Istri Simpanan

Bab 594 - Aneh



Bab 594 - Aneh

0Sepanjang perjalanan kembali ke villa Pyeongchang-dong, Soo Yin memikirkan perkataan Gong Yoo jika mungkin saja Dae Hyun sedang menghadapi masalah sulit dalam hidupnya.     
0

"Hanya satu cara agar kau ingin Dae Hyun dan keluarganya hidup tenang," ujar Gong Yoo.     

Soo Yin sedang memangku kepala dengan tangannya, mendengar perkataan Gong Yoo langsung menoleh.     

"Bagaimana caranya?"     

"Kau harus mengorbankan perasaanmu," ucap Gong Yoo.     

"Tidak akan," tolak Soo Yin mentah-mentah. Ia tidak akan mengorbankan perasaannya apapun yang terjadi. Masih yakin jika hubungan di antara mereka masih bisa diperbaiki.     

Gong Yoo sudah bisa menduga jika Soo Yin akan menolak idenya.     

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di Villa Pyeongchang-dong.      

"Aku turun di sini saja. Sebaiknya kau pergi sekarang." Tidak ada maksud untuk mengusir Gong Yoo tapi ia tidak ingin mendapatkan masalah.     

"Kau yakin villa ini masih milik Dae Hyun?" tanya Gong Yoo.     

"Apa maksudmu? Tentu saja aku masih sangat yakin. Tidak mungkin Dae Hyun menjualnya," tukas Soo Yin.     

"Hotelnya sedang mengalami kerugian besar, aku hanya cemas ia sudah menjual semua aset yang dimiliki keluarganya. Termasuk rumah ini," ungkap Gong .     

"Dia tidak akan semudah itu jatuh miskin," sanggah Soo Yin. Agak kesal sebenarnya karena Gong Yoo seperti meremehkan suaminya.      

Brak …     

Soo Yin keluar dari mobil dan membanting pintu kuat-kuat. Tidak peduli jika pintu itu mungkin akan rusak olehnya.     

"Pergilah, aku bisa mengurus hidupku," usir Soo Yin.     

Gong Yoo perlahan melajukan mobilnya perlahan meninggalkan Soo Yin sendirian.     

Soo Yin menghela nafas lega karena akhirnya pria itu meninggalkannya. Keberadaannya hanya membuat pergerakannya terbatas. Lagi pula ia yakin keadaannya akan aman dan baik-baik saja meski tanpa Gong Yoo.     

Diamatinya villa itu dari sela-sela pintu yang terbuat dari besi yang menjulang tinggi. Masih sama seperti terakhir meninggalkannya meskipun villa itu terlihat sepi dan gelap. Seperti tidak berpenghuni dan ditinggalkan pemiliknya.     

Soo Yin lantas menekan bel pintu agar Chung Ho keluar membuka gerbangnya. Benar saja tidak lama kemudian tampak Chung Ho berlari ke arahnya.     

Raut wajahnya terlihat terkejut melihat kedatangan Soo Yin.     

"Nona, kapan anda kembali?" ujar Chung Ho.     

"Aku baru saja datang," sahut Soo Yin. Pandangannya tidak teralihkan dari villa yang sunyi     

"Kenapa villa ini terlihat sangat sunyi?" imbuh Soo Yin.     

"Tuan Dae Hyun tidak pernah datang lagi ke villa ini setelah Nona pergi ke London. Sehingga Bibi Xia hanya datang saat siang hari untuk bersih-bersih," terang Chung Ho.     

"Apakah kau mendengar jika Tuan Dae Hyun mungkin mendapatkan masalah?" tanya Soo Yin ingin segera tahu apa yang ditakutkan olehnya tidak terjadi.     

Chung Ho diam saja hingga beberapa saat.     

"Masuklah terlebih dahulu, Nona. Anda pasti kelelahan setelah perjalanan yang panjang," ujar Chung Ho.     

Soo Yin melangkahkan kakinya menapaki halaman villa Pyeongchang-dong yang sudah beberapa waktu tidak dikunjunginya. Sejenak melupakan pertanyaan yang belum dijawab oleh Chung Ho.     

"Benarkah tak sekalipun suamiku tidak pernah datang kemari?" Soo Yin mengulangi pertanyaannya untuk memastikan dengan jelas.     

"Mungkin jika tuan kembali akan merasa sepi karena tidak adanya Nona di sini." Chung Ho menjawabnya hanya sekedar mengira-ngira.     

Soo Yin mengulum senyum, memang benar apa yang dikatakan oleh Chung Ho. Pria itu pasti sekarang kesepian.     

