Istri Simpanan

Bab 577 - Tidak setuju



Bab 577 - Tidak setuju

0"Soo Yin, katakan sebenarnya ada apa? Kau tidak perlu cemas karena aku tidak akan marah," tukas Dae Hyun untuk meyakinkan Soo Yin.     
0

"Orang tuaku tidak suka aku menikah muda," ucap Soo Yin lirih.     

"Lalu?" Dae Hyun mengamati Soo Yin dengan wajah serius.     

"Mereka ingin aku melanjutkan pendidikanku dulu. Mereka ingin kita berpisah sementara." Soo Yin menghembuskan nafasnya dengan berat. Bibirnya terasa kelu untuk berucap lebih jauh lagi.     

"Apakah kau setuju?" Dae Hyun berusaha bersikap tenang dan tidak ingin gegabah. Wajar memang mereka tidak rela dirinya menikahi Soo Yin di saat usia yang masih terbilang muda.     

Soo Yin membenamkan wajahnya di dada Dae Hyun. Tangannya melingkar erat pinggangnya.     

"Menurutmu?" Soo Yin justru balik bertanya. Seharusnya Dae Hyun tahu apa yang dirasakan olehnya.     

"Hmm, sepertinya kau tidak setuju," tukas Dae Hyun seraya membelai rambut Soo Yin.     

"Biarkan aku bertemu dengan orang tuamu. Aku akan menjelaskan semuanya. Aku akan membahagiakanmu sampai akhir khayatku. Aku juga tidak akan melarang apapun yang kau lakukan," terang Dae Hyun dengan serius.     

"Jangan," sergah Soo Yin lantas menegakkan tubuhnya kembali.     

"Sebaiknya untuk sekarang jangan terlebih dahulu. Mereka sedang berbahagia, aku tidak ingin membuat mereka marah," terang Soo Yin dengan perasaan khawatir nasib pernikahan mereka seperti hubungan Brian dengan kekasihnya.     

"Haruskah aku diam saja? Aku tidak ingin berpisah denganmu meski hanya sementara." Dae Hyun mengulurkan tangannya menyentuh pipi Soo Yin. Mengusapnya dengan begitu lembut.     

"Biarkan aku yang menjelaskan semuanya. Kau tidak perlu ikut campur dalam hal ini," tukas Soo Yin.     

"Aku di sini yang bersalah sehingga mana mungkin aku akan diam saja membiarkanmu melewati masalah ini sendirian. Aku bukanlah anak remaja yang tidak bertanggung jawab. Aku sudah dewasa sehingga sudah sepantasnya aku mengatakan dengan jujur kenapa aku menikahimu."     

"Jangan," sergah Soo Yin. Dipegangnya pergelangan tangan Dae Hyun dengan erat sambil menggelengkan kepalanya.     

"Kenapa?"     

"Aku tidak ingin paman Kim Nam ikut disalahkan. Hanya dia yang sejak kecil menganggapku seperti anak kandungnya. Jika mengatakannya dengan jujur pasti paman akan terlibat," tutur Soo Hyun. Tidak menyangka jika perjalanan hidupnya akan sesulit ini. Ia pikir hidupnya akan tenang setelah mengetahui orang tua kandungnya.     

Dae Hyun memejamkan matanya. Membenarkan perkataan Soo Yin tapi ia tidak mungkin hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun.     

"Kau pasti lelah, sebaiknya kau istirahat. Aku akan mengambilkan makanan untukmu," ucap Soo Yin sembari tersenyum untuk menetralkan suasana mereka yang tidak mengenakan.     

"Tidak usah, melihatmu baik-baik saja membuat rasa lelahku hilang," ujar Dae Hyun.     

"Apakah kau membawa pakaian? Kau harus membersihkan tubuhmu setelah perjalanan jauh."     

"Aku sudah singgah di hotel. Tadinya aku akan menginap di hotel barulah besok datang kemari. Tapi aku justru tidak sabar ingin bertemu denganmu," terang Dae Hyun yang sudah tidak sabar untuk menunggu esok hari.     

"Kalau begitu biarkan aku ambilkan makanan saja," tukas Soo Yin.     

Belum sempat Soo Yin melangkah pergi, Dae Hyun sudah terlebih dahulu menarik pergelangan tangannya. Hingga tubuh Soo Yin jatuh ke pangkuan Dae Hyun.     

"Aku tidak menginginkan apapun. Aku hanya menginginkanmu," bisik Dae Hyun sensual di telinga Soo Yin.     

Soo Yin memutar bola matanya karena pada dasarnya hanya itu yang di pikiran pria.     

Dae Hyun memegang dagu Soo Yin Lalu memandang lekat kedua bola matanya. Tatapan itu masih sama terakhir kali mereka bertemu. Dae Hyun pikir istrinya sudah berubah.     

