Istri Simpanan

Ban 590 - Sebuah rencana



Ban 590 - Sebuah rencana

0Soo Yin berjalan menjauhi Gong Yoo. Bukannya menghibur hatinya tapi ternyata pria itu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Itu sebabnya Soo Yin sangat kesal.     
0

Jika sendiri seperti itu, bayangan wajah Dae Hyun kembali hadir dalam ingatannya semakin kuat. Berada jauh seperti ini sangat menyiksa perasaannya.     

Dengan langkah lesu Soo Yin berjalan ke arah ayunan yang terletak tidak terlalu jauh dari kolam. Tinggal di rumah orang tuanya, Soo Yin justru merasa seperti berada di dalam sangkar. Pergerakannya terbebas, tidak bisa melakukan apapun dengan sesuka hatinya.     

Seo Kyung dan Richard Lee berdiri tidak jauh dari tempat Soo Yin berada. Mereka sedih melihat putrinya sekarang rampak tidak bersemangat lagi. Berbicara saja sudah jarang-jarang. Jika tidak ada kepentingan maka dia tidak akan mengobrol dengan orang lain.     

"Richard, aku tidak tega melihatnya seperti itu terus," ujar Seo Kyung. Matanya memandang nanar putri kesayangannya.     

"Dia hanya belum terbiasa." Richard Lee merengkuh bahu Seo Kyung lalu mengusapnya dengan lembut.     

Sekeras apapun seorang ibu pasti memiliki sisi lembut seperti yang Seo Kyung rasakan saat ini. Meski awalnya sangat menentang kini perasaannya sudah mulai luluh.     

"Kita akan pergi ke Korea. Aku ingin menyelesaikan masalah kita dengan Park Ji Hoon. Keluarganya harus menderita seperti apa yang kalian rasakan," terang Richard Lee.      

"Kapan kita pergi?" tanya Seo Kyung. Setidaknya ia juga ingin bertemu dengan Kim Nam yang sudah membantu banyak dalam kehidupan mereka.     

"Secepatnya," sahut Richard Lee. Lagi pula ada beberapa urusan kerjasama yang dikelola oleh Peter. Sudah terlalu lama tidak mengurus sendiri pekerjaan ke luar negeri.     

"Apakah sebaiknya kita membawa Soo Yin?" tanya Seo Kyung.     

Inilah yang ditakutkan oleh Richard. Akan serba salah jika mengajak Soo Yin. Usahanya untuk balas dendam kemungkinan besar tidak akan terlaksana.     

"Untuk sementara kita pergi secara diam-diam. Setelah keadaan cukup memungkinkan barulah kita menjemput Soo Yin," terang Richard.     

Tanpa sengaja Brian menguping pembicaraan kedua orang tuanya. Agak terkejut dengan rencana yang akan mereka lakukan. Mungkin ini adalah kesempatan untuk membantu Soo Yin.     

"Aku akan meminta orang-orangku untuk mempersiapkan perjalanan kita," ujar Richard Lee.     

Seo Kyung menganggukan kepalanya dengan perasaan yang berkecamuk di hatinya. Sedih karena Soo Yin belum bisa ikut bersama mereka.     

Brian segera bersembunyi di balik tiang saat kedua orang tuanya beranjak pergi. Jangan sampai ia dicurigai karena akan berbahaya untuk dirinya juga.     

Setelah memastikan orang tuanya tidak terlihat lagi, Brian menghampiri Soo Yin yang tengah duduk di ayunan. Pandangannya terlihat kosong hingga tidak menyadari kehadiran Brian yang berada tepat di belakangnya.     

Brian mengayun pelan dengan mendorong pada kedua sisi tali agar ayunan bergerak.     

Soo Yin menolehkan kepalanya saat bisa merasakan tubuhnya bergerak. Matanya agak berbinar karena seperti melihat penolong untuknya. Beberapa hari belakangan Brian tidak ada di rumah sehingga menyulitkannya tidak bisa berkomunikasi dengan Dae Hyun.     

"Kenapa kau baru pulang?" ujar Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya. Meski kesal tapi kali ini jauh lebih bersemangat.     

"Maaf, aku ada urusan sedikit." Brian tetap mengayun dengan gerakan pelan.     

"Brian, aku ingin bertemu Dae Hyun," rengek Soo Yin dengan nada manja. Ia seperti mendapatkan sandaran yang mengerti perasaannya.     

"Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya," ucap Brian dengan senyumnya yang lebar.     

Soo Yin mengerjapkan kedua bola matanya. Mendadak otaknya berhenti berpikir sehingga kurang bisa menebak maksud dari Brian.     

