Istri Simpanan

Bab 573 - Tangis Haru



Bab 573 - Tangis Haru

0Hari ini dikabarkan Seo Kyung sudah sampai di London. Soo Yin sudah tidak sabar menanti kedatangan ibunya, sejak tadi terus berjalan mondar-mandir di teras.     
0

"Sabarlah, sebentar lagi juga akan sampai," ujar Brian Lee. Pria yang hanya berjarak 5 tahun lebih tua dari Soo Yin itu sudah berdiri di belakang Soo Yin.     

"Aku hanya cemas terjadi sesuatu saat perjalanan." Soo Yin tidak bisa membendung rasa khawatir yang terus menghantuinya.     

Brian Lee menggaruk pelipisnya. Wajar jika Soo Yin cemas karena kondisi Seo Kyung mungkin belum normal.     

"Paman Peter membawa ibu dengan pesawat pribadi. Semuanya pasti akan baik-baik saja," ungkap Brian Lee.     

Soo Yin semakin terperangah mendengarnya. Entah sekaya apa ayahnya sehingga memiliki pesawat sendiri.     

Suara deru beberapa mesin mobil memasuki halaman mansion. Sepertinya mereka adalah rombongan yang mengawal Seo Kyung.     

Richard Lee masih di ruang kerjanya sedang mengerjakan beberapa pekerjaan. Ia lantas keluar ketika mengetahui Seo Kyung sudah datang.     

"Akhirnya Ibu sampai." Soo Yin memeluk erat tubuh Seo Kyung yang duduk di kursi roda. Beberapa hari dirawat keadaannya jauh lebih baik dan terlihat lebih terawat. Meski tatapannya masih kosong tanpa merespon.     

"Selamat datang di London, Bu," sapa Brian Lee sembari memberikan salam hormat. Hatinya iba melihat kondisi Seo Kyung yang diam saja.     

Awalnya Brian Lee sangat marah ketika mengetahui orang tuanya bercerai karena ada orang ketiga. Namun kini ingin berdamai setelah mengetahui Soo Yin mengalami kehidupan yang jauh lebih pahit.     

Soo Yin mendorong kursi roda masuk ke dalam rumah. Hatinya kini sudah merasa lega karena ibunya sudah di London.     

Dari kejauhan Richard Lee memandang ke arah Seo Kyung. Air matanya menetes tatkala melihat wajahnya yang sudah mulai keriput termakan usia. Richard memandangnya penuh dengan kerinduan meski Seo Kyung tak secantik dulu. Hatinya bagaikan tersayat- sayat kondisinya saat ini.     

Seorang pelayan mendorong kursi roda yang diduduki Richard Lee agar semakin dekat dengan Seo Kyung.     

"Seo Kyung." Richard memegang tangan Seo Kyung yang kusam dan berwarna agak gelap. Tak semulus dulu tapi perasaan Richard masih seperti dulu.     

"Seo Kyung, ini aku Richard Lee. Masihkah kau mengingatku?" Pria itu meletakkan tangan Seo Kyung di pipinya.     

"Ri … Richard?" ucap Seo Kyung dengan bibir gemetar. Pandangan yang tadinya kosong kini menatap mata Richard. Tangannya bergerak pelan menyusuri wajah Richard disertai dengan butiran kristal yang mulai bercucuran.     

Soo Yin dan Brian Lee ikut terharu melihat kedatangan Seo Kyung yang sepertinya sudah sadar saat ini. Mereka ikut meneteskan air mata tapi senyumnya terus mengembang.     

"Seo Kyung, kau masih mengingatku?" Richard Lee tersenyum penuh kerinduan yang terpancar dari wajahnya.     

"Richard, benarkah ini dirimu?" ujar Seo Kyung dengan tergagap disertai dengan isak tangis haru. Sudah sekian lama ia menantikan kedatangan orang yang sangat dicintainya.     

Richard membawa Seo Kyung ke dalam pelukannya ketika tangis Seo Kyung pecah. Wanita itu terus tersedu-sedu mengungkapkan perasaan sakit yang dirasakan selama ini.      

Seo Kyung sudah tidak terlihat seperti orang gila karena dia memang hanya depresi yang berkepanjangan. Beruntung belum ke tahap fatal dan sulit untuk disembuhkan.     

Benar kata psikiater jika Seo Kyung akan mudah untuk sembuh setelah bertemu dengan orang yang dirindukannya.     

"Kemana saja kau selama ini? Kenapa kau tidak datang menjemputku?" ucap Seo Kyung dengan pilu sambil memukul dada Richard Lee.     

"Maafkan aku, Sayang. Mulai sekarang kita tidak akan terpisahkan. Aku akan membalas orang-orang yang sudah memisahkan kita," ucap Richard Lee.     

Peter membuang wajah memandang ke arah lain. Namun ia senang karena Seo Kyung sudah bertemu dengan Richard Lee. Selagi wanita itu bahagia maka ia ikut bahagia. Peter kemudian memilih pergi dengan perasaan rumit.     

Cukup lama Richard Lee dan Seo Kyung saling menumpahkan segala rasa cinta dan kerinduan yang bercampur menjadi satu.     

"Seo Kyung, apakah kau tidak ingat dengan buah hati kita?" tanya Richard Lee setelah Seo Kyung terlihat tenang.     

"Buah hati?" Seo Kyung menautkan kedua alisnya. Mencoba mengingat-ingat kehidupannya di masa lalu. Setelah melahirkan ia tidak mengingat apapun lagi.     

