Istri Simpanan

Bab 548 - Seperti angin surga yang berhembus



Bab 548 - Seperti angin surga yang berhembus

0Dae Hyun masih tertidur pulas dalam posisi tengkurap. Kedua tangannya direntangkan lebar-lebar. Ia benar-benar lelah dan sangat mengantuk. Tertangkapnya Aeri membuat hatinya merasa lega.     
0

"Dae Hyun, bangunlah." Soo Yin mengguncang tubuh suaminya pelan agar tidak membuatnya terkejut.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun sembari menggerakkan tubuhnya sedikit. Namun tertidur lagi karena matanya masih terasa berat.     

"Sayang, di bawah ada Asisten Chang."     

"Biarkan saja," ujar Dae Hyun dengan suara serak.     

"Ughhh, ternyata sangat sulit sekali membangunkannya," gerutu Soo Yin.     

Soo Yin berusaha membalikkan tubuh Dae Hyun telentang agar memudahkan untuk membangunkannya.     

"Cepatlah bangun." Soo Yin menepuk pipi Dae Hyun pelan berulang kali. Namun suaminya hanya menggeleng.     

"Menyebalkan sekali, kenapa susah sekali dibangunkan?" gerutu Soo Yin. Lantas ia tersenyum penuh arti.     

"Sayang, aku mencintaimu," bisik Soo Yin di telinga Dae Hyun lalu menggigit kecil ujung telinganya.     

Bisikan yang terdengar di telinga Dae Hyun bagaikan angin surga yang berhembus. Seketika sebelah matanya terbuka diikuti dengan sebelah yang lain.     

Matanya langsung melebar melihat Soo Yin tersenyum manis berada di atas tubuhnya. Dengan gerakan cepat kini keadaan sudah berbalik. Bukan Soo Yin yang di atas melainkan Dae Hyun sudah berhasil mengungkung tubuh kecil Soo Yin di bawahnya.     

"Apa kau ingin menggodaku?" ujar Dae Hyun dengan sensual.     

Soo Yin mengerjapkan kedua bola matanya. Lantas mendorong tubuh Dae Hyun agar beranjak dari tubuhnya.     

"Kau mau kemana? Tidak akan kubiarkan kau pergi karena sudah mengganggu beruang yang sedang hibernasi," tukas Dae Hyun sembari menelusupkan kepalanya di leher Soo Yin. Membuat beberapa tanda kepemilikan di sana.     

"Dae Hyun, hentikan." Soo Yin terkekeh geli sambil berusaha mendorong tubuh kekar Dae Hyun.     

"Itu salahmu sudah menggangguku." Dae Hyun tidak peduli karena ada hasrat yang ingin tersalurkan.     

"Ada Jean dan Chang Yuan di bawah. Sebaiknya kita temui mereka sekarang juga," ajak Soo Yin sambari menutupi anggota bagian tubuh sensitif lainnya.     

Dae Hyun lantas menghentikan apa yang tengah ia lakukan.     

"Benarkah? Kau pasti sudah membohongiku agar bisa kabur?" ujar Dae Hyun tidak percaya.     

"Awhhh!" rintih Soo Yin sembari memegang kepalanya yang terluka sekarang justru terbentur kepala Dae Hyun.     

"Sayang, apakah sakit?" Dae Hyun lantas meniup luka itu, mendadak cemas dengan apa yang terjadi pada istrinya.     

"Tidak, aku berbohong." Soo Yin mengedipkan sebelah matanya diikuti gelak tawa renyah yang keluar dari bibirnya. Meski sebenarnya lukanya memang agak nyeri tapi Soo Yin tidak ingin terlalu mencemaskannya.     

"Sekarang juga kita akan pergi ke rumah sakit," ajak Dae Hyun sembari bangkit kemudian memasang kembali kancing baju yang sempat terlepas.     

Dae Hyun kemudian mengamati kembali luka Soo Yin yang masih mengeluarkan darah.     

"Sekarang juga kita berangkat." Dae Hyun tidak ingin menunggu terlalu lama untuk memeriksa keadaan Soo Yin.     

"Nanti saja, sebenarnya aku ada permintaan padamu," ujar Soo Yin sembari menahan pergelangan tangan Dae Hyun.     

"Nanti saja setelah kau sembuh, aku pasti akan melakukan berapa ronde yang kau inginkan," tukas Dae Hyun.     

Soo Yin memutar bola matanya. Bibirnya mengerucut sembari mengembang kempiskan hidungnya. Ternyata suaminya berpikiran sangat mesum.     

"Dasar mesum!" gerutu Soo Yin. Lalu menggeser tubuhnya ke tepian ranjang.     

"Kenapa kau mencibirku seperti itu? Aku hanya ingin kau tidak cemas mengenai hal itu. Semalam penuh kita akan melakukannya jika kau ingin," ungkap Dae Hyun. Keadaannya yang baru saja terbangun tidak bisa mencerna perkataan Soo Yin dengan baik.     

"Bukan itu yang aku inginkan. Aku ingin kau memasak untuk Jean," terang Soo Yin sembari mendengus.     

"Untuk apa?" Dae Hyun mengerutkan keningnya.     

"Jean ingin masakan yang kau buat. Calon keponakanmu itu ingin sekali mencicipi masakanmu sehingga jangan membuatnya kecewa."     

Tanpa persetujuan Dae Hyun mau atau tidak, Soo Yin menarik pergelangan tangan agar mengikutinya.     

"Sayang, izinkan aku cuci muka sebentar," ujar Dae Hyun karena matanya masih lengket.     

