Monarki Ilahi Kuno

Paksaan



Paksaan

0

Qin Wentian dan pria paruh baya itu terus melangkah maju. Meskipun formasi ini penuh dengan bahaya, pasti akan ada jalan keluar. Paling buruk, ia lebih suka menghabiskan waktu berusaha menetralisir jebakan yang ia yakini bisa dijinakkan. Jika ia menghadapi tingkat bahaya yang di luar kemampuannya, Qin Wentian lebih suka mengambil jalan memutar daripada menghadapinya langsung.

Dan tepat ketika Qin Wentian mengambil jalan alternatif lainnya, sebuah siluet muncul di sudut pandangnya. Jantungnya tanpa sadar bergetar saat tubuhnya melesat lalu muncul di sebelah sebuah manekin hidup.

Ia ... adalah manekin Bailu Yi.

Anehnya, manekin itu berkedip pada Qin Wentian, dan mengarahkan jarinya ke arah tertentu, seolah-olah sedang mencoba untuk memberitahunya sesuatu. Qin Wentian memicingkan matanya ketika bertanya, "Apakah kau dipaksa oleh seseorang?"

Manekin itu mengangguk, menyebabkan hati Qin Wentian mengerut. "Bawa aku ke sana."

"Mahaguru Qin." Tepat ketika Qin Wentian akan pergi dengan manekin itu, pria paruh baya itu muncul di sampingnya, "Mahaguru Qin, apa yang terjadi? Akan lebih baik jika kita bergegas dan menerobos formasi ini. "

"Senior, temanku baru saja mengalami masalah. Ayo kita pergi bersama, tingkat kekuatanmu seharusnya cukup untuk menghadapinya," jawab Qin Wentian.

Pria paruh baya itu menampilkan senyum pahit di wajahnya, apakah Qin Wentian memperlakukannya seperti penjahat sewaan?

Mereka yang masih hidup saat ini, semuanya memiliki tingkat kekuatan yang menakutkan atau tingkat pencapaian yang tinggi dalam aksara dewa. Menggampangkan sekali? Dan jika yang menyerang itu juga sama seperti dirinya, berasal dari kekuatan transenden, tidaklah layak menyerangnya hanya karena teman Qin Wentian.

"Mahaguru Qin, yang paling baik adalah jika Anda berhenti mencampuri urusan orang lain." Pria paruh baya itu tertawa dengan ramah. Alis Qin Wentian berkerut tetapi di saat berikutnya, angin kencang bertiup ketika ia melihat pria paruh baya itu dengan cepat menghantamkan telapak tangannya kepada manekin itu, membuat suara ledakan menggelegar. Manekin itu segera hancur berkeping-keping, bertebaran di tanah.

Wajah Qin Wentian langsung buruk dan memandangi pria paruh baya itu dengan tatapan yang tajam. "Jangan khawatir, aku melakukan hal ini agar Anda bisa lebih tenang dan berkonsentrasi untuk menemukan jalan keluarnya."

Ini adalah penghancuran manekin Bailu Yi, yang tidak salah lagi merupakan sebuah ancaman.

Setelah hening sejenak, Qin Wentian berbalik dan terus melangkah. Sebuah emosi yang tidak diketahui melintas di mata pria paruh baya itu saat ia mengikuti di belakang Qin Wentian tanpa suara. Tapi kali ini, ia menjaga jarak tertentu.

Jelas, ia masih bisa mengingat pelajaran yang menyakitkan bagi orang-orang dari Graha Pemburu Bintang, dan jadi ia pasti tidak akan memberikan kesempatan bagi Qin Wentian untuk meminjam kekuatan aksara dewa untuk menyerangnya.

Pria paruh baya itu menjadi semakin waspada. Tidak hanya ia menjaga jarak yang aman dari Qin Wentian, ketika bantuannya diperlukan untuk 'menghancurkan' jebakan, ia akan langsung menolak. Ia takut Qin Wentian mungkin menjebaknya ke dalam perangkapnya.

Dan pada saat itu, Qin Wentian tiba-tiba berhenti lalu menatap ke depan. "Formasi besar, aku butuh bantuanmu."

