Istri Simpanan

Bab 583 - Tidak ingin berpisah



Bab 583 - Tidak ingin berpisah

0Queen Mary's Garden     
0

Dae Hyun mengajak Soo Yin ke sebuah taman bunga mawar yang ada London. Ia sangat mengetahui bagaimana istrinya sangat menyukai bunga.     

Taman tersebut menyuguhkan suasana romantis dan pemandangan indah dengan koleksi lebih dari 12 ribu bunga mawar dari berbagai jenis dan bentuk.     

Dae Hyun baru saja memarkirkan mobilnya di area parkir taman. Ini pertama kalinya bagi Soo Yin untuk datang ke sana. Wajahnya langsung berbinar melihat sepanjang mata memandang terlihat hamparan bunga yang sangat luas.     

Dae Hyun mengajaknya ke sana karena teringat ketika pertama kali membawanya ke pulau Jeju. Soo Yin tidak ingin pulang karena masih betah berada di Bungee Artpia.      

Janji Dae Hyun untuk membawanya ke sana belum bisa ditepati. Sebagai gantinya tidak ada salahnya untuk mengajaknya ke tempat lain.     

"Dari mana kau tahu tempat ini?" tanya Soo Yin tanpa mengalihkan pandangannya dari hamparan bunga.     

"Tidak usah dipikirkan. Ayo kita turun atau kau ingin tetap berada di sini?" ajak Dae Hyun.     

Soo Yin lantas melepaskan sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya.     

"Tentu saja turun, sayang jika kita melewatkannya," tukas Soo Yin.     

Soo Yin benar-benar rindu momen seperti ini. Bergandengan tangan dengan Dae Hyun tanpa ada yang mencurigai mereka. Belakangan tidak ada waktu untuk sekedar pergi bersama. Ia pikir tidak akan ada kesempatan lagi tapi ternyata Tuhan masih begitu baik padanya.     

"Apakah tidak apa-apa merepotkan Brian?" tanya Dae Hyun. Tangannya tidak terlepas dari pinggang Soo Yin.     

"Tidak, dia dan kekasihnya juga lama tidak berjumpa. Kepergiannya bersamaku digunakan dengan baik. Semoga Gong Yoo dan yang lain tidak curiga."     

"Baiklah." Ingin Dae Hyun bertanya lebih jauh lagi tapi tidak ingin suasana romantis mereka menjadi kacau.     

Keduanya berkeliling tanpa melepaskan tangan. Seolah itu adalah terakhir mereka bersama.     

"Aku lapar," rengek Soo Yin. Seperti biasa nadanya terdengar sangat manja. Mana mungkin Dae Hyun bisa menolak keinginannya.      

"Bukankah kau baru saja sarapan?" tanya Dae Hyun.     

"Aku ingin makan lagi. Setelah ini kita tidak tahu kapan akan bersama," ungkap Soo Yin dengan nada sedih.      

"Hei, jangan berkata seperti itu. Aku yakin kita bisa melewati masalah apapun yang terjadi dalam hidup kita."     

"Kau benar." Soo Yin menyandarkan kepalanya di lengan Dae Hyun ingin berpikir positif.     

Dae Hyun mengajak masuk ke dalam cafe yang ada di Queen Mary's Garden. Dari sana kita bisa melihat bunga-bunga mawar. Sangat romantis dan membuat betah.     

Setelah memesan makanan mereka saling menyuapi satu sama lain. Sejujurnya Dae Hyun masih kenyang. Namun demi istri tercinta apapun akan ia lakukan.     

Jangankan makan meski sudah kenyang, jika Soo Yin memintanya untuk memakan bunga mawar akan dilakukan. Satu hal yang menjadi tujuan hidupnya adalah membahagiakan Soo Yin dan Yeon Ho. Meski bukan putranya tapi rasa sayang itu masih terlalu besar.     

Setelah selesai makan, Soo Yin kembali mengajak berkeliling. Berjalan di antara bunga-bunga yang memiliki banyak warna.     

"Aku ingin memiliki taman bunga di Korea," ungkap Soo Yin berkhayal.     

Soo Yin mendengus karena khayalannya terlalu tinggi dan rasanya tidak mungkin.     

"Apakah kau ingat sebuah tempat yang aku tunjukkan saat berada di Bungee Artpia?" tanya Dae Hyun.     

Soo Yin menyipitkan matanya. Mengulang kembali memori lama yang telah berlalu. Namun samar-samar Soo Yin masih mengingatnya.     

"Aku masih mengingatnya. Kau bilang ingin mendirikan rumah di sana," tukas Soo Yin.     

