Istri Simpanan

Bab 555 - Ibu masih hidup?



Bab 555 - Ibu masih hidup?

0Setelah selesai makan, obrolan mereka masih berlanjut. Sesekali Soo Yin ikut tertawa renyah bersama kedua pria yang ada di depannya.     
0

Tidak ada kecanggungan yang terjadi karena Peter Anderson sangat ramah dan mampu mencairkan suasana. Gong Yoo juga sesekali ikut tertawa sambil mengamati wajah Soo Yin.     

Ada keinginan Gong Yoo untuk mengucapkan selamat kepada Soo Yin karena sudah menjadi wanita satu-satunya di kehidupan Dae Hyun. Namun bibirnya terasa kelu dan berat. Seakan hatinya tidak rela jika harus mengucapkannya.     

"Soo Yin, lain kali bisakah kita pergi berkeliling lagi? Aku ingin ke beberapa tempat yang ada di Korea. Kira-kira apakah kau punya saran yang tepat?" tanya Peter Anderson.     

"Hmmm, semua tempat yang ada di Korea sangat menarik. Anda bisa mengunjungi mana saja yang belum," balas Soo Yin.     

Di saat yang bersamaan kebetulan sekali Li Sa dan ibunya baru saja masuk di restoran yang sama dengan Soo Yin.     

"Ibu, bukankah itu Soo Yin?" tanya Li Sa sembari mengamati dua orang pria yang bersama Soo Yin.     

"Mana?" tanya Hee-sun. Matanya mengikuti arah pandangan Li Sa.     

"Lihatlah, dasar gadis tidak tahu malu. Sudah merebut suami orang tapi sekarang justru bersama pria lain. Memang sangat murahan," umpat Li Sa. Melihat Soo Yin tertawa bersama mereka membuatnya jijik. Kemudian Li Sa mengambil foto, ia akan memberikannya kepada Dae Hyun sebagai barang bukti agar ia dipecat.     

"Ibunya itu perebut suami wanita lain, itu sebabnya ia menjadi gila," ucap Hee-sun sembari mendengus.     

"Apa maksud Ibu? Bukankah ibunya Soo Yin sudah tidak ada?" tanya Li Sa penasaran.     

"Dia saja yang bodoh tidak curiga ibunya masih hidup. Kim Nam berada di pulau Jeju karena merawat Seo Kyung yang gila karena ditinggal oleh pria yang sudah menghamilinya," ungkap Hee-sun.     

"Benarkah? Jadi bibi masih hidup? Ibu sebaiknya kita beritahukan saja padanya agar dia syok mendengar jika ibunya gila," ujar Li Sa seraya tersenyum miring.     

"Benar juga, dia harus tahu diri karena ibunya gila." Hee-sun kemudian menarik pergelangan tangan Li Sa agar mengikutinya menghampiri Soo Yin.     

Soo Yin tengah asik berbincang-bincang saat Hee-sun dan Li Sa datang menghampiri mereka.     

"Selamat siang semuanya, bolehkah kami ikut bergabung. Kenalkan aku adalah Hee-sun dan ini Li Sa, putriku. Aku adalah bibinya Soo Yin," ucap Hee-sun tanpa basa-basi.      

Soo Yin menautkan kedua alisnya. Agak terkejut melihat Li Sa dan bibinya menghampiri. Bukan tidak suka tapi seringkali Li Sa akan membuat masalah.     

"Silahkan," ucap Peter Anderson ramah.     

"Soo Yin, lama kita tidak bertemu. Mentang-mentang kau sudah menjadi istri orang kaya kau sekarang melupakan keluargamu," sindir Hee-sun sembari terkekeh seolah-olah itu adalah hal yang lucu.     

"Seharusnya kau sadar diri untuk mengobati ibumu yang sedang sakit jiwa. Kasihan Kim Nam harus merawat seorang diri." Belum sempat Soo Yin menjawab, Hee-sun lagi-lagi sudah menyerobot berbicara.     

"Apa maksud Bibi?" Soo Yin benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hee-sun.     

"Asal kau tahu saja, kau itu bukanlah anak Kim Nam. Ibumu yang gila itu sebenarnya masih hidup sekarang. Kau bahkan lahir tanpa seorang …."      

Brak ….     

"Apa maksud Bibi? Tidak usah membual dan mencoba untuk menipuku. Sejak kecil aku memang selalu kalian hina. Apakah tidak cukup bagi kalian?" Soo Yin menggebrak meja dengan dada yang naik turun. Hatinya sesak karena terus-menerus mendengar cibiran dari Li Sa dan ibunya. Apalagi selalu saja membawa nama ibunya.     

