Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Membentuk Istana Divine



Membentuk Istana Divine

0Sebuah altar kuno diam berdiri tegak di dalam dimensi hampa. Sementara itu, di puncak altar, ada sosok bertubuh kurus yang duduk terdiam seperti patung. Saat ini, badannya terasa sedingin es dan napasnya sangat pelan hingga hampir tak terdengar. Apabila bukan karena masih ada jejak Qi kehidupan yang samar-samar terasa menguar dari sosoknya, kemungkinan semua orang akan mengira kalau orang itu hanya mayat tak bernyawa.      1

Tak ada suara di tempat aneh itu. Area di sana sangat hening, seolah terisolasi dari pergantian waktu. Bahkan, tak ada seorang pun yang mampu merasakan, maupun mencapainya.      

Tiba-tiba saja, sosok bertubuh kurus yang sedang duduk di puncak altar mendadak bergetar pelan dan dia berangsur-angsur membuka matanya yang terpejam erat. Sepasang matanya terkesan segelap langit malam. Ketika dia perlahan-lahan mengernyitkan alisnya, seakan ada ekspresi tak berdaya serta kebingungan yang terlihat di sana.      

"Mengapa aku gagal terus?"      

Lin Dong bergumam sendiri. Seharusnya saat ini adalah tahun keempat yang sudah dilalui olehnya di tempat ini. Dengan kata lain, dia sudah berlatih selama empat tahun. Selain tahun pertama di mana dia menempa Mental Energy, Lin Dong sudah menghabiskan tiga tahun sisanya untuk mencoba membentuk Istana Divine. Namun tanpa terkecuali, semua usahanya ternyata berujung dengan kegagalan.      

Meskipun dia sudah berulang kali menganalisis alasan di balik kegagalannya sejak awal dan telah mencapai kondisi yang lumayan sempurna, tetapi karena beberapa alasan yang tidak diketahui, Istana Divine yang dibentuk olehnya hanya memiliki bentuk yang tepat. Namun, proses itu tidak terasa seolah dia sudah naik ke level yang berbeda.      

"Mengapa aku gagal … Mental Energy-ku sudah ditempa dengan sangat baik. Mengapa aku tidak bisa membuat Istana Divine di dalam Istana Niwan-ku?"     

Lin Dong mengernyit dan matanya terus bercahaya. Sementara itu, sepasang matanya dipenuhi dengan sorot ragu dan bingung. Bahkan setelah merasa resah dalam waktu yang lama, dia hanya bisa membuat perkembangan kecil untuk urusan tersebut. Sehingga, Lin Dong hanya bisa menghela napas. Dia lalu memejamkan matanya dan bersiap-siap untuk mencoba lagi.      

"Huh?"      

Namun, ketika hendak berusaha kembali, dia mendadak terkejut. Lin Dong lalu memandang ke lantai batu di bawah. Di tempat itu, ada beberapa tanda saling menyilang. Akan tetapi, jika melihat bentuknya, tanda itu kemungkinan sudah diciptakan secara acak.      

Tanda-tanda itu sangat kasar dan sederhana. Ada sebuah titik yang terhubung dengan beberapa retakan yang dalam. Bahkan, kesannya seolah titik itu sudah hancur sepenuhnya.      

Lin Dong memandang ke arah tanda-tanda acak di sana dan dia menggeleng kecewa. Dia kembali memejamkan matanya. Namun, sesaat kemudian, mendadak matanya terbuka lagi. Ketika dia kembali memandang ke arah tanda-tanda acak di tempat itu, secercah sorot ragu terlihat di matanya.      

Titik itu terlihat mirip dengan Istana Niwan-nya. Di sisi lain, tanda-tanda yang saling terhubung sudah hancur. Jangan-jangan Istana Divine tidak dibuat ulang dari Istana Niwan … Alih-alih, seseorang harus menghancurkannya secara menyeluruh demi membangun yang baru?      

Proses itu … menghancurkan dulu, baru membuat lagi?      

