Super Internet

Setiap Orang Memiliki Pemikiran yang Berbeda-Beda



Setiap Orang Memiliki Pemikiran yang Berbeda-Beda

1

Setelah memverifikasi kebenarannya, akhirnya Fang Qi tahu kalau Xiao Yulu benar-benar menemuinya untuk meminta maaf.

Tetapi masalah Xiao Yulu tidak bisa diganggu gugat.

Fang Qi tidak pernah memprovokasi siapapun dengan sengaja, dan ia tidak akan menghapus nama Xiao Yulu dari daftar hitamnya.

Jadi Fang Qi hanya mengangguk tanpa menunjukkan ekspresi apapun, sambil melirik ke arah Xiao Yulu.

"Jadi... sudah tidak apa-apa?" Xiao Yulu diam-diam melirik ke arah Fang Qi seraya membatin, 'Keputusan yang bagus.'

Tetapi saat Fang Qi melirik ke arahnya, ia segera berbalik dan berlari ke arah Su Tianji sebelum Fang Qi berubah pikiran.

Setelah ia melirik dan berbalik, ia menyadari kalau Fang Qi sepertinya tidak berubah pikiran, jadi ia menghela nafas lega.

"Dasar pay—" Ia hampir menghina Fang Qi, tetapi segera mengubah kalimatnya. "Ia mungkin melihat betapa tampan dan mengesankannya diriku."

Sebelum ia selesai berbicara, Su Tianji langsung melotot ke arahnya.

"Hmm…." Xiao Yulu segera mengalihkan pembicaraan. "Sudah selesai."

Lalu Su Tianji kembali menonton permainan Nalan Hongwu dan Kakek Yinlong. Su Tianji dan murid-muridnya, serta murid-murid kakek Yinlong, An Huwei dan Wang Kuan berkerumun untuk melihat permainan Kakek Yinlong sambil memakan es krim Haagen-Dazs. Itu adalah hal yang spektakuler untuk ditonton.

Setelah menyaksikan teknik pengendalian pedang yang begitu mengesankan, mereka merasa walaupun itu hanyalah sebuah game, tapi mereka sangat menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bagi Su Tianji, itu seperti dunia kecil untuk membantu para kultivator mendapatkan pengalaman. Terakhir kali ia mendengar tentang dunia kecil sudah sangat lama sekali, saat ia baru mulai berkultivasi. Saat itu Masternya dan Kakak-kakak seperguruannya pergi bersama ke sebuah tempat, tetapi saat kembali dari sana, ada beberapa Kakak seperguruannya yang menghilang, dan Masternya juga menderita luka berat.

Ia tak menyangka bahwa setelah ia keluar dari pengasingan, ada seseorang yang menciptakan dunia seperti itu.

Hal itu membuatnya merasa sedikit bingung.

Masalah terpentingnya adalah, mereka yang bermain di sini tidak akan terluka, dan bahkan bisa hidup kembali jika mereka mati.

Seiring dengan berjalannya waktu, para prajurit tingkat rendah juga bisa menguasai mantra dan teknik spiritual tingkat tinggi yang tidak bisa mereka dapatkan di masa lalu.

Tentu saja, itu tergantung bakat tiap individu terkait waktu yang mereka butuhkan untuk menguasainya.

'Waktu telah berubah!' Seru Su Tianji dalam hati.

Benda itu benar-benar membuat orang yang jatuh cinta dan benci, melebur jadi satu. Begitulah pikir Su Tianji.

Ia berdiri dibelakang Nalan Hongwu dan melihat permainannya sambil mengantri. Semua orang memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Su Tianji dan murid Kakek Yinlong berpikir, "Pemimpin kota An bilang, kalau level di dalam game naik, berarti kekuatan kita juga meningkat. Jika kita bisa bermain game sebaik pemilik tempat ini, maka kekuatan kita bisa meningkat drastis. Bahkan bisa melebihi kultivasi orang-orang jenius!" Beberapa muridnya telah memperkirakan serangan dari belakang. "Jika kultivasi kita bisa meningkat cepat, bukankah kita bisa melampaui orang-orang berbakat di sekte?"

Berbeda dengan Wang Kuan, pikirannya lebih kepada jangka panjang. "Saat Pemimpin kota An menjelaskan cara memainkan game ini, beliau bilang kalau dengan level kultivasi kami yang sekarang, kami akan lebih maju daripada berkultivasi sendiri. Pemilik tempat ini benar-benar memiliki ide yang cukup bagus."

