Monarki Ilahi Kuno

Gua Menjangan Putih



Gua Menjangan Putih

0

Yan Kong merangkak lalu berdiri, terbatuk-batuk untuk menutupi kecanggungannya saat ia melangkah pergi.

0

Sampai saat ini, sejak saat ia dilahirkan, Yan Kong belum pernah dihina seperti ini sebelumnya. Ia pasti akan mengingat hutang ini.

Leng Ning berjalan ke sisi Qin Wentian, menatapnya dengan matanya yang indah namun dengan senyum tipis di bibirnya. Ia menggoda, "Hormat pada Tuan Guru!"

Qin Wentian memperhatikan wajah nakal gadis itu saat dengan ringan menggetok kepalanya. "Aku tidak membohongimu, kan."

"Ya, kau tidak bohong padaku, akulah yang salah. Aku seharusnya tidak pernah meragukan Tuan Guru." Leng Ning tertawa lalu melanjutkan, "namun, siapa yang mengira kau benar-benar berada pada tingkat ini dari semua kata-kata besar yang kau ucapkan? Mengapa kau tidak menunjukkan sedikit pengetahuanmu saat itu?"

"Tunggu, maksudmu kau menginginkan aku, akibat rasa marah atau frustrasimu karena telah meragukanku, untuk menuliskan aksara dewa tingkat tiga hanya untuk memamerkan kekuatanku yang sebenarnya?" Qin Wentian mengangkat bahu. Kata-katanya menyebabkan Leng Ning tersenyum. Benar, jika Qin Wentian benar-benar melakukannya saat itu karena terpancing kemarahan, bukankah itu sedikit terlalu sombong?

"Hmph baiklah, semuanya memang salahku." Leng Ning membelalakkan mata kepada Qin Wentian. Namun dalam hati, ia sangat gembira. Pembual ini ternyata adalah seorang penulis aksara dewa tingkat ketiga. Jika mengingat ia tidak berani percaya, dan lontaran kata-katanya kepada Qin Wentian, Leng Ning tidak bisa menahan rasa malu.

"Haha, kau bisa pulang lebih dulu. Aku masih ada sesuatu yang perlu kulakukan di sini," kata Qin Wentian sebelum berjalan ke samping Bailu Yi. Gadis itu menatap Qin Wentian, dan kemudian mengangguk berterima kasih.

Qin Wentian telah membantunya memukuli Yan Kong dengan brutal tadi.

"Yah masalah ini terjadi karena aku, jadi aku yang harus menyelesaikannya." Qin Wentian tertawa, tampak sangat tidak peduli. Keduanya berjalan beriringan saat melangkah ke dalam Perkumpulan Menjangan Putih.

"Kau harus lebih berhati-hati di masa depan. Yan Kong pasti akan mengingat hal ini dan mungkin menemukan kesempatan untuk membuat masalah denganmu." Sedikit kekhawatiran muncul di mata Bailu Yi yang indah. Hampir tidak mungkin bagi Yan Kong melupakan penghinaan tadi.

"Mhm, baik akan kuingat." Qin Wentian mengangguk. Itu juga alasannya mengapa ia tidak melumpuhkan atau membunuh Yan Kong. Jika ia benar-benar melakukan hal itu sebelumnya, klan Yan Kong pasti tidak akan berhenti sampai dirinya mati. Jadi, ia hanya mempermalukan Yan Kong, dan tidak percaya bahwa Yan Kong akan begitu tak tahu malu sampai mengabaikan harga diri dan meminta para tetua klannya untuk membalas dendam untuknya. Jika ia benar-benar melakukannya karena dikalahkan oleh seseorang dari generasi yang sama, Yan Kong tidak akan pernah bisa mengangkat kepalanya lagi di masa depan.

Leng Ning sedikit lunglai saat menatap kepergian mereka berdua dari belakang. Jenius paling berbakat Perkumpulan Menjangan Putih di kalangan generasi muda tidak diragukan lagi adalah Bailu Yi. Sikapnya dingin dan penuh keyakinan seperti embun beku dari surga; berjalan berdampingan bersama di bawah matahari yang cerah, mereka kontras satu sama lain, namun entah bagaimana tampaknya saling melengkapi dengan sempurna. Untuk beberapa alasan, jejak kekecewaan samar mulai mengakar di hati Leng Ning.

"Apa yang aku pikirkan?" Leng Ning menggelengkan kepalanya. Apakah ia benar-benar ingin menikahi pria 'berkepala besar' itu?