Di depan mereka ada gunung-gunung di sebelah kiri dan kanan. Jalan tepat di tengah tampaknya bebas dari halangan, namun Qin Wentian bisa dengan jelas merasakan aura formasi di dalamnya.

Pria paruh baya itu mengerutkan kening, ia tidak merasakan sesuatu yang luar biasa. Tapi tetap saja, ia memutuskan untuk menguji kata-kata Qin Wentian.

Tiba-tiba, ia mengirim serangan telapak tangan mengarah ke ruang di depan Qin Wentian. Dan pada saat serangannya mendarat, ruang itu berkilauan. Gelombang besar energi perusak berderak lalu menghilang. Pria paruh baya itu tersenyum, "Pemahaman Mahaguru Qin benar-benar luar biasa. Jika ada jebakan lain, kuharap Anda menetralisirnya sesegera mungkin. Aku percaya bahwa pintu keluar sudah dekat."

Harapan melintas di matanya, ia tahu apa yang dikatakannya benar, jalan keluarnya seharusnya tidak jauh.

"Senior, formasi ini terlalu kuat. Jika Senior tidak bertindak, akan sangat sulit untuk menetralkan formasi ini. "Qin Wentian mengerutkan kening.

"Aku percaya pada kemampuan Mahaguru Qin." Pria paruh baya itu tersenyum sambil berdiri di sana dengan tangan bersedekap, ia tampak sangat nyaman.

"Jika begitu, keterlambatan tidak akan terhindarkan." Qin Wentian berhenti ketika mulai menulis sebuah aksara dewa dengan menciptakan garis dan simbol rahasia yang samar mengeluarkan sedikit energi. Pria paruh baya itu menatap dengan penuh perhatian pada tindakan Qin Wentian dan kemudian tiba-tiba, tubuhnya melesat dan muncul tepat di samping Qin Wentian, telapak tangannya mengalirkan dengan energi merah menyala yang menakutkan. Suhu tinggi menyebabkan atmosfir sekitarnya berubah, karena tekanan yang menakutkan menekan Qin Wentian. Tanpa kata-kata, pria paruh baya itu seolah mengatakan ia akan membunuh Qin Wentian jika pemuda itu melakukan langkah yang salah. Qin Wentian tetap tenang berfokus menyelesaikan aksara dewanya.

Tak berapa lama, ia bergerak maju dan mulai mengarahkan perwujudan aksara dewanya untuk menyerang formasi di depan. Dalam setiap langkah yang diambilnya, pria paruh baya itu mengikutinya dari dekat; ia bisa membunuh Qin Wentian kapan saja.

"Apakah Senior benar-benar harus sangat berhati-hati?" Qin Wentian tertawa.

Namun, saat ia menoleh, matanya terpaku dengan sesuatu di belakang punggung pria paruh baya itu.

"Siapa kau?" Tanya Qin Wentian dengan suara dingin. Ekspresi pria paruh baya itu berubah, namun ia tetap mempertahankan posisi yang sama.

Ia tersenyum dingin menjawab, "Mahaguru Qin, trik kecil itu tidak akan berhasil padaku." Namun, ia hanya melihat bahwa wajah Qin Wentian bergeser seketika, dan tiba-tiba, aura tajam yang menakutkan meletus di belakang pria paruh baya itu, membuatnya tak bergerak karena terguncang.

Saat ia berbalik untuk menghadapi ancaman yang datang, ia secara bersamaan mengarahkan tangan kirinya menjadi sebentuk cakar ke arah Qin Wentian. Bahkan jika memang ada musuh di belakangnya, ia masih harus menahan gerakan Qin Wentian.

Tapi saat pria paruh baya itu menoleh, Qin Wentian sudah menghentak ke tanah dan tenggelam ke dalam bumi. Mahaenerji jenis pedang bergemuruh di dalam Yuanfu-nya saat ia mengirimkan beberapa pedang tajam yang tercipta dari cahaya astral dan terbang menuju pria paruh baya itu.

