Istri Simpanan

Bab 579 - Ada sesuatu yang disembunyikan



Bab 579 - Ada sesuatu yang disembunyikan

0Dae Hyun lantas menyesap bibir Soo Yin dengan lebih agresif lagi. Tubuh Soo Yin semakin bergerak tidak beraturan ketika Dae Hyun memainkan pahatan miliknya dengan bibir. Merasakan sensasinya saja sudah membuat tubuh Soo Yin bergelinjang.     
0

Tangan Soo Yin mencengkram kuat rambut Dae Hyun saat merasakan pelepasan pertamanya. Nafasnya terengah-engah karena kelelahan setelah merasakan perasaannya melayang.     

Dae Hyun mengusap wajah istrinya dengan dahinya yang berkeringat padahal belum melakukan yang lebih jauh lagi. Hanya sekedar pemanasan menggunakan jemarinya yang bergerak nakal.     

Dae Hyun kemudian melepaskan semua pakaian yang membalut tubuhnya. Melemparkan ke segala arah hingga berserakan di bawah ranjang.     

Tangan Soo Yin mencengkram seprai ketika Dae Hyun menghujam miliknya kembali. Tubuhnya melengkung, kedua kakinya bergerak gelisah. Bibirnya terus melolong desahan yang tidak bisa ditahan lagi.     

Mata keduanya saling terpejam menikmati indahnya malam yang bertabur dengan penuh kerinduan. Keduanya terbakar gairah sampai menjelang pagi.     

Dae Hyun menghentikannya setelah melihat Soo Yin yang terlihat lemas. Lalu membaringkan tubuhnya di samping sang istri. Ditutupnya tubuh mereka menggunakan selimut tebal kemudian tertidur untuk melepaskan penat setelah malam panas yang mereka lakukan.     

===============================     

Tok … tok … tok      

Terdengar suara ketukan pintu hingga berkali-kali dari luar. Namun Soo Yin masih begitu nyaman memeluk tubuh suaminya. Kulit mereka saling menempel memberikan kehangatan yang belakangan tidak Soo Yin rasakan.     

"Soo Yin, bangunlah. Segera turun karena kita akan sarapan," panggil Seo Kyung seraya menggedor pintu lebih kuat lagi karena tidak ada jawaban putrinya.     

Perlahan suara ketukan pintu mengganggu telinga Soo Yin. Ia lantas membuka matanya dan mendengar panggilan ibunya.     

"Ibu?" gumamnya sembari bangkit duduk. Hendak turun dari ranjang tapi ia menyadari jika tidak memakai apapun. Tubuhnya juga masih terasa kaku dan pegal-pegal.     

"Ada apa, Bu?" sahut Soo Yin dengan suara keras.     

"Apakah kau baru bangun?" tanya Seo Kyung.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin dengan rasa malas.     

"Segera bersihkan dirimu. Ayo kita makan bersama di bawah." Kebetulan sekali keluarga besar Richard belum kembali dari mansion mereka.     

Mereka harus berkumpul agar lebih dekat lagi satu sama lain.     

"Baiklah, jika aku tidak turun setengah jam lagi kalian sarapan saja. Aku akan menyusul," tukas Soo Yin.     

"Jangan terlalu lama." Terdengar suara langkah kaki Seo Kyung menjauh pergi.     

Bukannya bangkit tapi Soo Yin justru membaringkan tubuhnya kembali di sisi Dae Hyun. Rasanya ia sangat malas untuk turun bersama mereka.  Ia harus mencerna terlebih dahulu apa yang mereka katakan jika menggunakan bahasa Inggris.     

Soo Yin memiringkan tubuhnya untuk memandang Dae Hyun yang madih tertidur pulas. Sepertinya suaranya yang keras tidak mengusiknya.     

"Aku tidak sanggup jika harus berpisah darimu," ucap Soo Yin lirih. Tangannya bergerak menyusuri wajahnya.     

Ia berharap masih ada waktu dan kesempatan untuk mereka bersama. Semoga saja apa yang terjadi di masalalu mengenai keluarganya hanyalah kesalahpahaman saja.     

Dae Hyun menahan tangan Soo Yin saat hendak terangkat dari pipinya.     

"Memangnya kau mau kemana? Kita tidak akan terpisah," ucap Dae Hyun dengan mata terpejam membalas perkataan Soo Yin yang tadi samar-samar terdengar di telinganya.     

"Kau sudah bangun?" tanya Soo Yin terkesiap. Tidak menyangka jika Dae Hyun hanya pura-pura tertidur saja.     

Dae Hyun perlahan membuka matanya untuk menatap wajah cantik yang selalu dirindukannya.     

"Aku tegaskan, kita tidak akan terpisah apapun yang terjadi. Aku akan berusaha keras untuk meluluhkan hati kedua orang tuamu," terang Dae Hyun dengan tegas.     