"Apakah kau tidak menginginkanku?" goda Dae sembari tersenyum penuh arti.     

"Haruskah aku menjawabnya?" Soo Yin mengulum senyum lantas memalingkan wajahnya ke arah lain karena pipinya memanas dan mungkin sekarang sudah bersemu merah.     

"Dari matamu aku bisa melihat jika kau juga menginginkannya," tukas Dae Hyun lalu mendekatkan wajahnya begitu dekat.     

Keduanya bisa saling merasakan hembusan nafas yang memburu. Dae Hyun tidak ingin membuang-buang waktu. Ia segera mendaratkan bibirnya di bibir milik Soo Yin yang berwarna pink. Sungguh menggairahkan jiwanya yang sudah seminggu lebih tidak merasakan gairah asmara.     

Soo Yin mengalungkan kedua tangannya di leher Dae Hyun. Meresapi setiap sentuhan bibir Dae Hyun yang begitu lembut.      

Mereka memejamkan mata untuk menikmati semakin dalam semua rasa gairah yang semakin dalam.     

Ciuman Dae Hyun semakin lama menuntut Soo Yin untuk membalasnya. Hingga mereka sama-sama terengah-engah setelah beberapa saat tidak terlepas. Terasa sangat manis dan membuat perasaan mereka terbakar gairah yang menggebu-gebu.     

Tok … tok … tok ….     

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Dae Hyun lantas melepaskan ciumannya meskipun sangat kesal.     

Soo Yin tersenyum melihat guratan kecewa di wajah suaminya. Sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama tapi tidak mungkin mereka melanjutkannya.     

Cup ….     

Soo Yin mendaratkan kecupan singkat di bibir Dae Hyun untuk mengurangi rasa kecewa suaminya.     

"Nanti kita lanjutkan lagi," ujar Soo Yin sembari menurunkan kakinya ke lantai.     

Dae Hyun hanya menghela nafas pasrah tanpa bisa berkata apa-apa.     

"Siapa?" seru Soo Yin sambil berdiri di depan cermin untuk merapikan rambutnya yang sangat berantakan.     

"Soo Yin, keluarlah. Kita harus melakukan foto keluarga," seru Brian Lee dari balik pintu.     

"Tunggu sebentar, aku akan bersiap-siap terlebih dahulu," ujar Soo Yin. Tak lupa ia mengoleskan bibirnya kembali dengan lipstik dan mengaplikasikan bedak tipis untuk memperbaiki riasannya.     

"Jangan terlalu lama."     

"Baiklah," sahut Soo Yin.     

Dae Hyun membaringkan tubuhnya dalam posisi miring sambil memandangi Soo Yin yang sedang sibuk berdandan. Seandainya Soo Yin mengizinkannya malam ini untuk bertemu dengan kedua orang tuanya pasti tidak perlu sembunyi seperti ini.     

Namun Dae Hyun mencoba mengerti perasaan Soo Yin. Hingga sesuatu terbersit dalam pikirannya.      

"Apakah kau malu memiliki suami yang sangat jauh lebih tua darimu? Itu sebabnya kau tidak mengizinkanku menemui mereka," ungkap Dae Hyun.     

"Apa yang kau katakan? Tidak mungkin aku seperti itu. Jika malu, seharusnya sudah sejak lama aku merasakannya." Soo Yin menyipitkan matanya karena tidak suka Dae Hyun berpikiran buruk tentangnya.     

Melihat istrinya yang nampak kesal, Dae Hyun menyesal sudah menuduhnya. Ia lantas turun dari ranjang dan menghampiri Soo Yin. Memeluknya erat dari belakang.     

"Maafkan diriku, karena aku hanya menebak saja. Sekarang kau bisa pergi keluar. Aku janji tidak akan berpikir buruk tentangmu," ucap Dae Hyun dengan penuh rasa sesal.     

"Jangan pernah meragukan perasaanku lagi," tukas Soo Yin.     

"Baiklah, apapun akan kulakukan demi istriku tercinta. Jangan terlalu lama kembali karena aku takut tidak sabar menunggu." Dae Hyun memandang pantulan wajah Soo Yin di depan cermin. Membantu merapikan rambutnya yang berantakan.     

"Tidak usah cemberut. Jangan sampai ibu dan ayah mengira kau tidak bahagia," saran Dae Hyun.     

Soo Yin membalikkan tubuhnya.     

"Tetaplah di sini dan jangan kemana-mana sebelum aku kembali."     

"Siap, Nyonya," ucap Dae Hyun dengan hormat seraya terkekeh.     

Soo Yin segera meninggalkan kamarnya. Meskipun rasanya sangat berat meninggalkan Dae Hyun. Semoga orang tuanya tidak curiga ada Dae Hyun di rumah itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.