Jantung Lin Dong berdebar kencang. Menghancurkan Istawa Niwan-nya terlebih dulu? Menggelikan sekali. Istana Niwan seseorang dibentuk secara alami ketika seseorang dilahirkan. Kalau dihancurkan, maka akan membuat jiwa orang itu tidak terkendali. Selain itu, hasil akhirnya adalah sesuatu yang tidak bisa dihadapi olehnya.      

Jika Istana Niwan-nya hancur dan Istana Divine-nya tidak terbentuk, bukankah sama saja pencapaian Mental Energy-nya bakal langsung menghilang? Bahkan, proses itu mungkin berdampak pada pikirannya dan dia bisa saja menjadi orang dungu…      

Harga yang besar itu bahkan membuat seseorang seperti Lin Dong ragu-ragu sesaat. Akan tetapi, dia bisa samar-samar menebak kalau kekuatan itu mungkin jalan yang benar menuju Tingkat Divine Palace Master.      

Sebaiknya dia menghancurkannya atau tidak?      

Sorot yang terpancar di mata Lin Dong berubah. Dia jelas sedang kesulitan karena dihadapkan dengan keputusan berat di dalam hatinya. Proses itu berlangsung selama beberapa saat, hingga dia akhirnya menghirup udara dengan perlahan. Tak lama kemudian, dia mendadak mengepalkan tangannya dan sorot tegas terpancar di sepasang mata hitam legamnya.      

Jika tidak memiliki tekad yang kuat, bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan kekuatan yang besar? Selain itu, bagaimana mungkin dia bisa melampaui kemampuan Ice Master?      

Setelah akhirnya membuat keputusan, Lin Dong tak lagi ragu-ragu. Sepasang matanya dipejamkan, lalu kendali pikiran melintas di dalam kepala dan dia tiba di depan Istana Niwan. Saat ini, Istana Niwan-nya terlihat hanya berupa percikan cahaya kecil yang melayang-layang secara perlahan. Sementara itu, gejolak Mental Energy yang dahsyat menguar dari sana.      

Kendali pikiran Lin Dong sedang mengawasi percikan cahaya tersebut. Sebuah kendali pikiran lantas melintas di dalam kepalanya, kemudian Mental Energy dahsyat di dalam Istana Niwan-nya mulai menciut dan menggabungkan diri dengan kecepatan yang mengerikan. Dalam waktu singkat, semua Mental Energy di dalam Istana Niwan-nya berubah menjadi bola Mental Energy seukuran kepala manusia. Bola itu terlihat padat dan permukaannya semulus kaca. Gejolak energi yang mengerikan di dalamnya bisa membuat para praktisi papan atas yang sudah melewati dua Reincarnation Tribulation gemetar ketakutan.      

Ketika proses pemadatan mencapai batas maksimalnya, tiba-tiba bola Mental Energy mulai bergetar hebat. Di sisi lain, retakan-retakan mulai bermunculan di permukaannya dan semakin membesar. Sesaat setelahnya, ada banyak sinar-sinar cahaya penghancur yang melesat dari dalamnya.      

Saat tingkat intensitas sinar cahaya mencapai batas maksimalnya, sebuah matahari terang membumbung naik di dalam Istana Niwan Lin Dong. Gejolak energi penghancur menyebar dan seluruh Istana Niwan-nya meledak.      

"Dhuaar!"      

Badan Lin Dong saat ini mulai bergetar hebat. Tak lama kemudian, Istana Niwan-nya meledak dan semua Mental Energy di dalamnya mulai menyeruak maju tak terkendali seperti air bah.      

Lin Dong menahan paksa rasa sakit di dalam kepalanya dan dia bergegas mengumpulkan Mental Energy yang menjadi sangat liar serta tak terkendali usai tidak lagi dibelenggu oleh Istana Niwan-nya. Karena bagaimanapun juga, apabila dia membiarkan Mental Energy mengerikan itu sampai mengamuk di dalam badannya, maka kemungkinan dia bakal hancur berkeping-keping meskipun dilindungi oleh Primal Dragon Bone.      

