Istri Simpanan

Bab 593 - Akhirnya kembali



Bab 593 - Akhirnya kembali

0Soo Yin memeluk tubuh Brian sebelum pergi meninggalkannya. Ia sangat membenci perpisahan karena membuatnya merasa sedih. Terlebih Brian sudah banyak membantunya.     
0

"Sampai jumpa lain waktu. Kau juga harus pergi ke Korea," ujar Soo Yin dengan sendu.     

"Kita pasti akan berjumpa kembali. Semoga kalian bisa bersama kembali. Tapi kau juga harus ingat jangan sampai terlalu membantah ucapan ibu," tukas Brian. Seandainya tidak diikuti oleh pengawal maka ia sendiri yang akan pergi menemani Soo Yin.     

Soo Yin melepaskan pelukannya. Matanya berkaca-kaca hingga setitik air menetes.     

"Sarah, terima kasih sudah membantuku," ucap Soo Yin sembari menggenggam tangan Sarah.     

Gadis itu menganggukkan kepalanya dan berpelukan untuk beberapa saat.     

"Sekarang pergilah," ujar Brian.     

Soo Yin segera menutupi kepalanya dengan topi sehingga tidak akan ada yang mengenalinya. Ia menuruti semua apa yang dikatakan oleh Brian agar bisa dengan mudah pergi tanpa ketahuan.     

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°     

Tepat sekali, saat Soo Yin sampai di bandara pesawat akan segera lepas landas. Buru-buru Xiao Yi naik tangga sebagai penumpang pesawat yang terakhir.     

Ia tidak tahu siapa yang akan menemaninya. Namun tanpa ada orang yang menjaga Soo Yin yakin akan selamat sampai di Seoul.     

Soo Yin duduk di kursinya sesuai dengan yang tertera pada tiket. Ternyata Brian memesankan tempat duduk first class. Terasa nyaman meskipun ada yang mulai bergejolak di dalam perutnya.     

"Kenapa aku harus merasakan hal memalukan ini?" gerutu Soo Yin sambil memijat pelipisnya.     

"Minumlah, agar jauh lebih baik." Seorang pria duduk di sebelah Soo Yin. Tangannya memberikan obat di tangannya.     

Soo Yin lantas menolehkan wajahnya ke samping. Alangkah terkejutnya ketika melihat siapa yang duduk di sebelahnya.     

"Gong Yoo, untuk apa kau di sini?" ujar Soo Yin sarkas. Tampak sekali dari raut wajahnya jika ia tidak suka.     

"Tentu saja menjagamu." Gong Yoo tampak santai saja. Ia justru menaikkan sebelah kakinya ke atas kaki yang lain.     

"Menjagaku?" Soo Yin mendengus kesal.     

"Apakah Brian tidak mengatakan padamu jika aku yang menemani perjalanan kali ini?" tanya Gong Yoo.     

"Jika tahu kaulah yang menemaniku, lebih aku sendirian. Lagi pula tidak mungkin aku hilang di dalam pesawat," ujar Soo Yin.     

Bukan hanya kesal tapi Soo Yin juga ingin menjaga perasaan Dae Hyun. Suaminya tidak akan pernah suka jika Soo Yin dekat dengan pria lain.     

"Tidak usah cemas, Dae Hyun tidak akan tahu jika kita bersama," ucap Gong Yoo yang bisa menebak apa yang dikhawatirkan Soo Yin.     

"Ughhh." Soo Yin membuang muka, enggan meneruskan percakapan mereka yang hanya akan membuat darahnya naik.     

"Minumlah, karena sebentar lagi pesawat akan berangkat." Gong Yoo tetap memberikan obat pereda rasa mulai pada Soo Yin. Mengetahui jika wanita di sampingnya akan mengalami mabuk jika berada di pesawat.     

Soo Yin diam saja hingga beberapa saat. Enggan menerima apapun yang diberikan Gong Yoo karena akan membuat pria itu besar kepala.     

"Tenanglah, obat ini tidak mengandung racun."     

Dengan kasar Soo Yin lantas mengambilnya. Menggenggamnya erat, karena kini perutnya sudah bereaksi serta kepalanya juga sudah mulai pusing.     

"Cepatlah minum." Gong Yoo kembali menyodorkan botol yang berisi air mineral kepada Soo Yin.     

Mau tidak mau, Soo Yin mengambilnya karena saat ini memang butuh.     

Keduanya tidak ada yang saling berbicara saat pesawat sudah mulai lepas landas. Soo Yin sudah membayangkan bertemu dengan suaminya. Ia memang tidak mengabari karena sengaja sebagai kejutan.     