Bailu Yi membawa Qin Wentian ke Gua Menjangan Putih, ini adalah tempat pertama yang dimasuki Qin Wentian ia melangkah ke dalam perkumpulan Menjangan Putih pada hari pertama. Namun, saat itu ia hanya diizinkan untuk mempelajari aksara dewa yang terukir di dinding batu pertama dan tidak diizinkan untuk menjelajah lebih jauh ke dalam.

Tapi sekarang, Bailu Yi sendiri yang membawanya ke kedalaman gua. Gua pertama yang ditemuinya terdiri dari banyak dinding batu dan monumen. Berbagai jenis aksara dewa dapat terlihat terukir di atasnya, menyerupai perhiasan yang mempesona yang menyenangkan mata Penulis aksara dewa. Terlepas dari jumlah aksara dewanya, setiap garis-garis simbol rahasia dalam aksara dewa sudah sangat jelas dan diukir dengan indah. Jelas, mereka berasal dari tangan seorang Tuan Guru.

"Tempat ini terdiri dari banyak aksara dewa, dan itu semua berasal dari Tetua kita sendiri di perkumpulan. Selama seseorang dapat memahami dan mengendalikan kekuatan aksara dewa ini, mereka pasti akan menjadi penulis aksara dewa tingkat atas. Paling tidak, mereka tidak akan kekurangan aksara dewa untuk melengkapi penempaan senjata," Bailu Yi menjelaskan, sebelum melanjutkan tur yang lebih dalam ke Gua Menjangan Putih.

Di gua kedua, lempengan batu raksasa menampilkan gambar dua penulis aksara dewa dalam pertempuran. Seolah-olah setiap gambar di dinding batu ini merekam pertempuran para penulis aksara dewa itu.

Qin Wentian berdiri di depan salah satu dinding batu raksasa, saat menatap garis-garis yang terukir di atasnya. Tiba-tiba, ia bisa merasakan gelombang energi destruktif dengan cepat mengalir ke arahnya. Seolah-olah aksara dewa ini ingin melompat keluar dari dinding batu yang diukir.

"Luar biasa." Hati Qin Wentian bergetar karena kegembiraan.

"Ayo kita lihat lebih jauh," Bailu Yi membawanya ke gua ketiga. Gua ini bahkan lebih besar dibandingkan dengan dua gua sebelumnya. Qin Wentian bisa merasakan bahwa aksara dewa yang ada di sini mengandung aura misterius. Berbagai topan berputar-putar di dalam gua, mengisi gua ketiga yang dengan angin kencang, masing-masing dari angin kencang itu terlihat seperti ujung pisau.

"Dunia Formasi." Qin Wentian mengerti. Ia menutup matanya, dan menikmati sensasi yang setajam siket, ia telah melihat banyak jenis aksara dewa yang berbeda sebelumnya, tetapi yang di depannya tampak seolah hidup, tanpa henti 'menari' dan akhirnya menjadi Formasi.

Qin Wentian tiba-tiba menjentikkan satu jari tepat di jantung aksara dewa, menyebabkan angin kencang mereda. Bailu Yi berjalan ke arahnya lalu tersenyum dan bertanya, "Bagaimana?"

"Anda tidak khawatir membawaku ke sini?" Qin Wentian tertawa. Gua Menjangan Putih tidak diragukan lagi bisa dianggap sebagai tanah berharga bagi penulis aksara dewa.

"Untuk memulai lebih jauh di jalur penulisan aksara dewa, kadang-kadang kita perlu bergantung pada wawasan yang dipahami oleh para pendahulu kita. Beberapa aksara dewa di sini berasal dari banyak Tuan Guru dari generasi sebelumnya yang berkultivasi di perkumpulan ini." Bailu Yi tersenyum, "Tidak pernah ada ide yang baik untuk menyembunyikan pengetahuan demi menimbun pengetahuan. Aku percaya berinteraksi dengan dirimu pasti akan terbukti bermanfaat untuk memajukan kedua pencapaian kami dalam dunia penulisan aksara dewa."

"Masih ada satu gua terakhir yang tersisa. Ikuti aku dengan seksama, melangkah hanya di tempatku melangkah agar kau tidak terjebak dalam Formasi." Bailu Yi menunjukkan jalan, dan segera setelah itu, mereka tiba di gua keempat. Ada beberapa manekin hidup di dalamnya; manekin berbentuk manusia, manekin berbentuk senjata dewa; manekin bentuk binatang dan sebagainya.

