Super Internet

Perlahan-Lahan Resident Evil Makin Ramai



Perlahan-Lahan Resident Evil Makin Ramai

0

Tak terasa hari sudah sore, dan para pemain yang datang di pagi hari sudah mencapai batas maksimal mereka untuk bermain selama enam jam. Fang Qi baru ingin bermain, tetapi tiba-tiba terdengar suara teriakan. "Hei! Zixin! Sudah ada kursi kosong!"

0

Lalu ada dua orang berbaju biru kehijauan dan ungu lewat di depan Fang Qi dengan cepat, karena ingin segera bermain.

"Pak, akhirnya kami bisa main!" Ujar Shen Qingqing sambil tertawa.

Fang Qi kemudian melirik ke sekelilingnya, dan ternyata sudah tidak ada kursi lagi untuknya.

"Tidak mungkin!" Ucap Fang Qi yang membeku di tempatnya sedang berdiri.

"Pak! Apa bapak ingin main?" Tanya Shen Qingqing sambil tertawa seperti serigala kecil. Ia kemudian menambahkan, "Bapak boleh bermain terlebih dahulu, tapi setelah itu, biarkan kami bermain lebih lama, bagaimana?"

"Jadi kamu berani menantangku?" Ujar Fang Qi dengan nada tersinggung. "Kalau mau, aku bisa menutup warnetnya sekarang agar aku bisa bermain seharian!"

Shen Qingqing kemudian memeluk komputernya seperti seekor ayam betina yang melindungi anaknya sambil berkata, "Awas! Tidak boleh!"

Demi 'melindungi' komputernya, Shen Qingqing pun segera login ke dalam akun gamenya dan berteriak, "Aku sudah masuk ke dalam game! Kalau Bapak menutup warnetnya, berarti Bapak tidak bisa dipercaya lagi!"

Tingkah Song Qingqing membuat Fang Qi hampir tertawa. Jika Fang Qi dapat menjalankan bisnisnya dengan baik, artinya ia akan mendapatkan hadiah dari sistem. Lagipula ia mana mungkin menutup warnetnya, ia hanya ingin menakut-nakuti Shen Qingqing saja.

Di dalam kamar Fang Qi ada sebuah kursi kayu tua peninggalan ayahnya. Ia kemudian membawanya ke dalam toko, lalu duduk di atas kursi seraya memejamkan matanya sejenak.

Sebenarnya Fang Qi berpikir kalau yang datang untuk bermain game Resident Evil adalah para prajurit. Jika ia beruntung, ia pasti akan bertemu dengan seorang kultivator.

Lalu, tiba-tiba ada seorang pria yang berusia sekitar tiga puluh tahun, datang memasuki toko. Pria itu memiliki bentuk tubuh yang tidak terlalu tinggi, dan berjenggot. Ia menggunakan jubah satin yang berwarna hitam.

Dilihat dari cara dia berpakaiannya, pria sepertinya seorang prajurit atau mungkin seorang kultivator.

Pria itu memiliki fitur wajah yang tampak berbeda, dan ujung alisnya sedikit tertarik ke atas, membuat orang-orang berpikiran kalau pria itu memiliki wajah yang tampan dan tampak percaya diri.

Ada dua orang yang mengikutinya di belakang. Dilihat dari cara jalan mereka, Fang Qi langsung tahu kalau mereka berdua juga bukan orang biasa. Tetapi, mereka sengaja berjalan di belakang pria berjanggut tersebut.

"Inikah toko misterius yang para prajurit lain bicarakan?" Tanya pria tersebut sambil mengerutkan keningnya karena merasa kecewa setelah melihat kondisi warnet Fang Qi yang terlalu kecil. Meskipun masih cukup bersih dan memiliki dekorasi yang indah.

"Siapa pemiliknya?" Tanyanya dengan suara rendah dan dalam.

"Aku!" Kata Fang Qi lalu menunjuk ke papan tulis. "Bacalah tulisan di papan itu sebelum bertanya."

Pria berkumis itu kemudian melirik ke arah papan tulis dan tersenyum sambil berkata, "Menarik juga."

Pria itu datang di waktu yang tepat. Saat itu, sebagian besar pemain sudah mencapai batas maksimal waktu bermain mereka.

Karena itulah, pria itu bisa menemukan tempat duduk. "Apa selanjutnya?" Katanya setelah duduk di kursi.

Fang Qi lalu mengklik ikon game Resident Evil mengajarkan cara bermainnya.