Kultivator seperti mereka, membutuhkan waktu agar peningkatan kekuatan mereka bisa terlihat. Jika mereka berlatih selama sehari atau beberapa minggu, hasilnya tidak akan terlihat dengan jelas. Agar bisa terlihat dengan jelas, mereka perlu berlatih hingga berpuluh-puluh tahun dan ditambah dengan tambahan kekuatan dari luar.

Dengan kata lain, hasil berlatih sendiri tidak akan terlalu kelihatan, tetapi dengan menggunakan waktunya untuk bermain game setiap hari, mereka bisa beristirahat sekaligus mendapatkan hiburan. Lagi pula, memainkan hal lain untuk bersenang-senang hanyalah membuang-buang waktu bagi mereka.

"Tetapi kedua orang tua ini, apakah kultivasi mereka akan meningkat?" Gumam Wang Kuan seraya melihat Nalan Hongwu. Nalan Hongwu dan Kakek Yinlong telah terjebak di dunia mereka sendiri dalam waktu yang lama.

Jika memungkinkan... walaupun hanya secercah harapan saja….

Wang Kuan terlalu takut untuk banyak bertanya, jadi ia memutuskan untuk diam dan menonton permainan mereka dari belakang.

Tentu saja, tak ada yang tahu kalau di dalam hati mereka, ada sesuatu yang menarik mereka untuk kembali ke warnet. Itu bukan karena mereka haus akan kekuatan atau teknik bertarung, tetapi mungkin itulah yang disebut dengan 'kecanduan'.

Saat An Huwei menjelaskan tentang game itu kepada orang lain, Xiao Yulu berlari dan meminta maaf kepada Fang Qi tanpa tahu apa saja yang sudah ia lewatkan. Ia juga tidak tahu kalau ia tidak akan pernah diizinkan untuk bermain game, jadi ia hanya berdiri dan memperhatikan yang lain bermain game.

"Bukankah itu hanya sebuah game? Kenapa kalian mempermasalahkannya?" Tanya Xiao Yulu sambil memandang dengan tatapan jijik.

Akhirnya giliran Su Tianji untuk bermain, dan Xiao Yulu akhirnya memahami tentang game tersebut. "Li Xiaoyao hanyalah seorang pecundang, tapi bagaimana ia bisa menemukan seorang Istri cantik seperti Ling saat ia berada di pulau Spiritual Abadi?"

"Kalau ia ingin menikahi Ling, pria itu harusnya tampan sepertiku!"

Lalu Xiao Yulu membatin, 'Aku sangat iri.'

Sebagai seorang wanita yang pernah mengasingkan diri, dengan cara tidak meninggalkan istananya selama beberapa dekade, Su Tianji bermain game hanya untuk memenuhi rasa penasarannya saja.

"Hmm... rumput spiritual seperti apa yang ada pada ramuan di dalam game ini? Lukaku bisa langsung sembuh begitu aku memakannya." Banyak orang bilang kalau game dapat mengungkapkan sisi lain orang. Begitu orang itu tiba di dunia game, orang itu akan menunjukkan jati diri mereka yang lain, dan Su Tianji menunjukkan sisi lainnya di dalam game.

Jika itu terjadi di dunia nyata, ia tidak akan menunjukkan emosinya. Paling-paling ia akan menyuruh muridnya untuk membawa pulang ramuan tadi untuk diteliti. Tetapi di game, Li Xiaoyao terlihat mengambil beberapa ramuan dan mempelajarinya di tempat tersebut.

Saat Su Tianji bertemu dengan Peminum Berpedang Abadi yang membaca dua kalimat puisi, Xiao Yulu yang ada di belakang Su Tianji lalu berpikir, 'Apakah Bibiku yang mengendalikan karakter Li Xiaoyao ini?'

Tentu saja Xiao Yulu merasa sangat iri dan cemburu saat melihat seorang Taoist pengemis yang ingin minum anggur, tiba-tiba berubah menjadi seorang Peminum Berpedang Abadi. "Entah kenapa aku merasa kalau Peminum Berpedang Abadi itu sama dengan tempat ini. Jika dia adalah aku, aku akan langsung menendang pemabuk itu..."

Mendengar ia ingin menendang Peminum Berpedang Abadi, ia langsung merasa menggigil ketakutan.

"Ada terlalu banyak jebakan di dalam game ini. Aku harus melakukan lebih banyak untuk mencari tahu." Ujar Xiao Yulu

Setelah menonton permainan Su Tianji, di waktu yang bersamaan, ia menonton permainan orang yang duduk di samping An Huwei, yakni permainan Nalan Hongwu.

