Super Internet

Kemarahan Sekolah Lingyun



Kemarahan Sekolah Lingyun

0Jika uji coba game Counter Strike adalah uji coba performa senjata, maka itu adalah uji coba yang sangat sempurna.     
0

Sementara itu, semua pemain tampak tertarik untuk mencoba bermain game PvP tersebut.     

(PvP adalah salah satu jenis game di mana pemain lawan pemain, dan game Counter Strike ini termasuk jenis game PvP)     

Keahlian Fang Qi bisa diklasifikasikan dalam buku teks. Tentu saja, tidak termasuk adegan terakhir tadi.     

"Dari perspektif kinerja senjata, pistol sangat ringan, sedangkan tembakan yang dihasilkan pistol mitraliur sangat kuat." Ujar Nalan Mingxue yang menyimpulkan dengan ekspresi yang terlihat datar. "Lalu untuk senapan runduk, senjata itu bisa menembak dari jarak jauh dengan sangat sempurna. Jika senjata-senjata itu bisa dibuat menjadi artefak spiritual dan digunakan oleh orang-orang yang ahli, mereka dapat digunakan dalam pertempuran tingkat tinggi."     

"Jadi…." Ia memandang ke arah Fang Qi yang ada di sampingnya dengan tatapan puas, tetapi Fang Qi malah memasang wajah seram.     

"Jadi untuk sementara waktu, sebagai konsultan, aku hanya bisa menjawab pertanyaanmu terkait pembuatan pistol." Ucap Fang Qi lalu tersenyum sopan. "Silakan pilih dari ketiga pistol ini, Nona Nalan."     

Nalan Mingxue tidak tahu harus berkata apa.     

...     

Masalah tentang kegiatan melawan Pemilik warnet sudah berakhir.     

Tak hanya pemain Resident Evil, bahkan seluruh pemain di dalam warnet terus membahas tentang aksi baku tembak yang mereka tonton di layar lebar.     

Para kultivator tidak memiliki kemampuan untuk membunuh musuhnya dalam jarak jauh, apalagi prajurit.     

Tetapi Fang Qi masih bisa membunuh musuhnya di peta medan perang yang kecil itu dengan tenang.     

"Pemilik warnet terlihat masih sangat muda, tetapi kenapa dia bisa begitu kuat?" Tanya Fenghua dengan berbisik.     

"Dia sangat licik! Apalagi ia seolah-olah tahu apa yang dipikirkan dan akan dilakukan oleh Master kita." Balas Yuexin sambil berbisik. "Tiap kali Master menunjukkan dirinya, ia langsung terbunuh. Sayang sekali."     

"Fenghua! Yuexin! Apa yang sedang kalian diskusikan?" Tanya Su Tianji sambil mengerutkan dahinya.     

"Mereka mendiskusikan Bibi yang terbunuh tiap kali muncul." Lapor Xiao Yulu.     

Suaranya terdengar menggelegar. Sekali ia bersuara, sekelompok orang langsung menoleh ke arah mereka.     

Dan itu membuat Su Tianji tidak bisa berkata apa-apa.     

"Aku mendengar semua percakapan mereka! Kamu tak perlu mengulanginya lagi!" Ucapnya lalu menggertakkan giginya. "Haruskah aku yang mengusirmu, atau kamu yang keluar sendiri dari sini?"     

"Ugh…." Wajah Xiao Yulu terlihat membeku.     

"Biar aku sendiri yang keluar." Ia pun segera melarikan diri.     

Nalan Hongwu tak hanya tertarik dengan senjata, tetapi juga tertarik dengan keterampilan bertarung Fang Qi. Meskipun di tangan Nalan Hongwu dan Fang Qi, senjata-senjata itu bisa sangat akurat karena alat yang sangat kuat, tetapi di tangan Fang Qi, senjata itu seolah-olah bisa hidup.     

"Bocah itu!" Meskipun Nalan Hongwu merasa sangat malu karena dikalahkan oleh Fang Qi berulang kali, tetapi ia mendapatkan akhir yang sangat bagus. Setidaknya tanpa tipuan apapun lagi.     

Nalan Hongwu kemudian menepuk bahu Fang Qi dengan penuh arti. "Sayang sekali, kamu tidak dilahirkan di era yang tepat."     

"Senior, maksud Anda…." An Huwei merasa sedikit malu, tetapi ia masih mengerti dengan kemampuannya sendiri. Satu ronde saja sudah cukup, selama mereka bisa menang melawan Bocah itu. Jika mereka mengulangi satu ronde lagi, mungkin hasilnya akan jauh lebih parah.     

"Dengan kelicikan Bocah kecil itu, ditambah dengan semua artefak spiritual baru ini, kamu bisa mengalahkan pasukan kecil sendirian tanpa hambatan." Ujar Nalan Hongwu sambil tertawa dan mengelus janggutnya. "Kalau saja kamu hidup di zamanku, mungkin sekarang kamu sudah terkenal karena pencapaianmu itu."     

"Bagaimana Nak, apakah kamu tertarik untuk bergabung dengan tentaraku?" Tanya Nalan Hongwu.     

"Tidak tertarik."     

Jawaban itu membuat Nalan Hongwu terdiam.     

Dan An Huwei tidak tahu harus berkata apa.     

