Istri Simpanan

Bab 585 - Bukan pria pengecut



Bab 585 - Bukan pria pengecut

0Richard Lee mengamati ke sekeliling ruangan. Tidak ada yang mencurigakan, tidak ada tanda-tanda seperti apa yang dikatakan oleh Seo Kyung. Hingga mata Richard menangkap ada pemantik api di meja rias Soo Yin.     
0

"Baiklah, kalau begitu bacakan aku cerita dongeng seperti anak-anak lainnya," pinta Soo Yin.     

"Tentu, berbaringlah," perintah Richard Lee.     

Soo Yin lantas naik ke atas ranjang. Membaringkan tubuhnya dengan perasaan rumit. Jujur saja menurutnya Richard sangat aneh malam ini.     

Richard duduk di samping Soo Yin yang sudah merentangkan selimut menutupi tubuhnya.     

"Soo Yin, ada satu hal yang ingin aku katakan padamu. Kuharap mulai sekarang kau menjauhi dan tidak usah berhubungan lagi dengan suamimu. Meski berat, tapi cobalah untuk mengerti," ucap Richard Lee sembari menghembuskan nafasnya kasar.     

Tak ada maksud untuk memisahkan kebahagiaan Soo Yin. Namun kesalahan Park Ji Hoon di masa lalu tidak bisa dimaafkan. Sudah sekian lama dirinya diam saja. Setelah kebenaran terungkap, Richard semakin ingin membalasnya.     

Bukan hanya itu, mendengar penjelasan Peter dan Gong Yoo tentang Dae Hyun yang menikahi Soo Yin secara sembunyi-sembunyi mengingatkannya di masa lalu. Richard tidak ingin Soo Yin mengalami nasib yang buruk.     

"Tidak bisakah kalian melupakan semuanya?" Suara Soo Yin terdengar sendu. Ia saat ini sangat takut Dae Hyun menguping pembicaraan mereka.     

"Tidak semudah itu, Soo Yin. Mereka harus merasakan sakit yang kalian rasakan. Tinggal menunggu waktu saja karena Peter sudah mengurus semuanya," terang Richard Lee.     

"Ayah, aku ingin tidur sebaiknya bacakan aku cerita," ujar Soo Yin untuk mengalihkan pembicaraan. Kasihan jika Dae Hyun berada di dalam kamar mandi terlalu lama.     

Soo Yin pura-pura menguap untuk lebih meyakinkan Richard jika benar-benar mengantuk.     

Richard Lee menuruti permintaan Soo Yin untuk membacakan sebuah cerita. Dengan gerakan lembut, tangannya bergerak mengusap kepala Soo Yin.     

Memori masa kecil yang hilang dari kehidupan mereka kini bisa keduanya rasakan. Meskipun Soo Yin merasakannya dengan hampa karena hal lain yang sedang dipikirkan.     

Hal ini sedikit bisa mengobati rasa rindu di hati Richard.     

Tidak lama kemudian, Soo Yin berusaha sebisa mungkin untuk tidur. Kini nafasnya terdengar teratur.     

"Cepat sekali kau tidur," gumam Richard Lee lirih sembari membenahi selimut yang menutupi tubuh putrinya agar lebih rapat lagi.     

"Aku akan membalas apa yang sudah mereka lakukan padamu," ucap Richard Lee. Sudah banyak yang didengarnya dari Peter perlakuan keluarga Park Ji Hoon pada putrinya.     

Dae Hyun sejak tadi menempelkan telinganya di daun pintu, berharap bisa mendengar apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Namun ucapan mereka terlalu lirih untuk didengar.     

Richard Lee bangkit dari ranjang Soo Yin kemudian mengambil pemantik api yang ada di tepi meja rias. Itu terlihat seperti brand dari Korea.     

Sebelum keluar, Richard Lee berkeliling untuk memastikan tidak ada siapapun di dalam. Hingga perlahan kakinya melangkah menuju kamar mandi.     

Dae Hyun lantas bersembunyi di balik pintu. Ia seperti seorang maling yang takut ketahuan.     

Ceklek ….     

Richard Lee membuka pintu, hendak melangkah masuk tapi mengurungkan niatnya.     

Soo Yin mengintip ayahnya yang sedang berkeliling. Ingin melarang Richard tapi dia pasti akan curiga kalau dirinya tidak tidur.     

Setelah memastikan tidak ada siapapun di kamar putrinya, Richard Lee mematikan lampu hingga tersisa lampu tidur saja. Lantas bergegas keluar dan menutup pintu rapat-rapat.     

