Istri Simpanan

Bab 578 - jangan menunda



Bab 578 - jangan menunda

0Cukup lama Soo Yin berada di luar bersama tamu yang lain. Malam ini Richard Lee juga memperkenalkannya kepada semua tamu undangan dengan bangga. Soo Yin senang akan hal itu meskipun yang ada di pikirannya saat ini justru Dae Hyun.     
0

Tubuhnya berdiri bersama mereka tapi pikirannya berkelana memikirkan      

Soo Yin takut jika setelah kembali ke kamarnya tidak menemukan keberadaan Dae Hyun lagi.     

"Soo Yin, kau kenapa? Kau tampak gugup," ujar Brian Lee. Sejak tadi mengamati adiknya yang tampak tenang seperti menyembunyikan sesuatu.     

"Tidak apa-apa. Aku hanya merasa canggung berada di depan orang banyak," kilah Soo Yin seraya meringis.     

Semua pandangan tertuju pada mereka dan membuat Soo Yin merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian.     

"Mulai sekarang kau harus terbiasa," ujar Brian Lee.     

Soo Yin hanya menganggukkan kepalanya. Tidak tahu sampai kapan berdiri di sana namun kakinya sudah terasa pegal.     

Hampir tengah malam akhirnya pesta usai. Kali Soo Yin rasanya sampai ingin patah karena berdiri menggunakan sepatu hak tinggi.     

Setelah tidak ada tamu lagi Soo Yin segera bergegas kembali ke kamarnya. Ia melepaskan sepatunya agar cepat sampai.     

Ceklek ….     

Wajah Soo Yin berubah masam karena tidak menemukan keberadaan Dae Hyun di ranjang.     

"Dae Hyun, dimana kau?" Soo Yin mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Mengamati lebih lekat untuk menemukan keberadaan Dae Hyun. Namun tidak melihat keberadaannya.     

Suasana kamar terasa sunyi. Soo Yin Tak lupa untuk memeriksa kamar mandi tapi ternyata kosong.     

"Apakah dia sudah pergi?" gumam Soo Yin sembari memegangi dadanya yang terasa sesak. Mereka bahkan belum meluapkan rasa rindu tapi sekarang Dae Hyun sudah pergi. Akan sulit baginya untuk kembali di lain waktu.     

"Kenapa kau pergi?" Soo Yin mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Hatinya gelisah tidak menentu karena tidak tahu kapan lagi bertemu dengannya.     

Dengan langkah lesu dan tidak bersemangat, Soo Yin meninggalkan kamar mandi. Ia melepaskan satu persatu aksesoris yang di pakainya. Menyesal karena sudah meninggalkan Dae Hyun terlalu lama.      

Dae Hyun pasti sudah kecewa karena dirinya terlalu lama kembali ke kamarnya.     

Soo Yin melepaskan gaunnya kemudian membuatnya ke segala arah. Untuk sekedar mengambil pakaian ganti saja ia sudah malas. Ia lantas merebahkan tubuhnya di atas ranjang.     

Dengan langkah pelan, Dae Hyun membuka pintu dari balkon. Dahinya berkerut melihat pakaian Soo Yin yang berserakan di lantai. Ia bahkan menutupi wajahnya dengan bantal.     

Dae Hyun menyingkirkan bantal yang menutupi wajah Soo Yin. Terlihat matanya memerah dan berkaca-kaca.     

"Dae Hyun?" ujar Soo Yin dengan wajah terperangah. Masih belum percaya jika suaminya ternyata belum pergi.     

"Kau kenapa cemberut seperti itu?" Dae Hyun sudah naik ke atas ranjang dan menindih istri kecilnya. Pura-pura tidak menyadari kekesalannya.     

"Kau menyebalkan, dari mana saja dirimu? Kau bahkan tidak menjawab pertanyaanku. Kupikir kau akan pergi meninggalkanku," gerutu Soo Yin.     

"Aku ada di balkon. Mana mungkin aku meninggalkanmu di sini. Aku hanya kesal melihatmu didekati banyak pria."     

Tangan Dae Hyun mulai bergerilya nakal menyusuri bagian dada Soo Yin yang terekspos bebas.     

Tangan Soo Yin menahannya saat hendak bergerilya lebih jauh lagi.     

"Kenapa?" tanya Dae Hyun dengan suara serak. Melihat belahan dada Soo Yin yang terbuka membuat hasratnya tidak tertahankan.     

"Kita bahkan baru saja bertemu," tukas Soo Yin. Setidaknya mereka bercerita terlebih dahulu mungkin langsung pada titik poin.     