"Sepertinya aku harus sangat bergantung pada Perkumpulan Menjangan Putih di masa depan, kuharap kau tidak meninggalkan aku sendiri!" Qin Wentian tertawa. Di sini, pengetahuan tentang dunia penulisan aksara dewa telah membuka pintu besar informasi di dalam pikirannya.

"Selama kau bersedia tinggal di sini, aku tidak akan keberatan menanggung semua makananmu." Bailu Yi juga tertawa.

"Baik, kalau begitu jangan menyesalinya." Qin Wentian menatap wajah segar dan murni milik Bailu Yi, ia merasa gadis itu semakin menggemaskan setiap detik ia menatapnya.

Yang membuat Bailu Yi sangat heran adalah bahwa Qin Wentian telah berbicara dengan serius. Sejak hari itu dan seterusnya, ia tidak pernah mengambil satu langkah pun dari Gua Menjangan Putih. Dan selain kultivasi, ia menghabiskan sisa waktunya meneliti dan memahami aksara dewa. Hal ini membuat hati Bailu Yi bergetar. Awalnya, ia selalu menganggap dirinya sebagai pekerja keras, namun setelah ia melihat usaha Qin Wentian yang hampir tak kenal waktu, ia hanya bisa tersenyum pahit. Ia tahu bahwa dalam hal usaha, dirinya bahkan tidak bisa dibandingkan dengan pemuda itu.

Ada saat-saat ketika Bailu Yi berdiri setengah hari di belakang Qin Wentian, namun pemuda itu bahkan tidak sekalipun meliriknya. Tingkat fokus dan konsentrasi pemuda ini memberi pukulan besar pada egonya. Selain seorang jenius, ia juga cantik sekali dan karena itu selalu dikelilingi oleh kerumunan orang banyak; ini adalah pertama kalinya ia merasa diabaikan. Tapi hal ini juga yang membuat Bailu Yi menjadi sangat tersentuh. Tidak ada jenius yang dilahirkan secara alami. Bahkan jika seseorang diberkati dengan bakat, hanya dengan usaha dan ketekunan baru ia akan mampu memelihara dan memaksimalkan potensinya. Semua tokoh legendaris yang namanya mengguncang Sembilan Benua, adakah salah satunya yang tidak memiliki tekad bela diri yang tegas? Mereka semua menunjukkan sifat yang mirip dengan pemuda yang berdiri di depannya ini.

Bailu Yi duduk di samping Qin Wentian dan menatap pemuda yang sedang asyik itu. Seolah-olah ia sedang melihat karakter legendaris yang memulai jalannya menuju kejayaan.

Ketekunan usaha Qin Wentian juga memengaruhinya. Hari demi hari, Qin Wentian memperbaiki diri dengan kecepatan yang hampir tidak dapat dipercaya. Dan saat ini, ia sudah dapat menyaingi dirinya. Jika mereka bersaing secara langsung dengan hanya menggunakan aksara dewa, ia tidak akan kalah sedikit pun.

Tentu saja hal ini juga mendorong Bailu Yi bekerja lebih keras.

"Apa yang kau pikirkan? Apakah kau ingin buah-buahan?" Di gua keempat, setelah melihat Qin Wentian tenggelam dalam pikirannya akan sesuatu, Bailu Yi menyerahkan sepiring buah ke arahnya.

"Dunia manekin benar-benar sangat dalam." Qin Wentian mendongak, dan ketika melihat wajah indah Bailu Yi, jiwanya tanpa sadar menjadi cerah ketika mengambil sepotong buah dari piring itu.

"Tentu." Bailu Yi tertawa. "Apakah kau memahami sesuatu setelah sekian hari?"

"Apakah kau ingin mendengar tentang wawasanku?" tanya Qin Wentian. Bailu Yi mengangguk. "Ya."

"Bagimu, apa arti sebuah manekin?"

"Hmm, manekin adalah manekin. Apa maksudmu? "Bailu Yi membeku sesaat.

"Dari sudut pandangku, manekin sama saja dengan senjata dewa." Qin Wentian tersenyum, "Manekin bisa berbentuk manusia, berbentuk senjata dewa, berbentuk binatang, namun mereka hanya berbeda dalam hal penampilan luar saja. Selain beberapa metode jahat yang menggunakan manusia asli sebagai wahana, semua bentuk manekin lainnya dibentuk oleh ahli senjata. Kemampuan mereka tergantung pada aksara dewa yang diukir, pengendalian mereka dilakukan dengan menghubungkan kesadaran spiritual selama penciptaan, sedangkan sumber kekuatan mereka berasal dari Batu Meteor Yuan. Inilah perbedaan antara Manekin Hidup dan Senjata Dewa."