Pria paruh baya itu tahu bahwa ia telah terpedaya ketika ia menoleh. Seperti yang ia duga, tidak ada seorang pun di belakangnya, namun pada saat yang sama, ia bisa merasakan gelombang aura pedang yang menakutkan meledak menyerbu ke arahnya.

Dengan menggunakan telapak tangannya yang berapi-api untuk bertahan dengan panik melawan gelombang pedang tajam itu, pria paruh baya itu tiba-tiba tersandung. Aksara dewa yang diukir oleh Qin Wentian sebelumnya bersinar dengan cahaya yang terang, saat retakan muncul di tanah tempat pria paruh baya itu berdiri. Memanfaatkan kesempatan ini, pedang-pedang itu segera menebas maju dan mengincar kakinya. Reaksi pria paruh baya itu sangat cepat, ia dengan cepat menghentakkan kaki ke tanah dan melompat menghindari tebasan pedang-pedang itu. Namun, ia lupa tentang tekanan gravitasi yang diberikan oleh patung Sang Pewaris di angkasa. Tekanan luar biasa menimpanya, memaksanya untuk mendarat di tanah yang sudah retak tadi.

Ia kehilangan keseimbangan saat tiba di tanah, dan kali ini pria paruh baya itu tidak bisa bereaksi tepat waktu ketika Qin Wentian tiba-tiba muncul di depannya, menghantamnya dengan Telapak Gunung Runtuh. Dampak benturan itu mendorong pria paruh baya itu ke arah jebakan formasi yang belum dipecahkan Qin Wentian.

"Selamatkan aku!" Pria paruh baya itu ketakutan, tapi Qin Wentian mundur beberapa langkah saat ia melihat lawannya terbakar oleh perangkap yang terpicu tadi.

Ia mengambil risiko besar untuk membunuh pengancamnya, tetapi jika ia tidak mengambil risiko sama sekali, ia tidak akan bisa mengatasi lawannya. Ia tidak punya pilihan lain.

Hanya setelah tubuh penculiknya benar-benar terbakar menjadi abu, Qin Wentian dengan bergegas kembali ke tempat ia menemukan manekin Bailu Yi, matanya dipenuhi dengan niat sedingin es. Meskipun Bailu Yi bisa merasakan kehancuran manekinnya, ia pasti akan mengerti bahwa Qin Wentian akan menunggunya di sana.

Qin Wentian lalu duduk di sana sambil menyiapkan formasi untuk menunggu kedatangan Bailu Yi.

Tapi Qin Wentian tertegun melihat Bai Fei tiba lebih dulu daripada Bailu Yi. Tidak hanya itu, ia berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Di belakangnya seorang lelaki muda dengan raut sinis mengejarnya, ia juga dalam kondisi serupa walaupun agak lebih baik, menunjukkan bahwa perjalanan mereka ke sini tidak mudah sama sekali.

"Itu dia."

Mata Bai Fei menyala saat melihat Qin Wentian.

Pemuda berwajah sinis di belakangnya juga memiliki ekspresi yang menarik di wajahnya ketika melihat Qin Wentian.

"Cepat." Pemuda itu mendorong Bai Fei, dan beberapa helaan napas kemudian, mereka berdua mencapai Qin Wentian.

"Mahaguru, apa yang kau tunggu di sini?" Pemuda itu tersenyum sopan pada Qin Wentian.

Qin Wentian menatap Bai Fei. Jubahnya terlihat banyak tambalan, dan selain bahunya yang indah, bahkan siluet putih salju yang menyembul cukup jelas terlihat, hal yang tentu saja menimbulkan hasrat jahat bermekaran di benak para lelaki yang memandangnya. Wajahnya sangat kuyu, dan ia tampak di bawah tekanan besar. Jelas, ia berada dalam paksaan pemuda itu.

Bai Fei salah mengartikan pandangan mata Qin Wentian. Ia mengertakkan giginya, rautnya menjadi semakin tidak sedap dipandang.

"Hehe, jika ia menyukai Mahaguru, aku bisa menghadiahkannya padamu. Dia adalah kecantikan dari Aula Kaisar Ramuan dan masih belum ternoda." Senyum di wajah pemuda sinis itu semakin ramah.