'Padahal aku belum menjelaskan tentang keuntungan yang akan ia dapatkan jika bergabung dengan tentara. Saat aku dipromosikan ke peringkat lebih tinggi, aku bisa langsung masuk ke dalam sistem aristokrat. Tapi tak ku sangka Bocah ini akan menolakku begitu saja.'     

Kemudian Fang Qi menyandarkan kepalanya di meja komputer. Sambil menyendok Haagen-Dazs ke dalam mulutnya, ia berkata dengan sungguh-sungguh. "Impianku hanyalah... menjadi pemilik warnet."     

Ia berkata demikian seolah dirinya sedang menatap laut, ditemani dengan bunga musim semi yang bermekaran.     

"..."     

...     

Sambil menatap layar lebar, Song Qingfeng tersentak kembali ke dunia nyata.     

Lalu tiba-tiba ia bertanya, "Bukankah sore ini ada kelas?"     

"Sepertinya…ada." Jawab Lin Shao sambil menggaruk kepalanya dengan canggung.     

Xu Luo menelan ludahnya dengan susah payah lalu bertanya, "Sekarang... jam berapa?"     

Kemudian Nalan Mingxue mengeluarkan giok komunikasi untuk melihat jam. Lalu ia berkata dengan santai. "Jam dua lebih sepuluh."     

Song Qingfeng dan teman-temannya langsung gugup setelah mendengarnya.     

Mereka saling bertukar pandang lalu berkata, "Kelas sore ini dimulai jam setengah dua kan?"     

Sekarang sudah jam setengah tiga sore, tapi mereka membutuhkan waktu setidaknya 20 menit untuk naik kereta kuda menuju ke sekolah Lingyun.     

Mengingat hal itu membuat mereka mulai berkeringat dingin.     

"Aku harus pergi, sampai jumpa." Song Qingfeng bergegas keluar, disusul oleh Xu Luo dan lainnya.     

Nalan Mingxue membeku beberapa saat namun kemudian menyusul, "Aku juga harus pergi, ada kelas sore juga."     

"Kelas?"     

Saat itu entah siapa mengirimkan komentar di layar lebar. "Siapa lagi yang punya kelas sore ini?"     

"Sial!"     

"Sudah pukul dua lebih?"     

"Bisa-bisa aku dibunuh oleh Guruku!"     

Di dalam warnet ada sekitar sepuluh pemain yang langsung pergi keluar.     

"Aku ikut berduka cita." Kata Zixin.     

...     

Sementara itu, Huo Chong terlihat sedang menghadap ke laut.     

"Ayah!" Di belakangnya, ada seorang pria muda yang membungkukkan badannya sedikit.     

"Bagaimana persiapannya?" Tanya Huo Chong sambil sedikit mengangguk.     

"Semuanya sudah selesai." Pemuda itu mengerutkan keningnya lalu melanjutkan, "Tapi berdasarkan informasi yang aku terima dalam beberapa hari terakhir, aku khawatir kalau situasinya akan lebih buruk daripada yang kita bayangkan. Apakah kita... benar-benar akan bergabung dengan mereka?"     

"Jangan khawatir." Ujar Huo Chong seraya melambaikan tangannya. "Nanti akan ada kelompok lain yang bergabung dengan kita. Dan dengan dukungan mereka, kita akan baik-baik saja."     

.....     

Sekolah Lingyun adalah salah satu sekolah bersejarah di dalam sejarah negara Dajin. Pendiriannya bahkan dapat ditelusuri kembali ke masa sebelum berdirinya Dajin. Sekolah itu, jika disamakan dengan sekolah di dunia Fang Qi sebelumnya, hampir setara dengan Akademi Militer Whampoa.     

(Akademi Militer Whampoa adalah nama lama dari Akademi Militer Republik Tiongkok. Akademi militer ini terletak di Kaohsiung, Taiwan)     

Sementara itu di halaman kedalaman sekolah Lingyun.     

Seorang pria paruh baya berambut putih terlihat menatap kertas di tangannya dengan serius. "Seluruh murid kelas A telah membolos kelas beberapa kali, dan jumlah para murid yang berkultivasi di Menara Seni Bela Diri juga semakin hari menjadi semakin sedikit. Semua itu karena mereka pergi bermain game ke Super Internet."     

Bahkan hari ini pun, pria itu mendapatkan laporan kalau beberapa muridnya ada yang terlambat masuk ke kelas lebih dari satu jam.     

Sejak Sekolah Lingyun didirikan, nyaris tidak pernah ada insiden bolos kelas dalam sejarahnya. Itu karena semua murid yang masuk ke Sekolah Lingyun adalah para elit.     

Itulah sebabnya semua keluarga besar ingin mengirimkan keturunan elit mereka untuk belajar dan berkultivasi di sekolah tersebut.     

Tetapi hingga hari ini, sudah ada beberapa murid yang membolos dalam waktu satu bulan.     

Melihat nama-nama para murid berbakat di daftar tersebut, membuatnya menjadi marah. Ia menggebrak meja lalu berkata, "Sebenarnya benda jahat apa yang membuat mereka terpana? Kenapa An Huwei tidak menutup tempat itu saja?"     

Pria paruh baya itu menggebrak mejanya dengan telapak tangannya hingga bersuara kencang. "Kita harus hentikan semua ini!"     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.