"Manekin hanyalah bentuk lanjutan dari senjata dewa. Dengan formasi yang sesuai, seseorang dapat memanfaatkan dan mengubah energi di Batu Meteor Yuan menjadi energi yang berasal dari manekin, sehingga kesulitan dalam menciptakannya menjadi setingkat lebih tinggi. Tentu saja, semakin kuat tingkat formasi, serta bahan yang digunakan untuk bentuk luarnya, semakin kuat manekin itu."

"Namun, manekin berwujud manusia adalah yang terkuat karena kekuatan yang mampu mereka hasilkan lebih besar. Tapi tentu saja, biaya dan kesulitan dalam menciptakannya juga akan meningkat." Qin Wentian tertawa.

Ekspresi pemahaman muncul di wajah Bailu Yi saat ia mengangguk menanggapi, "Aku belum pernah memikirkannya hal seperti itu sebelumnya, tetapi setelah mendengar penjelasanmu, itu sangat masuk akal. Senjata dewa sangat mirip dengan manekin."

"Desain yang menciptakannya sangat menarik. Pernahkah kau berpikir bahwa garis besar aksara dewa menyerupai jalur arteri, saluran energi, dan garis meridian tubuh manusia? Struktur bagian dalam tubuh kita membuat kita bisa memunculkan kekuatan teknik alami, sehingga dengan menempatkannya dalam perspektif lain, bukankah ia sangat mirip dengan aksara dewa yang tertulis pada senjata dewa dan manekin?"

Qin Wentian melanjutkan, "Tidak hanya itu, bagi kita yang memiliki jiwa astral jenis penempaan, keuntungan terbesarnya adalah bahwa kita dapat membuat aksara dewa dalam tubuh kita sebelum mewujudkannya. Karena itu, jika setiap tetesan energi astral dalam tubuh kita ditempa dan diubah oleh aksara dewa, bukankah itu berarti bahwa energi astral, dalam suatu bentuk, juga merupakan Aksara dewa?"

Kata-kata Qin Wentian yang tenang sangat mempengaruhi Bailu Yi, hal itu mengguncang semua dasar-dasar aksara dewa yang ia ketahui. Ia telah mengembangkan kemampuan penulisan aksara dewa miliknya sesuai dengan bimbingan para tetua, dan tidak pernah secara serius mempelajari dan merenungkannya sebelumnya. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa ia ingin belajar dengan pemuda di sampingnya itu.

Kita dapat mempelajari apa pun dari seseorang, dan karena ia telah berkultivasi sesuai dengan wawasan para tetua, fondasinya telah diperbaiki pada usia muda. Bagaimana bisa keraguan terhadap ajaran mereka muncul di benaknya?

Namun akibat kata-kata Qin Wentian, ia mulai mempertanyakan 'kebenaran yang telah dipastikan' yang selama ini telah dipegangnya.

Kemilau cahaya yang menawan bersinar di mata Bailu Yi saat ia memandang Qin Wentian. Setelah itu, ia tersenyum, "Terima kasih."

"Ada kericuhan di luar, mari kita pergi dan melihatnya." Saat itu, Bailu Yi berdiri dan melangkah keluar dari gua itu. Qin Wentian mengikutinya dan tak lama mereka tiba di pintu masuk Gua Menjangan Putih. Namun, mereka segera menemukan bahwa penyebab keributan itu adalah seorang gadis bercadar yang mencoba memasuki gua itu. Ia berasal dunia lain, begitu cantiknya sampai-sampai bahkan wajahnya yang tertutup tidak bisa menyembunyikan kecantikannya.

"Apa yang terjadi?" Qin Wentian tergesa melangkah keluar setelah menyadari bahwa itu adalah Qing'er.

Akhirnya setelah melihat Qin Wentian, suara Qing'er yang jernih dan merdu terdengar, "Aku tidak melihatmu selama beberapa hari dan karenanya aku khawatir. Aku ingin masuk untuk mencarimu."

Mendengarkan kata-katanya membuat Qin Wentian tertegun, dan ia merasa tersentuh hatinya. Jadi, gadis penyendiri ini tidak pernah meninggalkan dirinya.

"Karena kau baik-baik saja, maka aku akan pergi." Qinger berbalik dan berjalan pergi, menghilang dari ruang penglihatan Qin Wentian dengan sangat cepat, seolah-olah ia tidak pernah berada di sana!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.