Namun, Qin Wentian hanya menatapnya sekilas ketika menjawab, "Aku masih ada sesuatu yang harus kuselesaikan, jangan ganggu aku dan teruskan perjalanan kalian."

Pemuda itu masih tersenyum, bukan hal yang mudah baginya untuk bertemu dengan Qin Wentian, penulis aksara dewa paling berbakat dari kelompok Graha Pemburu Bintang. Bagaimana ia bisa dengan mudah melepaskannya?

"Mahaguru, mengapa kita tidak membentuk sekutu? Ikutlah denganku, aku pasti tidak akan salah memperlakukanmu," lanjut pemuda itu.

Bai Fei menyela, "Mahaguru ... Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

Sensasi seperti pernah mengenalnya tumbuh semakin kuat. Ia yakin ia pernah bertemu Qin Wentian sebelumnya, tapi tidak bisa mengingatnya di mana.

Qin Wentian dengan tak acuh menatapnya, tetapi tidak merasa perlu menjawabnya. Tepat ketika itu, suara langkah kaki terdengar dari jauh. Qin Wentian mengalihkan pandangannya saat matanya memicing. Mereka yang datang itu tidak lain adalah Bailu Yi dan lelaki tua berpakaian hitam dari Graha Pemburu Bintang.

Saat lelaki tua berjubah hitam itu melihat Qin Wentian, sebuah cahaya cemerlang menyorot di matanya. Itu benar-benar dia!

Sebagai anggota Graha Pemburu Bintang, ia secara langsung menyaksikan penampilan Qin Wentian selama kompetisi. Juga, ketika ia mengingat kejadian saat menghadapi formasi sebelumnya, di mana Graha Pemburu Bintang 'dirugikan' oleh Qin Wentian, api jahat bisa terlihat berkedip-kedip di matanya.

"Mahaguru Qin, sungguh rencana yang bagus dengan membuat Graha Pemburu Bintang kehilangan sejumlah besar pendekar puncak Yuanfu yang tangguh." Senyum jahat muncul di wajah lelaki tua itu saat ia berbicara, namun Qin Wentian menatap tepat padanya, dengan cahaya sedingin es di matanya yang memiliki keteguhan hati yang tak terucapkan. Tidak hanya Qin Wentian tidak takut padanya, mungkin ia bahkan berencana untuk membunuh lelaki tua itu di sini.

Ekspresi di wajah lelaki tua itu tidak goyah. Ia berjalan di belakang Bailu Yi, menyadari bahwa niat membunuh Qin Wentian kemungkinan besar karena ia menyandera Bailu Yi.

"Mahaguru Qin?" Raut wajah Bai Fei terlihat merenung. Ia mencoba untuk mengingat siapa penulis aksara dewa yang ia kenal dan memiliki nama keluarga Qin.

"Apakah kau baik-baik saja?" Qin Wentian bertanya kepada Bailu Yi.

"Seberapa baik aku setelah menerima paksaan selama berhari-hari." Bailu Yi membelalakkan mata ke arah Qin Wentian. Qin Wentian menghela napas lega. Melihat bagaimana Bailu Yi masih bisa bercanda dengannya, ia menyimpulkan bahwa dalam beberapa hari ini, ia dan pengancamnya tidak berada dalam situasi yang terlalu berbahaya.

"Lepaskan dia dan kita akan menganggap masalah ini selesai." Qin Wentian menatap lelaki tua itu sambil berkata dengan dingin.

"Hehe, Qin Wentian, tidakkah kau terlalu melebih-lebihkan kemampuanmu?" Pria tua menjawabnya dengan geli.

"Qin Wentian?"

Pikiran Bai Fei bergemuruh ketika sebuah ingatan muncul tanpa hambatan dari benaknya, bertumpuk pada pemuda penulis aksara dewa yang ada di depannya. Sambil terhuyung mundur, matanya membelalak kaget.

Tidak salah lagi, itu dia. Ia akhirnya mengenalinya! Penulis aksara dewa yang mengerikan ini ternyata adalah pemuda dari negeri kecil itu!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.