"Ughh," gerutu Soo Yin dengan nafasnya yang terengah-engah karena menahan rasa gugup.     

Soo Yin bangun lantas berlari-lari kecil untuk mengunci pintu. Jangan sampai tiba-tiba ada yang membuka pintu dari luar.     

"Sayang," panggil Soo Yin sambil memutar knop pintu kamar mandi.     

"Ayahmu sudah keluar?" tanya Dae Hyun.     

"Sudah, kau tidak perlu sembunyi lagi," ujar Soo Yin. Lantas menarik pergelangan tangan Dae Hyun agar mengikutinya keluar.     

"Mau kemana? Apakah kau lupa jika aku belum sempat membasuh tubuhku?" Dae Hyun mengingatkan sang istri karena di tubuhnya masih banyak buih sabun yang menempel.     

"Ya ampun aku lupa. Kupikir kau sudah selesai," tukas Soo Yin.     

Dae Hyun terkekeh karena wajah istrinya yang terkejut terlihat lucu.     

"Cepatlah mandi, aku tidak ingin kau kedinginan," ujar Soo Yin.     

Soo Yin menyingkirkan pakaian kotor Dae Hyun. Menyembunyikannya di tempat aman dan tidak terlihat. Hampir saja ia jantungan jika Dae Hyun sampai ketahuan berada di dalam kamarnya.     

Keduanya sudah berbaring di atas ranjang. Namun sejak tadi suasana hening. Baik Soo Yin maupun Dae Hyun tidak ada yang membuka suara. Mereka masih terbuai dalam pikiran masing-masing.     

"Apakah ayah tahu jika aku berada di sini? Sebaiknya izinkan aku untuk menghadapnya. Jika aku sembunyi seperti ini, pasti ayahmu akan mengira jika diriku seorang pria penakut dan tidak bertanggung jawab. Apalagi jika sampai ketahuan, kemungkinan besar ayah dan ibumu akan semakin tidak suka," terang Dae Hyun sembari menatap langit-langit kamar. Mengamatinya setiap ukiran yang terbentuk.     

Soo Yin menolehkan wajahnya ke arah Dae Hyun. Memang benar apa yang dikatakan suaminya. Jika mereka terus bersembunyi dan Dae Hyun tidak ada niat menjemputnya pasti akan dianggap sebagai pria pengecut.     

"Apakah kau sudah bersiap untuk menerima segala kemungkinan yang terburuk dari orang tuaku?" tanya Soo Yin. Setidaknya harus memastikan terlebih dahulu kesiapan suaminya.     

Dae Hyun ikut memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Soo Yin.     

"Aku akan siap menerima segala konsekuensinya. Kita tidak pernah tahu jika tidak mencoba. Meski ayahmu harus marah atau pun memukulku, aku tidak masalah. Memang salahku karena sudah menikahimu dan berbohong," terang Dae Hyun. Tangannya bergerak mengusap pipi Soo Yin dengan begitu lembut. Dirinya tidak pernah main-main dengan ucapannya.     

"Apakah kau akan memperjuangkan kebahagiaan kita apapun yang terjadi?" tanya Soo Yin.     

"Tentu, Sayang. Selama ini kau sudah banyak berkorban dan bersabar menungguku berpisah dengan Aeri. Sekarang mungkin giliranku yang melakukannya." Dae Hyun tersembunyi hangat. Matanya menatap lekat wajah Soo Yin yang sama sekali tidak pernah membosankan untuk dilihat.     

"Aku tidak tahu kita akan menjadi seperti ini. Kuharap jika ayah dan ibu marah, jangan membalasnya dengan kata-kata yang menyakitkan." Kemungkinan besar jika Dae Hyun menghadap ayahnya pasti tentang Park Ji Hoon akan terbongkar. Di saat itulah Soo Yin takut jika suaminya akan marah.     

"Mana mungkin aku berani berkata kasar dengan mertuaku." Dae Hyun terkekeh geli.     

"Kapan aku harus menemui ayah dan ibu? Apakah sekarang juga?" Dae Hyun hendak bangkit tapi Soo Yin sudah menahannya.     

"Besok saja, ini sudah malam. Kau besok datang dalam rangka untuk menjemputku." Soo Yin menarik tubuh Dae Hyun untuk memeluknya.     

"Baiklah, aku akan datang sebagai pria pemberani besok. Akan kutunjukkan pada ayah dan ibu jika aku menikahimu tidak main-main." Dae Hyun mengusap punggung Soo Yin.     

"Berjuanglah," ucap Soo Yin untuk menyemangati suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.