"Aku mengantuk, kuharap kau tidak berbuat macam-macam," tukas Soo Yin sambil menyandarkan kepalanya. Obat yang diminumnya memiliki efek samping mengantuk.     

Soo Yin berharap ia akan terbangun setelah pesawat mendarat di Seoul.     

"Tidak akan," sahut Gong Yoo.     

Posisi pria itu saat ini sebenarnya sangat sulit. Jika Peter tahu apa yang dilakukannya pasti akan sangat marah. Namun ia tidak mungkin membiarkan Soo Yin sendirian. Bisa saja sesuatu yang buruk terjadi.     

===============================     

Incheon International Airport.     

Setelah beberapa jam lamanya perjalanan, pesawat akhirnya mendarat dengan selamat di bandara.      

Soo Yin segera melepas sabuk pengaman dan bersiap-siap untuk turun. Matanya berkaca-kaca akhirnya bisa melihat Korea lagi meski sekarang hari sudah hampir gelap.     

Tidak ada Gong Yoo di sampingnya. Soo Yin baru saja bangun setelah terlelap beberapa jam.     

"Dimana pria itu?" gumam Soo Yin sembari mengedarkan pandangannya ke kursi-kursi penumpang yang perlahan sudah ditinggalkan oleh penumpang.     

Soo Yin mengalihkan pikirannya, terserah pria itu pergi kemana. Sekarang yang terpenting adalah harus segera sampai di Villa Pyeongchang-dong.     

Hawa dingin mulai menusuk pori-pori kulitnya. Perbedaan yang sangat kontras udara London dan Seoul. Tubuhnya harus beradaptasi dengan udara yang sangat dingin Korea.     

Sebuah mobil berwarna merah tuan berhenti tepat di depannya saat Soo Yin sedang menunggu taksi.     

Perlahan jendela kaca diturunkan, hingga terlihatlah wajah Gong Yoo yang tampak serius. Terlihat sangat berbeda dari terakhir melihatnya di pesawat.     

"Masuklah, aku akan mengantarkanmu," ujar Gong Yoo.     

"Tidak usah, aku naik taksi saja," tolak Soo Yin dengan nada datar. Bisa terjadi keributan jika Dae Hyun tahu dirinya bersama Gong Yoo.     

"Suamimu sedang sibuk mengurus hotelnya sehingga tidak akan tahu kesayanganmu," terang Gong Yoo.     

"Dari mana kau mengetahui jika Dae Hyun sedang mendapatkan masalah?" tanya Soo Yin dengan pandangan menelisik. Ia masih duduk tanpa ingin beranjak.     

"Tentu saja aku tahu." Gong Yoo menjawab dengan singkat tanpa ingin menjelaskan.     

Perasaan Soo Yin mendadak cemas. Jika sampai hal itu terulang kembali maka saat ini Dae Hyun pasti sedang sangat sibuk. Mengurus hotel bukanlah hal yang mudah.     

"Pergilah, aku naik taksi saja," ujar Soo Yin bersikeras menolak.     

"Jangan membuat Dae Hyun semakin banyak masalah. Aku akan mengantarkanmu ke tempat tujuan. Jika tiba-tiba ada yang menculikmu maka Dae Hyun akan semakin terbebani dengan banyaknya masalah yang menimpanya," terang Gong Yoo.     

Soo Yin memainkan bibirnya sambil menimbang-nimbang tawaran Gong Yoo. Saat ini ia agak bingung kemana akan pulang. Tak yakin jika Dae Hyun berada di Villa mereka.     

"Antarkan aku ke Villa." Pada akhirnya Soo Yin setuju ikut dengan Gong Yoo. Lalu ia berjalan masuk ke dalam mobil yang dikemudikan pria itu.     

Soo Yin memilih duduk di bangku penumpang belakang. Karena tidak ingin bersebelahan dengan pria yang sudah jelas-jelas mengibarkan bendera perang pada suaminya.     

"Dari mana kau tahu Dae Hyun sedang dapat masalah?" Soo Yin membuka suara setelah mobil kembali melaju.     

"Soo Yin, ayahmu tidak akan tinggal diam mengetahui orang yang sudah menghancurkan keluarganya hidup bebas dan bersenang-senang. Ayahmu pasti akan melakukan segala cara untuk menghancurkan mereka," ungkap Gong Yoo.     

Peter Anderson adalah orang kepercayaan Richard Lee sehingga Gong Yoo sedikit mengetahui apa yang terjadi sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.