Istri Simpanan

Bab 547 - Janji yang terlupakan



Bab 547 - Janji yang terlupakan

0Cukup lama Chang Yuan tertidur. Kaki Jean rasanya sudah mulai pegal tapi untuk membangunkannya membuat Jean tidak tega. Pria itu terlihat sangat damai ketika tertidur. Meski Jean agak tidak nyaman dibuatnya tapi ia berusaha bertahan.     
0

Tidak lama kemudian Chang Yuan mulai menggerakkan tangan untuk meregangkan otot-otot tubuhnya. Hingga perlahan Chang Yuan tersadar tidur berada di pangkuan Jean. Dengan gerakan cepat Chang Yuan segera terduduk.     

"Bagaimana tidurmu? Apakah sangat nyenyak?" tanya Jean. Menyambut Chang Yuan dengan senyuman hangatnya.     

"Maaf, kakimu pasti sakit." Chang Yuan tidak merasa enak hati karena merepotkan Jean.     

"Tidak, hanya sedikit saja," tukas Jean sambil meringis lalu menggaruk bagian belakang kepalanya.     

"Sepertinya aku sangat nyenyak tertidur sehingga tidak mengingat apapun lagi," ujar Chang Yuan sembari menguap.     

"Hmmm, kau bahkan sampai berteriak-teriak karena mengigau," ungkap Jean diiringi dengan tawa renyah.     

"Benarkah?" Chang Yuan mengernyitkan dahinya.     

"Hmmm, sepertinya kau mengigau atas apa yang terjadi semalam. Bagaimana Aeri? Apakah dia sudah tertangkap?" Jean tadi belum sempat menanyakan perihal kejadian semalam.     

"Han dan Aeri kecelakaan karena mobil mereka mengalami rem blong," terang Chang Yuan sedikit.     

"Lalu, bagaimana keadaan mereka?"      

"Mereka terluka parah tapi Tuan Dae Hyun meminta membawa mereka ke rumah sakit."     

"Sayang sekali, kenapa tidak membiarkan mereka mati saja? Itu lebih baik karena mereka sudah sangat jahat," ujar Jean.     

"Tuan tidak mungkin sejahat itu." Chang Yuan menyunggingkan senyumnya. Merasa lucu melihat Jean yang tampak sedang kesal.     

"Mereka sudah terlalu banyak membuat Soo Yin menderita."     

"Hmmm, yang paling penting semuanya sekarang sudah berakhir." Chang Yuan merasa lega akhirnya mereka tertangkap. Dengan begitu hidup mereka akan damai.     

"Asisten Chang, bisakah kita pergi menemui Soo Yin terlebih dahulu? Aku tidak ingin dia mencemaskanku," pinta Jean.     

"Apakah kita akan berangkat sekarang?" Chang Yuan langsung berdiri kemudian menggerakkan tubuhnya.     

"Tidak usah terburu-buru. Ini masih siang," ujar Jean.     

Chang Yuan segera mengemudikan mobilnya ke villa Pyeongchang-dong.     

=============================     

Villa Pyeongchang-dong,     

Soo Yin dan Dae Hyun langsung tertidur begitu tubuh mereka menyentuh ranjang yang empuk. Mereka bahkan sampai tidak sarapan karena terlalu mengantuk.     

Soo Yin tertidur pulas di dalam dekapan Dae Hyun. Hingga perlahan ia membuka matanya karena udara cukup terasa panas. Matahari juga sudah terlihat sangat terang.     

"Jam berapa sekarang?" gumam Soo Yin sambil membuka sebelah matanya untuk mengintip jam dinding.     

Ternyata sudah hampir setengah hari mereka tidur. Soo Yin segera menyingkirkan tangan Dae Hyun yang memeluk tubuhnya. Cacing di perutnya sudah menginginkan jatah makan.     

Dengan tubuh sempoyongan, Soo Yin berjalan ke arah kamar mandi. Ia memegangi kepalanya yang terasa masih nyeri.     

Setelah mencuci muka, Soo Yin mematut wajahnya di depan cermin. Terlihat ada darah yang merembes di perban yang masih melekat di dahinya. Mungkin karena lukanya belum terlalu kering tapi ia memaksa keluar dari rumah sakit.     

"Semoga tidak apa-apa," gumam Soo Yin. Lagi pula setelah Dae Hyun terbangun, mereka akan segera pergi ke rumah sakit.     

Soo Yin menuju ke dapur karena perutnya sangat lapar. Di sana ada bibi Xia yang tengah berdiri di depan kompor.     

"Bibi, aku sangat lapar," ucap Soo Yin dengan nada manja seperti seorang anak pada ibunya.     

Bibi Xia lantas menoleh ke belakang.     

"Nona, akhirnya kau bangun juga. Kalau begitu tunggulah di meja makan. Bibi akan segera menyiapkan semuanya."     