Masalahnya tidak segampang itu tapi Soo Yin akan percaya apapun yang akan dikatakan oleh suaminya.     

"Mandi dan turunlah. Jangan sampai keluargamu menunggu terlalu lama," ujar Dae Hyun.     

"Aku tidak mau," tolak Soo Yin dengan nada manja. Berada jauh dari Dae Hyun tidak ada tempat untuk bermanja-manja. Membuatnya terpaksa untuk bersikap dewasa.     

"Jadi kau akan terus berada di sini? Apakah kau sudah bersiap mereka tahu sekarang aku berada di dalam kamarmu?" tanya Dae Hyun.     

"Baiklah." Akhirnya Soo Yin bangkit duduk dengan wajah cemberut.     

"Ayo kita mandi bersama-sama," ajak Dae Hyun. Ikut turun dari ranjang kemudian membopong tubuh Soo Yin.     

Ada kecurigaan jika Soo Yin menyembunyikan sesuatu besar darinya. Namun Dae Hyun akan menyelidikinya sendiri. Sepertinya ada masalah yang rumit.     

Setelah selesai mandi, Dae Hyun membantu mengeringkan rambut Soo Yin dengan handuk kecil. Kemudian menyisirnya pelan.     

"Tetaplah di sini, aku akan mengambilkan makanan untuk sarapan," ujar Soo Yin setelah selesai bersiap.     

"Aku seperti berada di dalam penjara," gerutu Dae Hyun sembari menghela nafas panjang.     

"Ini demi kebaikan kita." Soo Yin mengecup bibir Dae Hyun singkat kemudian bergegas pergi meninggalkan kamarnya. Jangan sampai keluarganya curiga.     

Di ruang makan semua orang sudah berkumpul. Hanya tersisa satu kursi untuk Soo Yin saja. Sesuai permintaan Soo Yin mereka sudah memulai sarapan terlebih dahulu tanpa menunggunya.     

"Maaf, aku terlambat," ujar Soo Yin seraya tersenyum ramah kepada semua keluarga ayahnya. Ia sendiri tidak ingat siapa saja nama-nama mereka.     

Soo Yin segera menarik kursi untuk duduk tepat di samping Brian.     

"Makanlah yang banyak." Seo Kyung memasukkan makanan ke dalam piring Soo Yin.     

"Terima kasih, Bu," sahut Soo Yin.     

Mereka makan dalam keadaan tenang meskipun ada beberapa yang mencoba membuka obrolan. Soo Yin hanya menyimak pembicaraan mereka.     

"Soo Yin, maukah kau hari ini pergi keliling London?" bisik Brian Lee di telinga Soo Yin. Merasa bersalah karena saat itu pernah menolak permintaan ayahnya untuk mengajak Soo Yin.     

Soo Yin menoleh sambil mengernyitkan dahinya. Hendak menolak tapi kemudian memikirkan sesuatu. Sepertinya ini kesempatan untuk bertemu Dae Hyun di luar. Namun bagaimana caranya membawa Dae Hyun keluar dari rumah itu?     

"Boleh, kebetulan sekali aku juga ingin bertemu dengan seseorang," ujar Soo Yin.     

Brian Lee belum mengetahui jika Soo Yin sudah menikah. Lagi pula tidak akan ada yang menyangka Soo Yin menikah karena umurnya masih terlalu muda.     

"Benarkah? Siapa dia?" tanya Brian Lee ingin tahu.     

"Dia … dia atasanku saat aku bekerja. Kebetulan sekarang sedang ada urusan di sini," sahut Soo Yin tergagap. Jika mengatakan sebagai teman maka Brian tidak akan percaya setelah mereka bertemu.     

Teman apa umurnya terlihat jauh lebih tua. Beruntung ayahnya sepertinya masih sibuk sehingga belum mencari tahu tentang semua anggota keluarga Park Ji Hoon. Namun Soo Yin yakin Peter sudah mengatakannya.     

"Baiklah, kita pergi setelah selesai sarapan." Tidak ada kecurigaan sama sekali karena Brian mengetahui dulu hidup Soo Yin tidak terlalu beruntung. Wajar jika Soo Yin dulu bekerja keras.     

"Brian, apakah di sini ada pintu masuk atau keluar yang tidak dijaga? Dari depan terlalu banyak pengawal. Aku sangat tidak nyaman jika ingin keluar," bisik Soo Yin.     

"Ada, di dekat taman ada pintu rahasia. Kau bisa menggunakannya jika ingin keluar kapanpun kau mau. Namun jangan memberitahukan kepada siapapun," terang Brian.     

"Hmm, terima kasih." Soo Yin senang bisa menemukan jalan untuk Dae Hyun tanpa takut ketahuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.