Setelah masuk ke dalam game, mata pria itu menyala dan penasaran dengan kemisteriusan dunia game tersebut.

Pria itu tampaknya tahu apa yang harus ia lakukan ketika bertemu dengan zombie. Saat pertama kali bertemu dengan zombie, ia sama sekali tidak panik dan langsung menikam kepala zombie tersebut.

Meskipun pria itu tidak terlihat seperti seorang prajurit atau kultivator, tetapi keterampilan bertempurnya sangat bagus, bahkan lebih baik daripada Song Qingfeng dan lainnya.

Saat mereka tidak bisa menggunakan Wu Qi mereka, maka mereka harus mengandalkan keterampilan tempur yang mereka miliki.

Namun para prajurit yang ada di dunia ini lebih memperhatikan teknik seni bela diri daripada keterampilan bertempur.

Selain itu, prajurit biasa akan merasa tidak nyaman dan ketakutan saat pertama kali bermain. Itulah yang membuat mereka sulit untuk mengalahkan zombie.

Tetapi pria berkumis tersebut tampaknya tidak takut sama sekali.

"Game apa ini?" Tanya pria tersebut dengan suara tenang dan mampu menyembunyikan keterkejutannya.

Semakin ia menjelajahi dunia yang ada di dalam Resident Evil Satu, ia menjadi semakin paham dengan apa yang dimaksud dengan 'zombie biokimia', 'alur cerita yang epik', dan 'berbagai misteri yang tak terpecahkan.'

Ini adalah sebuah game. Para pemain harus bisa menyelesaikan misi tokoh utama untuk mengetahui akhir cerita dari game tersebut. Setelah mereka berhasil menyelesaikannya, mereka akan mendapatkan kenangan berharga berupa perasaan puas atau penyesalan. Hal tersebut membuat para pemain menjadi semakin larut dalam game, dan menelusuri dunia game lebih dalam lagi hingga terpesona dengan game tersebut.

Tak perlu diragukan lagi, alur cerita Resident Evil memang sangat bagus. Tak seperti pemain lain yang bersemangat untuk menyelesaikan misinya, pria berkumis itu masih merasa takjub dengan apapun yang ia lihat saat bermain game, ia sudah terpaku dengan alur ceritanya sejak awal.

"Hanya orang pintar yang bisa memainkan game ini!" Ujarnya saat melihat perangkap yang terpasang di dalam mansion.

"Benar-benar diluar dugaan!" Ujar pria itu sembari melihat setiap detail yang ada di dalam game seolah sedang menikmati sebuah karya seni. 

"Walaupun ini hanyalah sebuah game, tapi arsitektur bangunan, desain perangkap dan plot ceritanya sangat bagus, bahkan senjatanya juga terlihat begitu nyata dan struktur senjatanya juga dibuat lebih detail daripada alat sihir yang dibuat oleh ahli tempa. Keseluruhan game ini dipenuhi dengan karya seni level master!"

Restoran Yunshan

"Kak Liang, bukankah kamu sudah lama bermain game ini? Tidak bisakah kamu memberitahuku bagaimana caranya melewati lorong yang penuh dengan banyak lukisan itu?" Tanya prajurit berpakaian hitam, yang duduk di seberang Liang Shi. Ia adalah si hitam.

Mereka telah mengenal satu sama lain tetapi mereka tidak dekat, dan justru menyimpan dendam dengan satu sama lain. Akan tetapi, sekarang mereka sedang bermain Resident Evil bersama.

Sejak mereka mulai bermain, mereka pun terdiam dan sama sekali tidak berbicara.

Liang Shi kemudian berkata, "Maksudmu galeri seni itu? Tidak terlalu sulit. Urutkan lukisannya dari bayi, anak, dan pemuda."

Si hitam lalu menuangkan secangkir bir untuk dirinya sendiri dan meminumnya lalu berkata, "Aku belum pernah melihat ruangan yang dipenuhi dengan banyak perangkap seumur hidupku! Jika itu bukan game, aku pasti akan menundukkan siapapun yang berani berjalan di lorong itu! Aku bahkan tidak tahu dari mana datangnya zombie yang bisa menginfeksi orang lain. Aku bersyukur karena ini hanyalah game. Kalau sampai terjadi di dunia nyata pasti sangat menakutkan!"