Cahaya ungu keemasan menyilaukan menyeruak di seluruh area. Sementara itu, Primal Dragon Bone di dalam badan Lin Dong juga mendeteksi pertanda marabahaya. Sebuah raungan naga bernada rendah dan berat terdengar, lalu cahaya ungu keemasan berubah menjadi naga-naga ungu-emas raksasa. Naga-naga itu pun membentuk tameng naga dan menahan semua Mental Energy yang mengamuk di sana.      

Saat ini, tiga Simbol Leluhur juga menampakkan diri. Sesaat kemudian, Simbol-simbol Leluhur itu mengelilingi Mental Energy dan mencegah semua energi agar tidak bisa kabur. Cahaya berpendar dan Simbol-simbol Leluhur bisa menghentikan Mental Energy Lin Dong yang tak terkendali.      

Hati Lin Dong sekarang dipenuhi dengan rasa cemas. Karena bagaimanapun juga, Istana Niwan-nya hancur dan mustahil dia bisa membelenggu Mental Energy-nya untuk selamanya dengan cara seperti ini. Sehingga, jika Lin Dong tidak bisa membentuk 'Istana Divine', maka jiwanya juga akan menghilang. Jika saat itu tiba, maka dia akan menderita pukulan telak.      

Walaupun sedang terjebak dalam situasi tidak mengenakkan, Lin Dong adalah seseorang yang sudah berpengalaman melewati berbagai macam situasi antara hidup dan mati. Sehingga, dia tidak panik. Kendali pikiran melintas di dalam kepalanya dan dia mulai menggerakkan Mental Energy. Dia lalu menggabungkan energi itu bersama demi membentuk Istana Divine, sama seperti apa yang barusan dia lakukan di dalam Istana Niwan-nya.      

Mental Energy yang besar serta dahsyat menyeruak. Mental Energy lantas perlahan-lahan menggabungkan diri. Sekarang ini, Mental Energy-nya seperti cairan yang mengalir. Seakan-akan siluet luar Istana Divine muncul dalam waktu cepat di sana.      

Lin Dong menggerakkan Mental Energy-nya dengan sangat berhati-hati dan perlahan-lahan mulai menyelesaikan berbagai macam tahap yang diperlukan untuk membentuk Istana Divine. Akan tetapi, proses itu jelas adalah proyek yang besar. Sehingga, walaupun dengan kemampuan yang dimiliki Lin Dong, dia tetap butuh cukup banyak waktu. Untung saja, Lin Dong sekarang berada di lahan penempaan diri ini dan tak ada seorang pun yang akan mengganggunya di sini. Karena kalau tidak, konsekuensinya cukup parah apabila dia sampai kehilangan kendali atas Mental Energy-nya.      

Waktu berlalu secara lambat. Dalam sekedip mata, dua bulan sudah berganti. Sementara itu, Istana Divine-nya berangsur-angsur terbentuk. Istana Divine Lin Dong berbentuk tinggi dan ajaib, terlihat hebat dan agung. Bahkan, Istana Divine itu terlihat seperti rumah para Dewa.      

Kendali pikiran Lin Dong mengawasi Istana Divine yang baru saja terbentuk. Rasa gembira yang meluap-luap sontak menyeruak di dalam hatinya. Sesaat kemudian, sebuah kendali pikiran melintas di dalam kepalanya dan Mental Energy besar serta dahsyat mulai menyembur memasuki Istana Divine di sana seperti air bah.      

Akan tetapi, setelah Mental Energy-nya memasuki Istana Divine, rasa gembira yang meluap-luap di dalam dada Lin Dong mendadak mendingin. Karena dia sadar setelah Mental Energy memasuki Istana Divine, energi itu tidak membentuk lingkaran, maupun memperlihatkan tanda-tanda menjadi sesuatu secara spontan.      

Dulu, saat Mental Energy-nya memasuki Istana Niwan, rasanya seperti seekor burung yang kembali ke sarang dan bakal ada sensasi damai di sana. Tapi, sensasi seperti itu sama sekali tidak bisa dirasakan sekarang oleh Lin Dong!     

