Monarki Ilahi Kuno

Evolusi Bajingan Kecil



Evolusi Bajingan Kecil

0

Namanya, 'Qin Wentian', sekali lagi bergema di seluruh Ibukota Kerajaan. Juara Perjamuan Jun Lin, setelah melangkah ke tingkat Yuanfu, telah membantai Ye Wuque, Wu Chong dan Wang Teng dalam satu pertempuran.

0

Kematian tiga jenius yang bersinar itu, semakin menambah kemilau cahaya pemuda 'legendaris' itu, Qin Wentian.

Status Qin Wentian di negeri Chu menjadi topik yang sangat sensitif. Sosok ini dipuja oleh sebagian besar rakyat jelata sebagai jenius yang menantang langit, namun sebaliknya, sangat dibenci oleh Klan Kerajaan dan Klan Ye. Tetapi karena kehadiran Diyi, tidak ada yang berani mengambil langkah yang membahayakan Qin Wentian. Bahkan ketika orang-orang dari Klan Ye melihat bagaimana Ye Wuque meregang nyawa di depan mata mereka, mereka tidak berani melakukan apa pun. Bagaimanapun, Qin Wentian dan Ye Wuque telah sepakat untuk melakukan pertarungan hidup atau mati itu dan pertarungan itu tentu saja mempertaruhkan nyawa mereka.

Jika Qin Wentian yang mati dalam pertempuran itu, Diyi tidak akan membalas dendam. Karena itu, bagaimana mungkin Klan Ye berani bertindak terhadap Qin Wentian?

Di dalam Ibukota Kerajaan, banyak pengambil risiko dan petualang yang menghabiskan waktu di distrik kota kecil dekat perbatasan Hutan Kegelapan. Berada di daerah yang berperadaban adalah satu-satunya tempat di mana mereka bisa bersantai. Karena saat mereka memasuki Hutan Kegelapan, dan menghadapi bahaya ekstrim, bahkan teman terdekat mereka mungkin mengkhianati mereka.

"Apakah kalian menonton pertarungan kemarin? Qin Wentian, bocah itu benar-benar terlalu kuat. Dia terlalu keren! Dia menyingkirkan Wang Teng hanya dengan satu gerakan!"

"Dia baru berusia 17 tahun ini, apakah dia benar-benar sekuat itu?" Gadis itu berkomentar tak percaya. Beberapa pendekar lain berkerumun di sekitar pria itu ketika mereka berbicara, "Kakak Banteng, apakah kau tidak membesar-besarkan cerita?"

"Membesar-besarkan?" Banteng membelalakkan mata, "kalian tidak menyaksikan pertempuran itu dengan mata kalian sendiri dan karena itu kalian tidak tahu bahwa bocah itu menguasai seluruh pertempuran. Dia hanya perlu mengeluarkan satu nafas untuk memusnahkan kita semua. Kalian semua tahu siapa Ye Wuque kan? Setelah Ye Wuque mengalahkan Qiu Mo, ia menjadi peringkat ke-4 di antara sepuluh anak ajaib Negeri Chu. Tapi tahukah kau akhir ceritanya? Dia mati dalam pertempuran di mana mereka bertiga mengeroyok bocah itu sendiri. Anak ajaib macam apa dia itu?"

"Kakak Banteng, ceritakan kami lebih rinci, apa yang terjadi dalam pertempuran itu? Terus, bagaimana penampilan Qin Wentian? Apakah dia memiliki kepala besar, dan kaki tangan yang kuat dan berotot?" Bulu mata yang indah milik wanita itu bergetar menunjukkan rasa ingin tahu di hatinya.

"Hmm, bisepnya lebih besar dari pahaku, sementara pahanya setebal batang pohon. Dia sangat kuat," Banteng menyeringai.

"Uhuk, uhuk." Suara batuk terdengar, dan ketika Banteng dan teman-temannya menolehkan kepala, mereka melihat seorang pemuda berusia sekitar 17 tahun tersenyum pahit. Ia memegangi seekor anak anjing berbulu putih salju yang sangat menggemaskan.

Qin Wentian merasa agak tertekan di hatinya, desas desus yang menyebar tentang dirinya semakin memalukan. Tidak hanya Banteng ini yang tahu bagaimana membumbui ceritanya, ia juga benar-benar menghancurkan citra Qin Wentian.

