Istri Simpanan

Bab 589 - Tidak ada salahnya berharap



Bab 589 - Tidak ada salahnya berharap

0Pintu terbuka, Soo Yin langsung memasang ekspresi sedih agar ayah dan ibunya tidak curiga. Ia tidak ingin lagi memohon karena usahanya sia-sia seperti apa yang katakan oleh Brian.     
0

"Soo Yin, kuharap kau mengerti dengan semua ini. Mungkin awalnya akan sakit tapi lama-lama kau juga akan terbiasa. Seandainya yang menjadi suamimu bukan putra Park Ji Hoon, pasti kami tidak mempermasalahkan." Seo Kyung mendekati Soo Yin lalu memeluknya untuk sedikit memberi pengertian.     

Soo Yin hanya diam saja karena pada akhirnya ucapannya tidak akan berarti apa-apa. Ia bisa saja membalikkan fakta tapi tidak ingin menyakiti perasaan ibunya dengan ucapannya yang kasar.     

"Aku mengerti, Bu." Soo Yin menyandarkan kepalanya di pundak ibunya. Kepalanya terasa berdenyut dan butuh sandaran.     

Demi ibunya, Soo Yin akan mencoba untuk kuat berpisah sementara dengan Dae Hyun.     

Seo Kyung memeluk putrinya dengan erat. Ada perasaan tidak tega karena ini mengingatkannya dengan nasib yang menimpa dirinya di masa lalu. Tapi kali ini ia sungguh belum bisa menerima semuanya.     

"Apakah kau ingin pergi keluar lagi hari ini?" tanya Seo Kyung untuk sedikit menghibur hati putrinya.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya, tak ada semangat lagi karena Dae Hyun sudah meninggalkan London. Seandainya masih seperti kemarin mungkin dengan senang hati.     

Gong Yoo memandang mereka dari luar kamar dengan tatapan rumit. Tidak tahu mengapa ia justru agak senang mengetahui Richard Lee menentang hubungan Soo Yin dengan suaminya. Sejak pertama kali bertemu dengan Soo      

Yin saat di bar, Gong Yoo sudah jatuh cinta karena ia pikir saat itu wanita muda itu belum menikah.     

Dengan langkah berat Gong Yoo memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Soo Yin.     

"Soo Yin, jika kau ingin pergi keluar aku bisa menemanimu," ujar Gong Yoo dengan gugup. Ia merasa seperti seorang pahlawan kesiangan yang mungkin tidak berarti.     

Soo Yin menoleh ke arah Gong Yoo dengan tatapan menyelidik. Ada perasaan kesal karena pasti Gong Yoo turut andil dalam melaporkan apa yang terjadi padanya di Seoul. Benar apa kata Dae Hyun jika dia seorang penjilat.     

"Pergilah, Gong Yoo pasti akan menjagamu," bujuk Seo Kyung dengan wajah berbinar.     

Seorang wanita yang baru patah hati tidak diperbolehkan sendiri agar ia tidak berpikir yang macam-macam. Sangat berbeda dengan Seo Kyung di masa lalu. Tak ada satupun keluarganya yang mendukung di saat masa-masa tersulit. Semua anggota keluarganya mencibir apa yang terjadi dalam hidupnya. Itulah yang membuat hidupnya semakin terpuruk.     

'Maafkan ibu, Soo Yin. Kau harus merasakan apa yang ibu rasakan. Namun kau tidak sendiri karena aku akan selalu di sampingmu,' batin Seo Kyung dengan rasa sesak di dada. Batinnya akan lebih terluka jika melihat putrinya bersama putra dari seorang yang membuat hidupnya hancur.     

Jika hal di masa lalu tidak terjadi, mungkin mereka tidak akan mengalami hal yang terlalu sulit.     

"Aku tidak ingin kemanapun. Sebaiknya kalian pergi saja karena aku ingin sendiri," tolak Soo Yin sembari melangkah ke arah balkon. Ia butuh waktu untuk sendiri.     

"Ibu, biarkan Soo Yin sendiri. Lain kali saja mengajaknya keluar," ujar Brian.     

Gong Yoo agak kecewa mendengar penolakan Soo Yin. Namun ia mencoba untuk mengerti.     

Mereka semua akhirnya meninggalkan Soo Yin seorang diri di dalam kamar.     