"Dimana putri kita?" tanya Seo Kyung lirih. Ia masih mengingat ada seorang putri yang lahir di rahimnya.     

Richard Lee memandang Soo Yin kemudian menarik tangannya agar lebih mendekat.     

"Sayang, apakah kau mengingatnya?" tanya Richard pada Seo Kyung.     

Ini pertama kalinya Seo Kyung menatap Soo Yin setelah pertemuan mereka. Dahinya berkerut saat melihat Soo Yin. Ia pun seperti melihat bayangan wajahnya sendiri.     

"Aduh, kepalaku sakit," rintih Seo Kyung sembari memegangi kepalanya. Terlalu keras mengingat membuat kepalanya berdenyut.     

Wajah Soo Yin berubah muram. Sedih karena ibunya tidak mengenalnya tapi ia mencoba untuk tegar. Wajar jika ibunya belum mengingatnya karena keadaan yang memaksa.     

"Sebaiknya kau istirahat dulu. Brian tolong hubungi Dokter Sean agar segera datang ke rumah ini," perintah Richard Lee pada putranya.     

"Iya, Ayah," sahut Brian.     

Soo Yin mendorong kursi roda Seo Kyung ke kamar. Lalu membaringkan tubuh Seo Kyung ke ranjang dibantu oleh Pelayan.      

"Soo Yin, tidak usah sedih. Aku yakin ibumu pasti akan mengingatmu lagi. Itu wajar karena setelah kau dilahirkan kalian terpisah," terang Richard Lee.     

"Aku mengerti, melihat keadaan ibu yang sudah membaik sudah cukup membuatku bahagia," sahut Soo Yin seraya menyunggingkan senyum.     

"Sabarlah." Richard Lee menepuk pundak putrinya. Kini keluarganya sudah lengkap dan rasanya kebahagiaannya terasa sempurna.     

Soo Yin dan Richard tetap setia menemani Seo Kyung di kamarnya saat Dokter Sean memeriksa keadaannya.     

"Sebaiknya biarkan dia istirahat. Jangan terlalu memaksanya untuk mengingat terlalu keras. Semuanya butuh waktu baginya agar bisa berpikir normal seperti dahulu kala," terang Sean setelah menganalisis apa yang terjadi berdasarkan apa yang diceritakan oleh mereka.     

"Baik, Dokter," sahut Soo Yin sembari memandang Seo Kyung yang sudah memejamkan mata.     

"Buat dia merasa bahagia, jangan membuatnya bersedih," saran Dokter Sean.     

Richard Lee menganggukan kepalanya. Dengan penuh tekad akan membahagiakan Seo Kyung sampai akhir hayatnya.     

Soo Yin kemudian pamit pergi. Ingin membiarkan ayah dan ibunya berdua setelah terpisah puluhan tahun lamanya. Ia mendudukkan tubuhnya di anak tangga paling atas.     

Di saat sendiri seperti ini rasa rindunya kepada Dae Hyun justru tumbuh semakin besar. Soo Yin sudah hendak menelepon suaminya tapi kemudian mengurungkan niatnya.      

Soo Yin terlonjak kaget saat merasakan getaran pada ponselnya yang masih digenggam. Ia tersenyum saat melihat nama nomor ponsel suaminya di layar ponsel.     

Tak dapat dipungkiri hatinya merasa bahagia terlepas dari rasa kecewanya pada Park Ji Hoon.     

"Soo Yin, ada kabar buruk," ujar Dae Hyun dengan suara tergesa-gesa.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin.     

"Ibu sudah tidak ada di klinik lagi. Mereka mengatakan ibu dibawa pergi," terang Dae Hyun.     

Soo Yin mendesah panjang.     

"Ayah meminta ibu dibawa ke London," sahut Soo Yin singkat.     

"Apa? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Aku bisa ikut ke sana sekalian," ujar Dae Hyun.     

"Maaf, karena itu juga sangat mendadak. Kau pasti sangat terkejut," ujar Soo Yin dengan perasaan tidak enak hati. Hatinya kini seperti terombang-ambing di tengah lautan.     

"Lain kali jangan membuatku takut. Aku hampir saja jantungan dan sudah meminta anak buahku untuk mencari, kapan aku bisa menjemputmu?" Dae Hyun sudah tidak sabar ingin bertemu istrinya sekaligus berkenalan dengan ayah mertuanya.     

"Sebaiknya nanti saja. Apakah kau akan datang kemari?" tanya Soo Yin.     

"Tentu saja, aku ingin bertemu dengan mertuaku. Mudah-mudahan saja mereka mau menerimaku," ujar Dae Hyun.     

"Jika waktunya tiba aku akan memberitahumu," ujar Soo Yin. Ada rasa khawatir yang sangat mendalam jika ayahnya tidak menyetujui hubungan mereka. Itu membuat takut Soo Yin dan tidurnya menjadi tidak nyenyak belakangan.     

"Jangan terlalu lama. Segera kabari aku karena setiap malam aku tidak bisa tidur memikirkanmu," ucap Dae Hyun dengan sendu.     

"Tidak akan, aku juga merindukanmu," terang Soo Yin pada akhirnya mengungkapkan apa yang saat ini dirasakannya.     

Obrolan mereka berakhir karena Dae Hyun mengatakan sebentar lagi akan ada rapat. Meski tidak bisa melihatnya tapi mendengar suaranya sudah membuat Soo Yin senang.     

"Kenapa begitu banyak rintangan yang harus kita lewati?" gumam Soo Yin sembari menyandarkan kepalanya pada tiang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.