Dae Hyun menghela nafas panjang kemudian membaringkan tubuhnya di samping Soo Yin. Benar juga perkataan istri kecilnya jika ia terlalu terburu-buru.     

"Kapan kau akan kembali ke Seoul?" tanya Dae Hyun. Terlalu lama berpisah dengannya membuat konsentrasinya pecah.     

Soo Yin merapatkan tubuhnya mendekati Dae Hyun. Menggunakan tangannya sebagai bantalan lalu merangkul perutnya.     

"Kemungkinan orang tuaku akan ke Seoul untuk menemui Paman Kim Nam. Tapi aku tidak tahu kapan."      

Soo Yin benar-benar takut hari itu datang. Cemas jika kedatangan orang tuanya ke Seoul karena ada suatu hal. Jangan sampai hari itu terjadi.     

Soo Yin menyembunyikan wajahnya di dada Dae Hyun membayangkan orang tuanya dan orang tua Dae Hyun bertemu setelah sekian lama.     

"Kenapa?" tanya Dae Hyun karena tingkah Soo Yin mendadak aneh.     

"Tidak ada, semoga perlahan mereka merestui hubungan kita. Aku tidak ingin bersembunyi terus menerus," ungkap Soo Yin dari dalam relung hati yang terdalam. Ia lelah karena selama ini juga selalu bersembunyi dari orang-orang. Kini ia harus bersembunyi dari orang tuanya.     

"Izinkan aku menemui mereka. Jika kau tidak mengizinkanku maka kita akan terus seperti ini. Aku akan menuruti syarat apapun yang mereka inginkan meskipun nyawa taruhannya." Dae Hyun mengusap lengan Soo Yin dengan gerakan teratur karena ia tidak main-main dengan ucapannya.     

"Jangan dulu, setidaknya selama disini sebaiknya kita tidak mengatakan apapun. Tinggallah di rumah ini selama kau berada di Inggris," sergah Soo Yin. Karena butuh waktu untuk memantapkan hati dan mencari jalan keluar dengan masalah besar yang akan terjadi.     

"Ugh, Aku merasa seperti seorang pencuri istriku sendiri," gerutu Dae Hyun. Tidak terlalu setuju dengan ucapan Soo Yin.     

"Itu tidak akan lama. Biarkan kedua orang tuaku merasakan kebersamaan mereka terlebih dahulu. Setelah itu aku janji akan mempertemukan kalian," tukas Soo Yin sekedar untuk mengulur waktu. Biarkan ia meyakinkan orang tuanya terlebih dahulu jika Dae Hyun tidak seperti Park Ji Hoon.     

"Aku juga ada satu permintaan. Malam ini jangan menunda terlalu lama." Dengan gerakan cepat Dae Hyun membalikkan tubuh Soo Yin hingga berada di bawah kungkungannya.      

Belum sempat Soo Yin berbicara, Dae Hyun sudah terlebih dahulu membungkam mulut sang istri dengan bibirnya. Kedua tangannya sudah mencekal tangan Soo Yin pada kedua sisinya.     

Soo Yin menggerakkan kakinya gelisah saat bibir Dae Hyun bergerak turun menyesap lehernya. Memberikan tanda merah sebagai saksi pertemuan mereka malam ini.     

Lenguhan dan desahan terdengar begitu seksi dari bibir Soo Yin. Matanya terpejam dengan tubuh sesekali melengkung saat hendak mencapai gejolak asmaranya tapi Dae Hyun menghentikan apa yang tengah dilakukannya.      

Sengaja agar Soo Yin meminta lebih karena tadi sudah membuatnya menunda terlalu lama. Menurutnya wajah Soo Yin terlihat begitu seksi saat memohon dengan wajah memelas.     

Soo Yin membuka matanya ketika Dae Hyun menatap lekat bola matanya. Ingin sekali menggigitnya tapi kedua tangannya ditahan dengan kuat sehingga menyebabkannya tidak bisa bergerak.     

"Sayang," ujar Soo Yin dengan suara serak dan pandangan berkabut.     

"Ada apa?" Dae Hyun tersenyum jahil melihat wajah Soo Yin yang tampak putus asa. Sungguh terlihat sangat menggemaskan.     

"Kenapa kau menghentikannya? Kau bilang menginginkanku," ucap Soo Yin.     

"Aku hanya rindu melihat wajahmu yang sangat lucu saat sedang menginginkanku," bisik Dae Hyun dengan sensual. Sengaja menghembuskan nafasnya kuat di telinga Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.