"Baiklah, segeralah turun karena aku akan menunggu di ruang makan," ujar Soo Yin sembari melangkah keluar dari kamar.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun.     

Di ruang makan terdengar suara gelak tawa renyah Jean. Di sana ia sedang mengobrol dengan Chang Yuan.     

Soo Yin tersenyum karena setidaknya ada pria yang mampu membuat Jean tertawa. Seperti tidak ada beban sama sekali.     

"Jean, semoga kau memilih pria yang tepat. Di dunia ini seorang wanita akan bahagia jika bertemu dengan pria yang tepat," gumam Soo Yin sembari menghela nafas panjang.     

"Ada apa, Sayang?" Tiba-tiba saja Dae Hyun sudah berada di belakang Soo Yin.     

"Lihatlah, aku senang Chang Yuan mampu menghibur perasaan Jean," sahut Soo Yin. Pandangannya tidak luput dari Jean yang sesekali memukul bahu Chang Yuan.     

"Hmmm, lebih baik ia bersama dengan Chang Yuan daripada bersama seorang pengecut yang tidak mau bertanggung jawab," ujar Dae Hyun setuju. Meski Kim Soo Hyun adiknya tapi ia tidak menyukainya setelah apa yang terjadi.     

"Bukankah Kim Soo Hyun itu adikmu? Kenapa kau tidak membelanya?" Soo Yin memiringkan tubuhnya sedikit untuk memandang wajah Dae Hyun.     

"Dia memang adikku tapi aku tidak pernah suka sikap pengecutnya," ungkap Dae Hyun.     

"Dari pada kita berdiri di sini mengintip orang berpacaran, ayo kita kembali ke kamar saja," imbuh Dae Hyun.     

"Untuk apa?" tanya Soo Yin dengan polosnya.     

"Tentu saja kita pacaran seperti mereka," ujar Dae Hyun sembari tersenyum penuh arti.     

"Dasar mesum." Soo Yin mencubit pelan perut Dae Hyun. Lalu segera keluar dari tempat persembunyian mereka.     

"Maaf menunggu lama." Soo Yin menarik kursi untuk duduk kembali di ruang makan.     

"Tidak apa-apa, seharusnya kau tidak perlu membangunkannya." Jean merasa tidak enak hati kali ini karena harus merepotkan bosnya.     

"Tidak usah sungkan. Dulu aku juga pernah memaksa Asisten Chang untuk memasak sesuatu untukku," ujar Soo Yin sembari terkekeh. Mengingat bagaimana ia datang berkunjung malam-malam ke rumah Chang Yuan.     

"Benarkah?" Jean terperangah mendengarnya.     

"Hmmm, aku sungguh minta maaf pada saat itu karena sudah merepotkan," ujar Soo Yin pada Chang Yuan.     

"Tidak masalah sama sekali, Nona," ujar Chang Yuan.     

"Jadi ini upaya kalian untuk balas dendam?" timpal Dae Hyun sambil melangkahkan kaki untuk duduk di samping istri kecilnya.     

"Tuan," sapa Chang Yuan. Menundukkan kepalanya sebentar untuk menghormati bosnya. Kini sikapnya sudah kembali serius seperti biasa. Benar-benar berubah saat bersama Jean.     

"Dae Hyun, kenapa kau begitu? Jangan membuatku malu?" Soo Yin menginjak kaki suaminya dengan bibir cemberut.     

Ingin sekali Dae Hyun meraup bibir tipis itu yang sangat menggoda.     

"Maaf, Tuan. Kami tidak bermaksud begitu," terang Jean. Meski Soo Yin adalah teman dekatnya tapi ia masih sungkan pada Dae Hyun.     

"Ah, aku hanya bercanda. Memangnya apa yang kau inginkan? Aku bisa mengerti apa yang dirasakan olehmu. Soo Yin dulu juga merasakannya, ia bahkan tengah malam ingin sesuatu. Akan marah jika rusak dibelikan," ungkap Dae Hyun sembari terkekeh. Hidup bersama Soo Yin membuat hidupnya lebih berwarna dan rasanya ingin tertawa.     

"Benarkah?" tanya Jean.     

Soo Yin hanya meringis sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. Memang itu adalah sebuah kebenaran meskipun kini tinggal kenangan.     

"Jean, katakan apa yang ingin kau makan? Suamiku akan memasak semua yang kau inginkan," ujar Soo Yin. Is sendiri ingin menikmati masakan suaminya. Semenjak ada Aeri menginap, Dae Hyun tidak pernah memasak lagi untuknya.     

"Ah, apapun itu adalah sebuah kehormatan bagiku," ujar Jean malu-malu dan merasa sungkan.     

"Sayang, aku ingin kepiting bakar," rengek Soo Yin dengan nada manja.     

Beberapa hari Aeri di villa mereka membuatnya tidak ada waktu untuk bermanja-manja jika di rumah. Soo Yin merasa lega karena semuanya sudah berakhir.     

"Apakah kau merasa sedang hamil?" tanya Dae Hyun dengan wajah berbinar.     

"Tidak, aku sudah lama tidak makan masakanmu," sanggah Soo Yin. Ia tidak ingin memberi harapan palsu dengan berbohong. Berkata jujur itu lebih baik.     

"Baiklah," ujar Dae Hyun. Dengan senang hati akan melakukan apapun untuk membuat istrinya bahagia.     

Jean sungguh mendambakan memiliki suami seperti Dae Hyun. Sangat perhatian dan menyayangi istrinya.     

Chang Yuan memandang Jean hingga beberapa saat. Ia merasakan ada sorot mata kesedihan di matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.