Istana Divine itu jelas tidak bisa menggantikan Istana Niwan-nya!      

Sehingga, Lin Dong harus memegangi Mental Energy-nya dengan erat dan mencegahnya agar tidak kabur. Tapi, meskipun sudah melakukannya, dia tidak akan pernah punya waktu untuk melakukan hal lain. Dengan kata lain, dia dibelenggu oleh Mental Energy-nya sendiri.      

Keringat dingin terus bercucuran di badan Lin Dong ketika dia memandang Istana Divine-nya. Jangan-jangan ada yang belum sempurna?      

Mengapa Istana Divine yang dibuatnya tidak bisa menggantikan Istana Niwan-nya?      

Pikiran Lin Dong berputar cepat. Dia samar-samar bisa merasakan kalau Istana Divine-nya masih kurang sempurna. Tetapi, dia tidak tahu bagian apa yang belum sempurna…      

Waktu berlalu dengan lambat. Namun Lin Dong tidak menemukan solusinya. Sementara itu, hatinya sontak menciut. Apa dia masih belum bisa mendobrak bebas dari kondisi memojokkan ini?      

Mata Lin Dong yang duduk di atas altar terpejam erat dan sekujur badannya dipenuhi keringat dingin. Keringat dingin menetes dari badannya dan jatuh di futon tua serta rusak tersebut. Samar-samar, ada secercah cahaya tipis yang berpendar di futon tersebut.      

Selain itu, ketika secercah cahaya itu muncul, sebuah suara yang sangat kuno seakan terdengar di dalam hati Lin Dong. "Zenith."      

Suara yang mendadak terdengar membuat badan Lin Dong menjadi kaku. Namun, sebelum dia bisa memikirkan dari mana suara itu terdengar, saat-saat pencerahan sontak bersinar di dalam kepalanya. "Zenith Sensing Art?"      

"Apa bagian itu yang masih kurang?"      

Pikiran itu melintas di dalam kepala Lin Dong. Tanpa menunggu lebih lama, dia segera memfokuskan diri dengan Zenith Sensing Art. Beberapa saat kemudian, cahaya kekacauan primal akhirnya terlontar ke depan.      

Cahaya kekacauan primal mendarat di Istana Divine-nya.Istana Divine Lin Dong pun mengeluarkan raungan yang jernih. Saat ini, Istana Divine yang terkesan mati, tampaknya memiliki hawa kehidupan. Bahkan, cahaya terlihat berpendar di permukaan Istana Divine dan hawa kehidupan menguar dari sana.      

"Gluduk!"      

Mental Energy mengalir di dalam Istana Divine. Bahkan, seakan-akan energi itu samar-samar membentuk lingkaran biasa. Apalagi, Lin Dong sadar ketika Istana Divine-nya terbentuk, sepertinya bangunan itu memiliki hubungan suci dengan Zenith yang misterius serta mendalam. Karena jejak cahaya kekacauan primal terus menerjang memasukinya.      

Mental Energy bergejolak. Jejak cahaya kekacauan primal mulai bergabung dengan Mental Energy Lin Dong. Tak lama lagi, Lin Dong sadar kalau usai Mental Energy-nya bergabung dengan cahaya kekacauan primal, dua tipe energi itu mulai mengalami perubahan drastis.      

Perubahan itu adalah proses metamorfosis.      

Lin Dong memahaminya di dalam hati. Sehingga, dia berangsur-angsur menenangkan pikirannya dan diam-diam men menjaga Istana Divine-nya. Tak peduli betapa beringas cara Mental Energy-nya mengamuk, Lin Dong tahu kalau Istana Divine itu benar-benar bisa menggantikan Istana Niwan-nya setelah Mental Energy menyelesaikan proses transformasi mereka!      

Tapi …Sepertinya proses ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Untung saja saat ini Lin Dong sedang tidak dikejar waktu.      

Sehingga, dia hanya perlu diam menunggu hari di mana prosesnya selesai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.