Soo Yin menganggukan kepalanya lalu duduk di meja makan. Memangku kepalanya dengan kedua tangan karena terasa berat.     

"Soo Yin!" panggil Jean.     

Di belakang Jean ada Chang Yuan yang membuntutinya. Namun segera menghentikan langkahnya di dekat pintu.     

"Hai, Jean. Kemarilah, kebetulan sekali aku akan makan siang," ajak Soo Yin.     

"Terima kasih, tidak usah repot-repot." Jean memilih kursi yang bersebelahan dengan Soo Yin.     

"Kita berteman sudah lama. Tidak usah sungkan begitu," tukas Soo Yin.     

"Asisten Chang? Apakah kau ingin mencari Dae Hyun?" tanya Soo Yin saat Chang Yuan mengikuti ke ruang makan.     

"Sebenarnya dia datang bersamaku kemari," ungkap Jean.     

Soo Yin menyipitkan matanya. Memandang Jean dan Chang Yuan secara bergantian dengan tatapan menelisik.     

"Kenapa kau memandangku seperti itu?" tanya Jean.     

"Ada apa gerangan kalian datang berdua kemari?" Soo Yin ingin menggoda lebih jauh lagi tapi mengurungkan niatnya. Hubungan mereka masih dibilang sangat sensitif.     

"Tidak apa-apa. Aku hanya heran karena tidak biasanya kalian datang berdua kemari," sahut Soo Yin sembari tersenyum tipis.     

"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu?" Jean mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya. Mungkin Soo Yin akan sedih dengan keputusannya kali ini.     

"Sebenarnya aku mungkin akan tinggal beberapa waktu jauh dari Seoul," terang Jean.     

"Kemana kau akan pergi?" Ada rasa kesedihan menyelimuti hati Soo Yin mengetahui rencana Jean.     

"Aku tidak akan tinggal terlalu jauh. Aku akan tinggal di rumah ibunya Asisten Chang untuk sementara waktu."     

"Jean, kenapa kau mendadak pergi seperti ini? Tidak bisakah kau tetap tinggal di dekatku? Jika kau takut tinggal sendirian kau bisa tinggal di rumah ini," bujuk Soo Yin dengan mata berkaca-kaca. Harinya sangat sedih saat ini.     

"Soo Yin, kau jangan bersedih seperti itu. Aku hanya ingin menenangkan diri beberapa waktu saja. Kau bisa mengunjungiku karena tidak terlalu jauh," terang Jean. Melihat Soo Yin sedih membuatnya ikut sedih.     

"Hanya kau sahabat terbaik yang aku punya. Jika kau pergi pada siapa nanti aku bercerita jika ada masalah?" Soo Yin mengerucutkan bibirnya.     

"Bukankah kau yang memberi ide agar aku menenangkan diri? Aku janji akan segera kembali. Lagi pula kau memiliki suami yang sangat baik sehingga kau tidak akan kesepian." Jean berusaha menghibur Soo Yin agar tidak sedih.     

"Baiklah, tapi berjanjilah kau akan menjaga diri dan jaga calon keponakanku dengan baik," pinta Soo Yin.     

"Ah, sebelum berangkat apakah kau tidak ada niat untuk menepati janjimu?"     

"Janji?" Soo Yin menaikkan sebelah alisnya untuk mengingat-ingat apa yang pernah dijanjikan olehnya.     

"Aku bahkan setiap malam memimpikan janjimu." Jean pura-pura kesal sambil mengerucutkan bibirnya.     

"Ah, aku baru ingat. Apakah kau masih menginginkannya?" Soo Yin baru ingat Jean pernah mengatakan ingin masakan Dae Hyun.     

"Tentu saja, apakah kau ingin keponakanmu tidak memakannya sampai lahir nanti," tukas Jean.     

Chang Yuan hanya menggelengkan kepalanya mendengarkan dua wanita yang sedang mengobrol. Ia tetap berdiri tidak jauh dari pintu. Memilih diam tanpa ingin mengikuti obrolan mereka.     

"Maaf, Jean. Itu sudah terlalu lama sehingga aku sudah lupa," ujar Soo Yin dengan penuh rasa sesal.     

"Tidak, aku hanya bercanda. Kau tidak perlu cemas akan hal itu, aku sudah tidak menginginkannya lagi," ujar Jean sembari terkekeh.     

"Tunggulah disini sebentar. Aku akan membangunkan Dae Hyun terlebih dahulu." Soo Yin lantas bangun dari duduknya.     

"Soo Yin, kau tidak perlu melakukannya," seru Jean.     

"Tidak apa-apa," sahut Soo Yin tanpa menoleh ke belakang.     

"Asisten Chang, temani Jean sebentar," ujar Soo Yin ketika melewati Chang Yuan. Buru-buru ia menaiki tangga menuju kamarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.