Super Internet

Mengakui Kekalahan?



Mengakui Kekalahan?

0

Fang Qi hanya menjelaskan sebagian kecil dari The King's Avatar. Ia mulai dari episode pertama: Dewa Tempur yang Diusir, yang menceritakan tentang pertempuran pertama Ye Xiu hingga mendapatkan bahan-bahan untuk memperkuat jelmaan seribu payungnya.

0

Tentu saja Fang Qi sedikit mengubah alur ceritanya.

Nalan Mingxue mengedipkan matanya. Struktur dan setting cerita tersebut terasa sangat nyata, bahkan ia tak dapat menemukan kejanggalan dari cerita tersebut, seolah dunia itu benar-benar ada.

Tapi cerita itu tidak mungkin terjadi di negara Dajin.

Namun terlepas dari benar atau tidaknya, cerita itu terdengar sangat menarik. Lagipula, mereka belum pernah mendengar sebuah cerita yang bertema 'game'.

Bagi mereka, permainan seperti itu adalah hal yang sangat baru.

"Master Ye Xiu ini sangat kuat, kan? Iya kan? Benar kan?" Tanya Lan Yan menggebu-gebu saat melihat Nalan Mingxue mulai mempercayai cerita tersebut.

Nalan Mingxue kemudian menganggukkan kepalanya.

"Aku benar-benar ingin mendengar kelanjutan ceritanya, tapi sayangnya Pak Fang Qi yang menyebalkan itu tidak mau melanjutkan ceritanya karena harus bermain game." Ujar Lan Yan yang merasa sebal. "Aku merasa kasihan dengan Master Ye Xiu. Dia dikhianati oleh timnya dan ditinggal sendirian. Aku tidak tahu apakah ia akan kembali atau tidak."

...

"Hatchiiii!" Fang Qi bersin saat ia sedang bermain game. Ia melihat sekeliling dengan muka polos. "Siapa yang sedang membicarakanku ya?"

"Saat itu aku sedang berada dalam suasana hati yang baik, jadi aku memberitahunya sebagian dari cerita The King's Avatar. Perempuan itu tidak menganggapku serius kan?"

...

Di sisi lain, setelah mendengar cerita dari Nalan Ying, seluruh aula menjadi sangat sunyi, benar-benar mengerikan.

Seolah ketenangan itu datang sebelum badai.

"Menurutmu berapa persen keaslian dari cerita ini?" Tanya Nalan Hongwu setelah berpikir lama.

Jika Nalan Ying tidak bekerja di bawah Nalan Hongwu begitu lama, mungkin Nalan Hongwu akan curiga padanya.

"Itu... Saya pikir sebagian besar dari cerita ini adalah karangan dari pemilik toko." Jawab Nalan Ying yang mulai berkeringat dingin, karena ia tahu betapa menakutkannya pria tua ini saat sedang marah.

Dan saat ini, pria tua itu sedang berada di ambang batas kesabarannya.

Jika ia melakukan sedikit kecerobohan, ia takut akan dilempar ke halaman belakang dan menjadi makanan anjing keesokan harinya.

Nalan Ying kemudian menceritakan pengalamannya saat mencoba memainkan game 'Diablo II' di warnet Fang Qi kepada Nalan Hongwu.

Sambil menunggu Nalan Ying menyelesaikan ceritanya, Nalan Hongwu tidak bisa duduk diam di kursinya lagi. Ia menyipitkan matanya dan tenggelam dalam pikirannya dalam waktu yang lama.

Beberapa saat kemudian ia baru angkat bicara. "Apakah kamu pikir aku ini sudah benar-benar sudah tua dan tak bisa mengejar dunia luar lagi?"

"......." Nalan Ying menundukkan kepalanya karena tidak tahu harus berkata apa.

Setelah mendengarkan cerita dari Nalan Ying, Nalan Hongwu pun berkata, "Bisakah kamu membawakan benda bernama 'komputer' itu padaku?"

"Aku sudah hidup begitu lama, tapi ternyata masih ada sesuatu yang belum pernah aku dengar. Pergilah dan biarkan aku merasakan keajaiban dari benda spiritual itu." Suruh Nalan Hongwu yang sangat penasaran dengan komputer.

Meskipun ia telah memiliki banyak pengetahuan, tetapi ia belum pernah mendengar benda spiritual yang begitu aneh.

"Baik!"

"Kalau perlu, kamu bisa menyuruh pengawal bayangan untuk membantumu." Ujar pria tua itu.

"Aku tidak akan mengecewakanmu, Tuan!" Balas Nalan Ying dengan tubuh gemetar.

...

Di sebuah halaman yang tampak dipenuhi dengan warna merah.

Ada seorang pria paruh baya duduk di paviliun elegan yang berada di ujung deretan pilar berukir.

Paviliun tersebut memiliki sebuah kolam teratai.