"Apa? Heh bocah ingusan, kau tidak percaya padaku? Lihatlah tubuhmu yang tipis dan rapuh itu. Aku yakin hanya hembusan angin yang kuat sudah cukup untuk membuatmu terkapar di tanah. Kupikir kau tak akan bisa menahan satu serangan dari jari kelingkingnya," Banteng terus saja membual.

"Aku percaya, aku sangat percaya." Qin Wentian mengangguk tanpa henti, sambil mempercepat langkahnya lalu dengan cepat memasuki Hutan Kegelapan. Ketika ia memasuki hutan itu, ia tidak bisa tidak melihat ke arah anak anjing yang ada di dalam dekapannya lalu bertanya, "Bajingan kecil, apakah aku benar-benar seburuk itu?"

Ketika suara Qin Wentian terdengar ke telinga Banteng dan para pendekar lainnya, ekspresi mereka menjadi kaku dan berdiri tertegun. Pada saat mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah gerbang masuk Hutan Kegelapan, siluet Qin Wentian sudah menghilang.

Para pendekar di sekeliling Banteng menarik napas dalam, lalu mengalihkan pandangan ke arah Banteng.

"Dasar pembohong. Seperti apa sih sosok Qin Wentian, bagaimana bisa ia terlihat begitu halus seperti anak mama. Betul tidak?" Banteng tertawa keras, tetapi ia sendiri merasa tidak yakin dengan kata-katanya sendiri. Sambil menggelengkan kepalanya, ia melanjutkan, "Ya dia benar-benar pembohong, berlagak seolah dirinya Qin Wentian."

….

Sekarang Qin Wentian sudah berada di kondisi Yuanfu, itu tentu saja mengurangi tingkat resiko yang ia temui di Hutan Kegelapan. Meskipun masih ada beberapa masalah kecil di sepanjang jalan, ia masih bisa sampai di tujuannya tanpa terluka.

Sebongkah tebing batu gunung yang besar berdiri tegak di tengah-tengah hamparan tanah yang luas. Qin Wentian berbaring di atasnya memperhatikan sekelilingnya dengan tenang.

Segalanya sama seperti yang diingatnya, kecuali ilusi sembilan puncak gunung yang menjulang.

Di sini, di tempat ini, ia bertemu dengan kehendak mimpi dari seorang pria paruh baya berjubah hijau, dan mendapatkan pencerahan. Ia memperbesar skala dan ruang lingkup mimpinya, memanjakan dirinya dalam fantasi sambil mendapatkan Denah Pegunungan dan Sungai. Denah itu terasa semakin mendalam, semakin lama Qin Wentian melihatnya. Bahkan jika ia saat ini ketika melihat ke denah itu, ia masih akan merasakan konsep yang berbeda setiap kalinya, yang semakin meningkatkan wawasannya tentang jalan hidup seorang pendekar.

Kadang-kadang, ia juga ingin tahu. Apakah tingkat kultivasi yang dimiliki si jenius - pria berjubah hijau itu, tepatnya? Tingkat kekuatannya seharusnya tidak lebih rendah jika dibandingkan dengan Kaisar Biru Langit.

Dan sekarang, mengapa Qin Wentian mengunjungi kembali tempat ini, tentu saja karena janji yang telah dibuatnya.

Saat itu ketika ia berada di ambang kematian, seekor Burung Hering Hitam membawanya ke sini untuk memberinya kesempatan untuk bertahan hidup. Ia berjanji kepada burung hering itu bahwa sebelum ia meninggalkan negeri Chu, ketika ia telah mampu mengendalikan kekuatan bakat garis darahnya, ia akan menghadiahkan burung hering itu tiga tetes darahnya. Sekarang, ia kembali ke sini untuk memenuhi janji itu.

Tempat di mana mereka telah sepakat untuk bertemu adalah di sini.

Di kejauhan, siluet banyak binatang siluman terlihat, sementara berbagai pekikan terdengar, seolah-olah mereka sedang memanggil raja mereka.

Dan memang, sesaat kemudian, sebuah bayangan besar menutupi matahari, dengan cepat terbang ke arahnya ketika sayap besar itu menciptakan hembusan angin yang kuat.

Burung Hering Hitam itu turun dan mendarat di depan Qin Wentian, ketika tanda-tanda kekaguman terlihat di mata yang kejam itu.

