yang tertinggi.

Jika tebakannya benar, ia bersumpah bahwa otoritas kekaisaran Chu pasti akan berpindah tangan. Pasti. Selama dirinya, Qin Wentian, masih hidup.

Mata Luo Huan memerah saat ia mengangguk dengan berat. Penyebab di balik kematian Gunung harus membayar harga yang sangat mahal.

"Kita harus memberi tahu semua calon siswa Perguruan Bintang Kekaisaran kita untuk meninggalkan tempat ini. Ada kemungkinan besar bahwa insiden ini tidak ditujukan untuk Gunung saja tetapi bagi seluruh Perguruan Bintang Kekaisaran." Rinai juga merasa sangat galau, tetapi sebagai orang dengan otoritas tertinggi, ia harus tetap tenang.

"Selain beberapa dari kita, junior yang tersisa semua masih dalam tahap ujian. Jika seseorang benar-benar ingin menargetkan Perguruan Bintang Kekaisaran, target mereka adalah kita." Luo Cheng juga sangat tenang saat ia melanjutkan, "Namun, kita tidak perlu melanjutkan ujian ini. Aku setuju dengan rencana meninggalkan tempat ini, tetapi kita juga harus meninggalkan Hutan Kegelapan."

Rinai mengangguk setuju; ia tahu bahwa Luo Cheng mengatakan yang sebenarnya, musuh sedang bersembunyi di kegelapan, ketika mereka semua keluar dari kegelapan, situasi ini akan menjadi sangat berbahaya. Calon siswa Perguruan Bintang Kekaisaran tersebar di seluruh Hutan Kegelapan, jadi tidak mungkin bagi mereka untuk menemukan satu per satu.

Rinai melesat ke langit ketika ia berdiri di udara, dan meneriakkan perintah, "Semua calon siswa Perguruan Bintang Kekaisaran, segera meninggalkan Hutan Kegelapan."

Gelombang suara yang kuat bergema ke segala penjuru saat Rinai mendarat ke tanah. Ia hanya bisa melakukan sebatas itu. Luo Cheng benar, para calon siswa baru saja menjalani ujian. Jika ada orang yang ingin menargetkan Perguruan Bintang Kekaisaran dengan sengaja, mereka tidak akan menyerang para pendekar yang belum menjadi bagian dari perguruan.

"Ayo kita pergi sekarang." Rinai mengatakan kepada Qin Wentian dan seluruh kelompok.

Namun, Qin Wentian menjawab, "Kakak Gunung baru saja meninggal dalam waktu singkat. Aku percaya para pembunuhnya tidak mungkin melarikan diri terlalu jauh. Aku ingin melihatnya."

"Tidak mungkin." Rinai langsung menolak. Keselamatan Qin Wentian adalah yang paling penting.

Jika ini benar-benar dilakukan oleh Klan Kerajaan, pada tingkat tertentu, itu berarti bahwa Klan Kerajaan sudah mulai mengambil tindakan terhadap Perguruan Bintang Kekaisaran.

Sebelumnya, keduanya bisa hidup berdampingan secara damai. Tapi begitu wajah terkoyak, tidak akan ada lagi kedamaian dan ketenangan. Sebaliknya, ketika saatnya tiba, kekacauan pasti akan meletus.

"Aku hanya ingin melihat apakah ada petunjuk yang tersisa. Tetua Rinai, jangan khawatir, aku tidak akan gegabah." Qin Wentian tampak sangat tenang. Setelah melihat keteguhannya, Rinai hanya bisa setuju, "Kau hanya boleh mencari di sekitar dan tidak diizinkan untuk berjalan terlalu jauh. Aku ikut denganmu."

"Aku juga akan ikut denganmu. Ayo naik bangau putihku, "Mo Qingcheng berbicara lalu melangkah maju.

Qin Wentian menatap Mo Qingcheng. Ia mengangguk setuju, "Baik, ayo pergi sekarang."

"Aku akan membawa jasad Gunung dan Zi Jun kembali," kata Luo Huan. Qin Wentian dan kedua wanita itu naik ke punggung bangau putih itu saat mereka melacak jejak kaki dari udara.

Kecepatan bangau putih itu sangat cepat saat mereka terbang lurus ke depan.