Pria paruh baya itu mengenakan jubah emas, membuat penampilannya sangat elegan dan tampan. Ia memainkan gelas wine kecil dengan tangannya, membuat cairan kuning di dalam gelas tersebut bergoyang dan memantulkan cahaya warna-warni. Ia lalu melihat ke dalam gelas winenya dan berkata dengan santai. "Kali ini kamu benar-benar mengecewakanku."

Seorang pria mengenakan jubah hitam sedang berdiri di ujung paviliun. Ia memiliki janggut pendek di dagunya, dan usianya hampir sama dengan pria paruh baya lainnya.

Ia pun berdiri di samping paviliun dengan punggung menghadap ke pria berjubah emas. Tangan kanannya meremas pagar dengan begitu keras hingga pagar baru itu retak. "Aku sudah memerintahkan orang-orang ku untuk menyelidiki pemilik toko yang mencampuri urusan kita semalam. Percayalah, ini hanyalah kecelakaan."

Pria berjubah emas itu kemudian meminum winenya dan berkata dengan santai. "Saudara Nalan, kamu harus tahu kalau bukan ini yang ingin aku dengar darimu. Yang aku inginkan adalah hasilnya. Kalau seperti ini, bagaimana aku bisa menjelaskan pada Ayahku?"

Pria berjubah emas itu lalu berdiri dan menepuk bahu Nalan Ji sebelum berbalik pergi.

Setelah pria berjubah emas itu pergi, Nalan Ji kembali meremas pagar itu hingga hancur berkeping-keping.

Ia kemudian berbalik dan menunjukkan ekspresi dinginnya.

...

Nalan Ying kembali mengunjungi warnet Fang Qi, tetapi kali ini ia berpakaian sedikit berbeda dari sebelumnya.

Sebelumnya ia terlihat seperti orang normal, namun kali ini Nalan Ying tampak lebih percaya diri dan terlihat berasal dari kalangan atas. Wajahnya tampak lebih tajam dan tegas.

Di belakangnya ada seorang Perwira militer yang sudah paruh baya.

"Tuan Ying." Perwira itu memperlakukan Nalan Ying dengan hormat. "Apa yang akan kita lakukan di sini?"

"Membeli sesuatu." Jawab Nalan Ying dengan santai.

"Mem....membeli sesuatu?" Perwira itu membeku dan melihat sebuah gang kecil di sampingnya. "Di tempat seperti ini?"

Kemudian ia melihat papan nama toko. "Warnet Super Internet?"

"Kamu tahu tempat ini?" Tanya Nalan Ying.

"Tidak tahu." Jawab Perwira itu sambil menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. "Tapi akhir-akhir ini orang-orangku melaporkan kalau selama beberapa hari terakhir, beberapa Tuan muda di kota ini berkeliaran hingga larut malam karena mengunjungi toko ini. Aku tidak memeriksa mereka karena mereka berasal dari kalangan atas."

Nalan Ying mengangguk dan masuk ke dalam toko.

Fang Qi merasa familiar dengan Nalan Ying yang baru saja masuk, tapi ia tidak ingat pasti. Padahal orang-orang kelas atas sepertinya biasanya mudah diingat karena terlihat mencolok, tapi Fang Qi tetap tidak bisa mengingatnya.

"Apakah kalian berdua mau bermain game?" Tanya Fang Qi.

Nalan Ying menggeleng kepalanya. "Kami datang ke sini untuk berbisnis dengan pemilik tempat ini."

"Berbisnis?" Ekspresi Fang Qi langsung berubah tidak senang, lalu menunjuk ke arah papan tulis kecilnya. "Semua perihal bisnis sudah saya tulis di sana, untuk bisnis lainnya tidak bisa dibicarakan."

"Coba katakan sekali lagi, Nak!" Ujar Perwira militer paruh baya yang berdiri di samping Nalan Ying dengan nada dingin. "Kalau kamu bersikeras menolak, aku bisa menutup tempat ini besok!"

Nalan Ying tersenyum. "Ini Gong He, Wakil Komandan penjaga kota. Aku hanya ingin membeli sebuah komputer darimu. Aku rasa kamu tidak akan dirugikan karena hal itu, jadi aku sarankan kamu mau menjualnya padaku. Berapapun harganya, tak jadi masalah."

"Kamu harusnya merasa terhormat karena Tuan Ying tertarik untuk membeli sesuatu di tempatmu. Jadi jangan lewatkan kesempatan ini." Ujar Gong He.

"Apakah kamu mengancamku?" Tanya Fang Qi yang merasa tersinggung.

"Bukan mengancam." Jawab Nalan Ying sambil tersenyum lalu menarik lengan bajunya, kemudian berkata penuh percaya diri. "Kamu harus tahu kalau aku lebih kuat dan lebih hebat darimu, jadi kamu harus mengakui kekalahan mu."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.