"Bisakah kau menghubungi dimana keberadaannya sekarang?" pinta Soo Yin.     

"Kenapa Nona tidak menghubungi agar tuan pulang ke villa?" Chung Ho justru balik bertanya.     

"Tidak, aku ingin memberinya kejutan. Itu sebabnya aku tidak menghubunginya," terang Soo Yin sembari mengembangkan senyumnya. Ia sudah berusaha menahan rindu yang sudah semakin menggebu. Ternyata rindu itu memang sangat menyakitkan.     

"Baik, Nona. Ponselku ada di dalam, nanti aku akan menghubungi tuan." Akhirnya Chung Ho menganggukan kepalanya dengan patuh.     

Soo Yin mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Kamar yang selalu ia rindukan selama berada di London akhirnya kini ia bisa melihatnya.     

Tubuhnya terasa gerah setelah perjalanan yang panjang. Soo Yin memutuskan untuk mandi terlebih dahulu baru setelah itu akan menemui Dae Hyun. Ia tidak yakin bisa tidur jika harus menunggu sampai besok pagi.      

Rasa ingin bertemu itu akan semakin menyiksanya karena jarak mereka yang memang sangat dekat.     

°°°°°°°     

Soo Yin sudah bersiap-siap, kini tinggal mencari dimana keberadaan Dae Hyun. Meskipun ia yakin jika suaminya mungkin berada di hotel. Ia segera mencari Chung Ho untuk memastikannya.     

"Chung Ho, dimana saat ini tuan?" tanya Soo Yin.     

"Tuan … tuan ada di hotel, Nona." Chung Ho terlihat gugup saat mengatakannya karena seperti ada sesuatu yang disembunyikan.     

"Baiklah, aku akan segera ke sana," ujar Soo Yin.      

"Biarkan aku yang mengantar Nona." Chung Ho sudah bersiap-siap hendak mengeluarkan mobil dari dalam bagasi.     

"Tidak perlu, aku naik taksi saja. Lebih kau tetap berada di sini," tolak Soo Yin.     

"Tapi …."     

"Tidak apa-apa." Soo Yin tetap bersikeras menolak. Ia ingin hidup bebas seperti dulu tanpa ada siapapun yang mengikutinya. Apalagi setelah hidup di London yang membuatnya tidak bisa leluasa untuk melangkah.     

================================     

The Silla Seoul Hotel     

Soo Yin kini sudah berdiri di sebuah gedung yang menjulang tinggi. Namun gedung itu sebagian tampak gelap seperti tidak berpenghuni.     

"Kenapa sepi?" gumam Soo Yin sembari terus melangkahkan kakinya pelan ke arah gedung.     

Di area parkir juga terlihat hanya sedikit mobil yang terparkir. Tidak seperti biasanya dan ini sangat aneh menurut Soo Yin.     

Soo Yin tidak ingin mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi. Ia memilih langsung masuk lewat lobi yang tidak ada resepsionis yang biasanya menyambut tamu.     

Beberapa menit setelah naik lift Soo Yin sudah sampai di lantai sepuluh. Di sana juga sangat sepi padahal hari belum terlalu malam. Biasanya masih banyak karyawan yang masih bekerja.     

Ceklek …     

Soo Yin mencoba memutar knop pintu yang langsung terbuka. Tadinya ia pikir dikunci dari dalam.     

Alangkah terkejutnya Soo Yin melihat siapa yang tengah duduk bersama suaminya begitu dekat.     

"Apa yang kau lakukan disini?" seru Soo Yin dengan sarkas dan hati memanas.      

Dokter wanita itu lantas memandang Soo Yin sembari mengembangkan senyumnya.     

Dengan langkah cepat Soo Yin segera menghampiri suaminya yang bersandar di sofa. Ia sepertinya baru saja minum alkohol jika dilihat dari botol kosong yang berjajar di meja.     

"Sebaiknya kau pergi saja karena Dae Hyun sudah tidak membutuhkanmu lagi. Lihatlah ia bahkan lebih suka memintaku untuk menemaninya," ucap Mi Young dengan nada datar.     

"Apa maksudmu? Aku yakin kau yang sudah menggodanya," tuduh Soo Yin karena ia tidak akan percaya begitu saja dengan omong kosong yang diucapkan wanita itu.     

"Soo Yin, dia tidak akan menerimamu lagi setelah apa yang ayahmu lakukan," ungkap Mi Young. Sebelah bibirnya terangkat membentuk senyuman sinis dan meremehkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.