"Benar, rumah itu sudah hampir jadi. Di sekitar rumah aku sudah meminta orang untuk menanam bunga di sekitarnya. Setelah mengadakan pesta pernikahan kita akan tinggal untuk beberapa waktu di sana. Aku ingin hidup tenang bersamamu beberapa waktu saja. Menjauh dari kesibukan yang tiada habisnya," terang Dae Hyun. Dikecupnya punggung telapak tangannya dengan begitu lembut. Pikirannya penuh angan-angan yang penuh dengan kebahagiaan.     

Soo Yin memandang ke arah lain. Matanya berkaca-kaca, seandainya Dae Hyun tahu pasti akan sangat terkejut. Haruskah ia mengatakannya saat ini? Namun dirinya belum sanggup melihat reaksi dari Dae Hyun. Tak ingin jika sampai suaminya membenci Park Ji Hoon.     

"Kau menangis?" Dae Hyun menghentikan langkahnya saat menyadari ada butiran kristal yang mengembun di sudut mata sang istri.     

"Tidak, aku hanya tersentuh saja dengan ucapanmu." Soo Yin segera mengusap pelupuk matanya dengan punggung tangan.     

Saat ini mereka harus merasakan kebahagiaan bukannya kesedihan.     

"Aku akan membawamu kesana setelah semuanya sempurna. Kau pasti akan sangat senang dengan istana yang kubuat."     

"Aku akan senang jika bersamamu," ungkap Soo Yin. Nyatanya meski tinggal di mansion Richard yang seperti istana, hati Soo Yin terasa hampa.     

Dae Hyun dan Soo Yin berkeliling kota London sampai tidak kenal waktu. Rasanya baru saja sebentar tapi hari sudah malam.     

Sesuai perjanjian, Dae Hyun membawa Soo Yin ke taman semua dimana Brian masih di sana bersama Sarah.     

"Kau akan ikut bersama denganku pulang, kan?" tanya Soo Yin.     

Dae Hyun menggaruk pelipisnya karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga.     

"Apakah kau keberatan jika aku kembali ke hotel?" tanya Dae Hyun dengan ragu.     

Wajah Soo Yin langsung berubah cemberut karena tidak ingin berpisah dengan suaminya. Bisa dipastikan jika malam ini tidak akan bisa tidur.     

"Tenanglah, aku akan ikut pulang bersamamu. Akankah aku melewati pintu rahasia lagi?" tanya Dae Hyun sambil mengulurkan tangannya agar dagu Soo Yin terangkat.      

"Maaf, aku belum bisa membawamu menghadap pada orang tuaku." Soo Yin menatap sedih, sejujurnya tidak tega berbohong.     

"Aku mengerti." Dae Hyun tersenyum hangat. Mengusap bibir Soo Yin dengan ibu jarinya. Kini ia menjulurkan kepalanya mendekati bibir Soo Yin.     

Tok … tok … tok ….     

Keduanya saling menarik diri karena tiba-tiba saja ada yang mengetuk kaca jendela mobil.     

"Brian?" Soo Yin lantas menurunkan kaca mobil.     

"Apakah kalian ingin berada terus di sini dan tidak ingin pulang? Aku menunggu kalian berdua sampai berakar," gerutu Brian Lee.     

"Maaf," ucap Soo Yin  sembari meringis. Merasa tidak enak hati karena sepertinya datang terlalu malam.     

"Cepatlah keluar, sejak tadi ayah terus menghubungiku. Menanyakan dimana keberadaan kita. Bahkan Gong Yoo sepertinya curiga karena saat dia menemuiku, kita tidak sedang bersama," ungkap Brian Lee.     

"Baiklah." Soo Yin lantas buru-buru turun dari mobil. Aneh memang jika mereka tetap berada satu tempat yang sama. Pastinya sangat membosankan.     

Soo Yin mengikuti langkah Brian kembali masuk ke area taman yang sudah mulai sepi. Mereka melewati pintu masuk yang lain agar tidak ketahuan Gong Yoo.     

"Sebenarnya dari mana kalian seharian sampai tidak tahu waktu?" gerutu Brian Lee.     

"Kami hanya berkeliling ke beberapa tempat saja. Apakah Sarah sudah pulang?" tanya Soo Yin.     

"Sudah sejak sore dia pulang. Orang tuanya akan cemas jika pulang terlalu malam."      

Soo Yin mengangguk paham. Mengerti karena Kim Nam dulu akan merasa khawatir jika ia pulang terlambat sedikit saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.