"Kenapa kau tampak terlihat tidak senang? Apakah kau tidak suka bertemu kembali dengan Dae Hyun?" tanya Brian.     

"Kau bilang sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Bagaimana mungkin? Apakah dia menghubungimu dan mengatakan akan kembali kesini?" Wajah Soo Yin terlihat lebih cerah membayangkan mereka akhirnya bisa bertemu.     

"Tidak, dia mungkin sibuk sehingga tidak ada waktu untuk menghubungimu," sahut Brian.     

Bibir Soo Yin langsung cemberut seperti semula karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.     

"Tidak usah sedih seperti itu." Brian terkekeh melihat adiknya yang selalu putus asa.     

"Kukira aku akan bertemu dengannya tapi ternyata kau hanya menipu untuk menyenangkan hatiku saja." Soo Yin menggerutu karena dua orang pria sore ini sudah membuatnya sangat kesal.     

"Mana mungkin aku menipu adikku. Ayah dan ibu akan pergi ke Korea," ungkap Brian Lee lirih di telinga Soo Yin.     

"Benarkah?" tanya Soo Yin dengan suara yang keras karena terlalu bersemangat. Namun segera membungkam mulutnya dengan tangan takut ada yang menguping.     

Brian memandang ke sekeliling mereka untuk memastikan tidak ada siapapun di sana. Takut jika rencananya akan gagal.     

"Tapi sepertinya mereka tidak berniat mengajakmu," ungkap Brian kembali.     

"Mereka tidak mengajakku?" Mata Soo Yin langsung berkaca-kaca. Kedua matanya terlihat sudah mengembun hendak meneteskan butiran kristal.     

"Tenanglah, aku sudah memiliki rencana agar kau bisa pergi ke Korea tanpa sepengetahuan mereka."     

Soo Yin memandang Brian masih dengan tatapan sendu. Meski sudah mendapatkan titik terang tapi tak ingin terlalu bergembira. Ia tidak ingin berangan-angan terlalu jauh.     

"Apa rencanamu?" tanya Soo Yin dengan tidak bersemangat.     

"Nanti saja," potong Soo Yin saat Brian hendak kembali membuka mulutnya     

"Kenapa?" tanya Brian sambil menggaruk pelipisnya melihat gelagat Soo Yin yang tampak sedang mencari seseorang.     

"Aku khawatir Gong Yoo ada di sekitar sini," sahut Soo Yin dengan suara berbisik.     

"Benarkah?" Brian ikut mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk memastikannya.     

"Tadi dia menemuiku di tepi kolam tapi aku meninggalkannya karena dia membuatku kesal," terang Soo Yin. Jika mengingat ucapannya, ingin sekali menghajar Gong Yoo.     

"Sepertinya kalian sudah saling kenal sejak lama. Gong Yoo juga sepertinya sangat mengetahui banyak hal tentang dirimu. Kurasa yang melaporkan apa yang terjadi di antara kau dan Dae Hyun adalah Gong Yoo dan Peter," ucap Brian.     

"Benar, mungkin dia sakit hati karena beberapa kali terlibat percekcokan dengan Dae Hyun," ungkap Soo Yin.      

Pantas saja Dae Hyun sangat marah jika dirinya dekat dengan Gong Yoo. Mungkin memang dia sudah merasa jika Gong Yoo merencanakan sesuatu.     

"Kenapa hal itu bisa terjadi?" tanya Brian penasaran.     

"Dia terang-terangan mengatakan akan merebutku dari Dae Hyun," ungkap Soo Yin.     

"Aku juga sudah bisa menebaknya karena caranya memandangmu sangat berbeda. Sepertinya ia memiliki perasaan yang lebih padamu," goda Brian sambil mengulum senyuman.     

"Sudahlah, tidak usah membicarakannya. Karena hatiku sudah tertutup rapat. Setampan apapun tidak akan ada yang menggantikan Dae Hyun," ucap Soo Yin dengan tegas.     

"Aku hanya bercanda." Brian mencubit pipi Soo Yin karena gemas melihat Soo Yin yang belakangan sedikit sensitif perasaannya.     

"Bolehkah aku meminjam ponselmu? Aku ingin sekali menghubungi Dae Hyun," pinta Soo Yin dengan wajah memohon. Hanya Brian satu-satunya orang yang bisa dipercaya olehnya.     

"Pergilah ke kamarmu karena aku tidak ingin ponselku disita karena sudah membantumu," ujar Brian sambil menghela nafas panjang. Mana mungkin bisa menolak keinginan adiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.