================================     

Beberapa hari ini Soo Yin menjalani hidup dengan banyak termenung dan memilih menyendiri di kamarnya. Tubuhnya lebih kurusan karena tidak mau makan.     

Barulah sore ini wanita muda itu keluar dari kamarnya. Duduk di tepian kolam sambil melihat angsa yang berenang. Di sana cukup bisa menghibur hatinya, meski tidak akan bisa melupakan tentang Dae Hyun.     

"Hmmm," ujar Gong Yoo untuk menarik perhatian Soo Yin karena ia tampak tidak mendengar suara langkah kakinya yang mendekat.     

"Untuk apa kau datang kemari? Apakah kau ingin mendekatiku karena sudah merasa bebas?" tebak Soo Yin sembari tersenyum getir. Merasa terlalu percaya diri kali ini setelah berpisah dengan Dae Hyun.     

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Apakah aku terlalu mencolok mengungkapkan perhatianku?" Gong Yoo justru balik bertanya. Tak ingin menutupi apa yang dirasakannya saat ini.     

Soo Yin menoleh ke arah Gong Yoo sambil menyipitkan matanya.     

"Tidak usah bermimpi karena aku tidak akan berpisah dengan Dae Hyun. Aku yakin ada jalan untuk kami bersama," ucap Soo Yin dengan penuh keyakinan yang besar.      

Soo Yin tidak ingin mengulangi kesalahannya dengan memberikan harapan palsu seperti pada Kim Soo Hyun. Cukup sekali kesalahpahaman itu terjadi.     

"Tidak ada salahnya berharap. Selama orang tuamu masih menentang, setidaknya masih ada kesempatan yang terbuka lebar untukku," balas Gong Yoo dengan enteng. Seringai penuh kemenangan terukir di bibirnya.     

"Dasar pria tidak tahu malu. Masih banyak di dunia ini wanita yang baik. Kenapa kau lebih suka menggoda istri orang? Apakah pekerjaanmu mengganggu istri pria lain?" gerutu Soo Yin dengan nada sedikit meninggi.     

"Memangnya kenapa jika istri orang? Yang paling penting dia seorang wanita. Seharusnya kau lebih marah jika aku menyukai Dae Hyun," ucap Gong Yoo dengan santai. Tidak peduli kekesalan Soo Yin, ia ikut duduk di sebelah Soo Yin.     

"Tidak lucu!" cibir Soo Yin dengan suara sarkas.     

"Tidak usah terlalu cemberut seperti itu. Aku yakin Dae Hyun menyesal karena sudah menikahi gadis pemarah," ujar Gong Yoo sambil terkekeh. Sedikit berusaha untuk membuat Soo Yin tidak termenung lagi meskipun harus membuatnya kesal.     

"Apa kau bilang?" Soo Yin memandang Gong Yoo sembari memicingkan matanya. Lalu dengan kuat memukul bahu Gong Yoo dengan tangannya. Meluapkan semua kekesalan dan amarah yang beberapa hari belakangan dirasakannya.     

Bukannya mengelak, Gong Yoo justru diam saja. Seolah memang membiarkan wanita di sampingnya meluapkan amarahnya. Ia merasa bersalah karena sudah turut andil mengadu pada Richard Lee tentang hubungannya dengan Dae Hyun.     

"Kau memang pria yang sangat menyebalkan!" Soo Yin terus meninju bahu Gong Yoo dengan amarah yang memuncak.     

"Kau bisa memukulku jika hal itu bisa membuat hatimu lega," ucap Gong Yoo.     

"Kenapa kau diam saja? Kenapa kau tidak melawan?" teriak Soo Yin dengan nafas yang terengah-engah.     

"Untuk apa aku melawan? Aku justru senang, meski setelah ini tubuhku sakit samua tapi setidaknya aku bisa berada sedekat ini denganmu," ucap Gong Yoo tanpa merasa bersalah.     

"Menyebalkan, pergilah dari sini sebelum aku memukul kepalamu dengan kayu. Aku cemas kau tidak akan hidup lagi setelah ini," ancam Soo Yin dengan bibir mengerucut.     

"Tidak masalah jika kau ingin memukulku. Aku akan mati dengan damai karena kau yang melakukannya." Gong Yoo menyeringai.     

"Jika kau tidak mau pergi maka aku yang akan pergi," ujar Soo Yin. Dengan cepat ia sudah berdiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.