Sebagai seorang perempuan yang telah lama tidak keluar dari istananya, permainan Su Tianji kurang begitu menarik perhatian Xiao Yulu.

Setelah Su Tianji memasuki dunia baru di dalam game, perlahan-lahan ia menyadari bahwa dunia yang seperti nyata tersebut, dapat membuat para pemain mempelajari lebih dari sekedar teknik pedang dan seni bela diri.

[Di dalam daerah bunga persik, ada sebuah pondok bunga persik. Di bawah pondok bunga persik ada bunga persik abadi.

Peri Bunga Persik abadi menanam pohon persik, dan memetik buah persik untuk dijual.

Ia duduk di depan pohon bunga persik, dan tidur di sana saat mabuk.

Saat ia setengah sadar dan setengah mabuk, bunga yang mekar pun mulai layu hari demi hari.]

Puisi itu mengisahkan tentang Suzhou.

Suzhou adalah sebuah kota artistik di wilayah Jiangnan, yang dikelilingi oleh kabut dan hujan.

Surga ada di atas langit, dan Suzhou serta Hangzhou ada di bawah langit.

"Dari kuil Hanshan yang ada di luar Gusu, suara lonceng terdengar sampai di kapal ferry di tengah malam!" Zhang Ji, sebagai seorang penyair yang terkenal, ia menulis karya puisi agungnya ini di saat hidupnya sudah berada di titik jenuh!

0

(Catatan: Gusu adalah salah satu distrik yang ada di Suzhou. Puisi di atas adalah puisi yang sangat terkenal di China, yang mengisahkan tentang Suzhou)

Setelah membunuh berbagai macam monster, Su Tianji tiba di kota besar pertama yang ada di dalam game, yakni Suzhou.

Dunia di dalam The Legend of Sword and Fairy sangat mirip dengan dunia tempat Su Tianji tinggal. Ada banyak prajurit dan kultivator yang bisa dilihat di jalanan sekitar.

Saat ia bermain, Su Tianji menyadari mengapa orang-orang menyukai Ling, seorang perempuan yang lembut, cantik dan penuh perhatian.

Saat Su Tianji berjalan di kerumunan orang-orang, lampu-lampu kota di malam hari menambahkan suasana meriah, yang membuat orang-orang terpesona dengan cahaya warna-warninya yang indah, dan ada para pejalan kaki yang berlalu-lalang. Perbedaan antara game The Legend of Sword and Fairy dengan Diablo adalah, di game Diablo pemain fokus untuk membunuh Bos dan mempelajari berbagai macam skill yang berbeda-beda. Sedangkan dalam game The Legend of Sword and Fairy, game itu terlihat lebih nyata.

Perbedaannya dengan dunia nyata yakni, di dunia game tersebut ada kesenangan, ketenangan, kehidupan yang santai, rasa syukur dan kebencian. Semua kehidupan yang didambakan oleh banyak orang, dapat ditemukan di dalam game tersebut.

Mungkin game itu tidak memiliki banyak aksi, tapi game itu dapat mengungkapkan semua kesenangan dunia dan keindahan masing-masing individu.

Segala hal tentang game tersebut sangat memukau, hingga perasaan itu tetap membekas di benak para pemain.

Saat bermain game, pemain tak perlu memikirkan pelatihan dan kultivasi. Alih-alih ingin meningkatkan level dan skill, para pemain perlu menghentikan apapun yang ingin mereka lakukan, dan menikmati permainan dengan sepuas hati.

"Ling, kamu benar-benar imut, biarkan aku membelikanmu permen." Saat itu Su Tianji merasa sangat santai, jadi ia membenamkan dirinya ke dalam game dan menikmati waktu yang langka tersebut.

"Aksesoris ini sangat cantik. Ling, kemari dan cobalah ini, bagus tidak?"

"Jepit rambut perak ini juga sangat cantik, coba yang ini juga!"

"Ling, lampu bunga itu juga sangat cantik!"

"..."

Meskipun Su Tianji pelan-pelan melewatkan poin dalam game, tetapi ia bersenang-senang saat memainkan gamenya.

'Sepertinya game ini sangat menarik.' Pikir Su Tianji. Saat orang lain bermain game The Legend of Sword and Fairy untuk kultivasi, tapi ia tidak. Ia memainkan game tersebut seperti game simulasi kencan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.