Saat itu, meskipun ia telah membuat perjanjian dengan Qin Wentian, ia tidak begitu percaya dengannya. Manusia memiliki keterikatan yang terlalu tinggi pada untung dan rugi, dan meskipun dikatakan bahwa binatang siluman itu biadab dan sangat kejam, mereka tidak akan pernah bisa menandingi manusia dalam hal kelicikan, kebohongan dan kecurangan. Sebagai binatang siluman yang sangat cerdas, Burung Hering Hitam itu tentu saja sangat memahami kenyataan tentang keburukan umat manusia.

Karena itu, ia benar-benar terkejut ketika melihat bahwa Qin Wentian datang untuk menepati janjinya.

"Senior." Qin Wentian mengangguk kepada Burung Hering Hitam itu, lalu ia mengiris kulit jari telunjuk kanannya. Ketika ia melukai jarinya, ia mengaktifkan kekuatan bakat garis darahnya dan menyebabkan belenggu darah yang tak terhitung jumlahnya disalurkan ke jari telunjuknya dan hampir seketika itu juga, setetes darah itu dipenuhi dengan kekuatan bakat garis darahnya.

Burung Hering Hitam itu membuka paruhnya, Qin Wentian menjentikkan jari telunjuknya ketika tiga tetesan darah itu terbang ke mulutnya. Ketika Burung Hering Hitam itu menelan tiga tetesan darahnya, gelombang energi yang kuat mulai menggila di tubuhnya. Bahkan Qin Wentian yang berdiri di sampingnya, samar-samar bisa merasakan gejolaknya.

Hal ini membuat Qin Wentian menjadi bingung, apakah kekuatan bakat garis darahnya benar-benar sangat berharga?

"Guk guk." Di tanah, Bajingan Kecil mengangkat kepalanya, menatap Qin Wentian dengan pandangan mata seekor anak anjing yang tampak sangat menyedihkan namun menggemaskan.

"Hah, kau menginginkannya juga?" tanya Qin Wentian heran. Setelah mendengar kata-katanya, Bajingan Kecil itu buru-buru mengangguk-anggukkan kepalanya yang kecil, membuat Qin Wentian mendelikkan mata pada gerak geriknya lucu. Apakah darahnya benar-benar menarik bagi binatang siluman?

"Baiklah, buka mulutmu kalau begitu," kata Qin Wentian tanpa daya. Mata anak anjing itu menjadi cerah lalu mematuhi instruksi Qin Wentian.

Qin Wentian sekali lagi menyalurkan belenggu darahnya melalui luka di jarinya. Ia berjongkok dan membiarkan darahnya menetes jatuh ke mulut Bajingan Kecil. Mata anjing kecil itu tertutup, dan dengan seketika, dalam perhatian penuh Qin Wentian, tubuhnya berangsur-angsur menjadi besar. Di dalam tubuhnya, cahaya merah menyala, seolah-olah darah anak anjing itu menggelegak.

"Bakat Garis Darah?" Wajah Qin Wentian terpaku. Mungkinkah darahnya telah membangkitkan bakat garis darah siluman milik Bajingan Kecil?

Garis-garis berwarna keemasan dari jalur-jalur darahnya mengalir, bersinar dengan gemilang, dan dalam tatapan Qin Wentian yang terpana, ia menyaksikan tubuh Bajingan Kecil yang semakin membesar. Saat ini, ukurannya menyerupai serigala siluman dewasa, dan yang lebih mengejutkan adalah bahwa bulunya yang sebelumnya putih sekarang dilapisi dengan garis-garis emas. Bulu emas di dahinya sangat jelas, membentuk garis melengkung, ketika cakar tajamnya menjadi terlapisi dengan lapisan pelindung emas. Itu adalah sisik pelindung skala berwarna emas.

"Teman kecil ini, jenis binatang siluman apa sebenarnya dia?" Qin Wentian tertegun membisu. Bajingan kecil ini memiliki tingkat kecerdasan yang sangat tinggi dan sejak saat ia mengikutinya, ia sudah mampu memahami ucapan manusia.

Tiba-tiba, Burung Hering Hitam itu menjerit nyaring, volume pekikannya begitu keras sehingga bergema di seluruh Hutan Kegelapan, menyebabkan berbagai binatang siluman datang dengan bersamaan. Raja mereka telah memanggil.

Baru sekarang Qin Wentian mengalihkan perhatiannya ke arah burung besar itu. Ia saat ini melihat cahaya merah memancar keluar dan menyelubungi tubuh burung itu. Aura burung hering yang terpancar saat ini, terasa semakin menakutkan bagi Qin Wentian.