"Di sana." Qin Wentian menunjuk ketika ia melihat bangkai binatang siluman yang tergeletak di bawah mereka.

"Ada pepohonan rimbun dan lebat di depan, berhati-hatilah." Rinai menatap pohon-pohon yang bergerombol itu. Itu adalah lokasi yang sangat tepat untuk penyergapan.

"Ada orang di sana." Tatapan Qin Wentian tiba-tiba menajam ketika ia melihat sekelompok siluet menyatu ke dalam bayangan hutan, diam-diam mundur ke arah bagian hutan yang lebat.

"Ada seseorang di sini juga." Mo Qingcheng berbicara dengan suara rendah ketika mata Qin Wentian memicing. Setelah melihat wajah-wajah mereka yang baru tiba, sorot mata Qin Wentian berubah sedingin es ketika cahaya menakutkan berkedip-kedip di dalamnya.

"Ye Wuque, Wang Teng, Wu Chong."

Ketiganya tidak lain adalah penantang Yuanfu yang datang ke perguruan mereka masa itu.

Mereka bertiga melesat ke udara, menghalangi jalan bangau putih itu saat mereka berkata, "Benar-benar kebetulan."

"Menyingkir dari jalanku." Qin Wentian berkata dengan dingin.

Namun, mereka bertiga terus berdiri di sana dengan tenang, saat suara gemerisik bergema di udara. Di bawah mereka, beberapa siluet berjubah hitam menghilang di dalam pepohonan yang menyemak di depan.

Bangau putih itu menjerit melengking marah ketika melesat ke depan, seolah-olah ingin menyerang ketiga pendekar itu. Rinai berhadapan dengan Wang Teng di sebelah kiri sementara Mo Qingcheng menghadapi Wu Chong di sebelah kanan. Qin Wentian berhadapan dengan Ye Wuque.

Aura siluman yang luar biasa meledak saat Qin Wentian mengirimkan jejak telapak tangan yang tak terhitung jumlahnya, jalur arterinya mendesing ketika energi di dalam dirinya disalurkan ke lengannya. Ia melancarkan Telapak Gunung Runtuh dengan tangan kirinya dan juga Jejak Terlupakan dengan tangan kanannya, Qin Wentian ingin memusnahkan segala sesuatu yang menghadang.

Ye Wuque tertawa dingin ketika ia mengirim kedua telapak tangannya untuk menghadang serangan itu. Sebuah aura yang sangat tajam terpancar darinya.

Pada saat benturan itu terjadi, Qin Wentian hanya merasa bahwa energi lawannya seperti aliran air yang terus menerus dan tidak terputus. Ini adalah tingkat Yuanfu. Jumlah yang sangat besar dan tak terbatas dari energi astral yang tersimpan di dalam tubuh seorang pendekar Yuanfu bukanlah sesuatu yang dapat ditandingi oleh seorang pendekar Peredaran Nadi. Lengan Qin Wentian bergetar hebat saat tubuhnya terlempar ke belakang.

Bangau putih terbang mundur, untuk menangkap tubuh Qin Wentian yang mendarat di atasnya. Hujan dan Mo Qingcheng mundur juga. Sosok berjubah hitam terakhir sudah berhasil mundur ke kelompok pohon yang lebat.

Darah merembes keluar dari sudut mulut Qin Wentian. Matanya menjadi sedingin es dan sangat jahat saat ini.

"Ayo kembali." Rinai melantunkan dengan suara rendah. Mo Qingcheng juga setuju; ia tahu bahwa mereka akan berada dalam bahaya yang tak dapat mereka atasi jika mereka melanjutkan pertarungan. Namun, ketika ia menatap Qin Wentian, ia melihat bahwa pada saat ini, Qin Wentian telah mengalami transformasi total. Wajahnya tampan sekali namun sangat dingin ketika rambut hitam panjangnya berkibar-kibar karena angin.

"Ye Wuque, aku akan membuatmu membayarnya." Qin Wentian menghardik. Bangau putih itu berbalik dan meninggalkan tempat itu, suara dingin Qin Wentian bergema di udara.

Ye Wuque mengerutkan alisnya. Pandangan mata Qin Wentian yang dingin melayang di benaknya. Pada saat itu, Qin Wentian merasa dirinya adalah seorang siluman.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.