"Siapa juga yang membual? Seharusnya kau tahu keadaan ibumu yang memprihatinkan. Itu sebabnya Kim Nam pergi ke pulau Jeju. Kau pikir kenapa dia tidak memberitahukan alamat dia tinggal? Dia tidak ingin kau melihat ibumu yang gila itu," tukas Hee-sun dengan sarkas sembari memicingkan matanya.     

Tubuh Soo Yin sempoyongan mendengar penuturan Hee-sun. Dunia terasa berputar-putar, tapi Soo Yin berusaha untuk tenang. Bisa saja mereka hanya berniat untuk membuatnya putus asa. Tidak mungkin jika ayahnya berbohong.     

"Seo Kyung itu masih hidup. Jika kau tidak percaya sekarang juga kau pergi ke pulau Jeju. Pergilah ke Seongeup Folk Village, disana kau pasti menemukan ibumu," tukas Hee-sun.     

'Seo Kyung?' batin Peter Anderson dengan kedua mata yang membulat sempurna.     

"Siapa nama ibu Soo Yin?" tanya Peter untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.     

"Seo Kyung, Tuan," sahut Hee-sun sembari tersenyum manis.     

"Dia itu dulu mencintai orang kaya dari negara Inggris. Namun sayang sekali karena pria itu sudah memiliki istri. Dia meninggalkan Seo Kyung saat sedang mengandung. Akhirnya saudaraku stres dan menjadi gila setelah melahirkan Soo Yin," ungkap Hee-sun dengan nada lembut. Sangat berbeda sekali ketika berbicara dengan Soo Yin.     

Tubuh Soo Yin hampir saja ambruk jika Gong Yoo tidak menopangnya. Air mata seketika langsung membanjiri pipinya.     

"Soo Yin, tenanglah," ujar Gong Yoo sembari membantu Soo Yin untuk duduk namun Soo Yin tetap berdiri.     

"Sekarang juga aku akan pergi ke pulau Jeju. Aku akan membuktikan omong kosong kalian. Tidak mungkin jika ibuku gila," tukas Soo Yin di sela isak tangisnya yang tidak bisa terbendung.     

"Baguslah, jika kau ingin membuktikannya. Aku hanya kasihan dengan Kim Nam. Harus merelakan keluarga dan kebahagiaannya hanya untuk merawat adiknya yang gila," cibir Hee-sun yang tidak menjaga perasaan Soo Yin sama sekali. Bahkan sepertinya sengaja agar Soo Yin marah.     

Soo Yin tidak kuat lagi kemudian bergegas pergi dari restoran. Hatinya bagaikan dicabik-cabik duri yang tajam mendengarnya. Butiran kristal terus bercucuran semakin deras.      

Semua orang yang ada di sana memperhatikan Soo Yin yang berlari. Bahkan hampir saja menabrak seseorang saat berpapasan di pintu.     

"Gong Yoo, kita ikuti dia," ujar Peter Anderson. Ia sangat penasaran dengan nama Seo Kyung. Benarkah itu orang yang sama?     

Gong Yoo hendak menolak tapi ayahnya sudah pergi mengikuti langkah Soo Yin keluar dari restoran. Mau tidak mau Gong Yoo mengikuti karena ia juga penasaran setelah melihat raut wajah ayahnya yang tampak berbeda     

"Hei, tunggu! Kenapa kalian pergi?" ujar Li Sa sambil melambaikan tangannya ke arah Gong Yoo. Berharap pria itu menoleh tapi sakali Gong Yoo bahkan tidak mendengarkan Li Sa.     

"Lihatlah tadi wajah Soo Yin yang sepertinya sangat syok mendengar ibunya masih hidup. Aku yakin dia akan bunuh diri setelah mengetahui yang sebenarnya," ujar Hee-sun sembari tertawa mengejek. Senang akhirnya bisa membongkar semuanya.     

"Kenapa Ibu baru mengatakannya sekarang? Seandainya Ibu mengatakannya sejak dulu pasti sangat menyenangkan," gerutu Li Sa dengan bibir cemberut. Menyesal baru mengetahuinya.     

"Memangnya kenapa?"     

"Jika tahu dari dulu aku pasti sudah lebih membuatnya malu di depan keluarga Dae Hyun. Mereka juga akan semakin tidak menyukainya. Keluarga kaya mana yang sufi memiliki menantu tidak jelas asal-usulnya," terang Li Sa.     

"Sudahlah, yang penting sekarang Soo Yin sudah tahu. Kita lihat saja perkembangannya nanti," tukas Hee-sun.     

Hee-sun dan Seo Kyung adalah kakak adik. Namun Hee-sun dulu sering merasa cemburu karena Seo Kyung lebih digilai banyak pria, itu yang membuatnya tidak suka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.