"Jika kultivator jahat menciptakan sesuatu seperti ini, aku takut kota Jiuhua akan menghilang sejak dulu!" Seru Wu Shan yang sedikit ketakutan. Ia sedang mengutarakan apa yang ada dipikirkannya, kemudian ia berkata, "Jika karakter yang ada di dalam game terluka hingga berdarah, ia akan mudah terinfeksi. Karena ia terinfeksi melalui darah, maka hanya bisa disembuhkan dengan menggunakan serum darah. Virus zombie ini lebih menakutkan daripada wabah penyakit yang ada di dunia ini. Aku bersyukur mereka hanya ada di dalam game."

"......"

Percakapan aneh itu perlahan-lahan menarik perhatian banyak orang. Orang yang duduk di samping meja adalah seorang prajurit yang mengenakan jubah biru keabu-abuan yang memiliki pedang logam di punggungnya. Setelah mendengar Liang Shi dan lainnya berbicara tentang Resident Evil, prajurit tersebut menjadi penasaran dan bertanya, "Apa yang kalian sedang bicarakan? Apakah ada sesuatu yang sedang terjadi di kota Jiuhua selama beberapa hari terakhir ini?"

Mereka berbalik dan melihat sekelompok orang sudah memasang telinga mereka, karena takut kehilangan informasi penting.

Liang Shi adalah orang yang baik hati. Setelah tertawa sejenak, ia kemudian menjelaskan. "Kami sedang membahas tentang toko yang ada di timur kota. Toko itu bernama Warnet Super Internet."

"Dunia VR?"

"Sebuah alur cerita yang epik?"

"Dan monster yang bisa bangkit dari kematian?"

"Sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan?" Semua orang tampak bingung dan prajurit yang membawa pedang di punggungnya itu kemudian memandangi Liang Shi dan lainnya dengan ekspresi yang sangat kacau. Ia kemudian menambahkan, "Entah kenapa semakin aku mendengarmu, aku menjadi semakin tidak paham?"

"Meskipun tidak paham, tapi kedengarannya hebat sekali… ."

Liang Shi kemudian tertawa seraya berkata, "Aku tak bisa menjelaskannya di sini. Haruskah aku membawa kalian ke sana untuk melihatnya sendiri?"

"Terima kasih, saudara Liang!"

"Apakah ini adalah toko kecil yang kamu bicarakan?" Tanya prajurit berbaju biru keabu-abuan yang memiliki pedang di punggungnya, ia adalah Fu Jianghe. Ia baru-baru ini datang ke kota Jiuhua.

"Cih! Memangnya apa yang ada di dalam toko sekecil ini?" Ujar seorang pria berwajah persegi dengan baju besi berwarna coklat, namanya adalah Li Kuan. Setelah melihat toko tersebut yang tampak kecil dan sangat jauh, ia merasa kecewa kemudian mencibir, "Apa mungkin Liang Shi dan lainnya hanya membual?"

"Kamu benar, saudara Li. Mereka membuat tempat itu terdengar luar biasa, dan ku pikir itu seperti toko ajaib, tapi ternyata hanya sebuah toko kecil dan terpencil." Seorang laki-laki kurus menimpali, "Meskipun kami percaya padamu, saudara Liang, tapi toko ini… tampaknya tidak sesuai dengan namanya, bukan?"

"Benar, tidak cocok dengan namanya!"

"Kalian pasti terlalu melebih-lebihkan agar terdengar lebih baik, iya kan?"

"Hei, ada banyak orang!" Begitu mereka masuk, mereka melihat bahwa toko itu dipenuhi oleh banyak orang.

Tetapi setelah mereka melihat harga yang tertera pada papan tulis kecil itu, ekspresi wajah mereka seketika berubah.

"Jika dilihat dari tulisan yang ada di papan itu, berarti kita harus membayar tujuh keping roh kristal untuk bermain di awal?" Fu Jianghe kemudian segera memprotes, "Toko ini melakukan penipuan! Siapa pemilik toko ini?"

Li Kuan juga tidak senang saat melihat ke arah Liang Shi lalu berkata, "Saudara Liang, apa maksud semua ini? Jika kamu ingin bercanda pada kami, ini tidak lucu!"

Liang Shi kemudian menjawab dengan tenang. "Jangan seperti itu, aku tidak sedang bercanda dengan kalian. Cobalah mainkan game ini agar kalian tahu kalau aku tidak bercanda. Aku tidak mungkin berani membohongi kalian."

Mereka pun berpikir bahwa ucapan Liang Shi ini ada benarnya juga.

Li Kuan kemudian menepuk anak muda yang sedang bermain di sampingnya, ia adalah Lin Shao.

"Nak, maaf mengganggu. Apakah kalian bersedia membayar tujuh keping roh kristal untuk mencoba permainan ini?"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.