Namun, tatapan Burung Hering Hitam itu terpaku serius pada Bajingan Kecil, seolah-olah sedang menyaksikan sesuatu yang luar biasa.

Ia melihat mata Bajingan Kecil terbuka tiba-tiba, ketika cahaya emas yang menakutkan berkilauan dari dalamnya.

"Gukk!" Bajingan Kecil membuka mulutnya, dan saat ia mengeluarkan sinar cahaya keemasan dari mulutnya, sebentuk aksara dewa terbentuk. Ketika mata Burung Hering Hitam itu tertumbuk pada aksara dewa itu, tubuhnya bergetar seolah-olah sedang melihat sesuatu yang tak terbayangkan.

Mata Bajingan Kecil terpaku pada jari telunjuk Qin Wentian, saat ekspresi kegembiraan melintas di dalam.

"Kau ingin aku meneteskan setetes darahku pada aksara dewa ini?" mata Qin Wentian menatap Bajingan Kecil.

Bajingan Kecil mengangguk tanpa henti. Qin Wentian tertawa, lalu menjentikkan jarinya, menyebabkan darahnya menetes pada aksara dewa yang berkilauan itu. Darah segar mengalir mengikuti bentuk aksara dewa itu, dan dengan sangat cepat, saat darah itu terserap, aksara dewa itu berubah menjadi seberkas cahaya keemasan saat menyorot ke ke tubuh Bajingan Kecil.

"Yiyiyaya!" Sebuah suara tiba-tiba terdengar di kepala Qin Wentian, membuatnya tertegun. Ia melihat kembali pada anak anjing itu. Setelah transformasi sebelumnya, Bajingan Kecil telah kembali ke bentuknya semula yang menggemaskan.

Qin Wentian berkedip kebingungan ketika ia bertanya ragu, "Bajingan kecil, apakah itu tadi suaramu?"

"Yiyiyayiya!" Suara itu terdengar sekali lagi. Namun, Qin Wentian agak muram saat menatap penampilan Bajingan Kecil yang menggemaskan itu. Ia mengangkatnya ke dalam gendongannya, lalu menepuk-nepuk kepalanya yang kecil sambil tersenyum, "Sepertinya kau masih bayi, kau hanya bisa mengerti kata-kataku tetapi belum bisa berkomunikasi. Dan omong kosong apa yiyiyayiya, sama sekali tidak bisa dipahami."

Meskipun penampilan luarnya tampak tenang, hati Qin Wentian terasa seolah disambar petir. Aksara dewa itu tadi benar-benar membuat suara Bajingan Kecil itu dapat langsung sampai ke dalam pikirannya? Betapa ajaibnya itu?

Burung Hering Hitam itu menatap terkejut ketika Qin Wentian menepuk kepala Bajingan Kecil itu, tampaknya sedang bermain dengan hewan peliharaannya. Mata itu berkilau kebingungan tak tahu apa yang dipikirkannya.

Setelah itu, Burung Hering Hitam itu berbalik, dan berbaring di tanah di depan Qin Wentian.

"Mhm?" Cahaya kejutan bersinar di mata Qin Wentian. Setelah itu, ia melangkah maju dan naik ke punggung Burung Hering Hitam itu. Sesaat kemudian, seakan badai meledak, Burung besar itu melesat ke langit, dan terbang menuju kedalaman Hutan Kegelapan.

Di bawahnya di atas tanah, puluhan ribu binatang siluman muncul, dan ketika mereka mengikuti arah burung hering itu, derap kawanan itu membuat bumi bergemuruh.

Ketika mereka mendekati kedalaman Hutan Kegelapan, Qin Wentian menemukan bahwa ada beberapa aura yang sangat kuat terbang ke suatu arah tertentu, masing-masing aura itu tidak ada yang lebih rendah daripada aura Burung Hering Hitam itu. Jumlah total binatang siluman yang datang seketika itu begitu mengejutkan sehingga mengingatkan Qin Wentian tentang cerita masa lalu yang ia dengar di negeri Chu – gelombang serangan binatang siluman.

Namun, binatang siluman ini tidak bergerak menuju ke arah negeri Chu, tetapi sebaliknya, mereka sedang mengarah lebih dalam ke jantung Hutan Kegelapan!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.