Istri Simpanan

Bab 548 - Kembali ke rumah sakit



Bab 548 - Kembali ke rumah sakit

0Dae Hyun memasak yang dipesan oleh Soo Yin dan Jean saja. Hanya dua menu sehingga tidaklah terlalu sulit. Sedangkan menu yang lain, Bibi Xia yang menyiapkan semuanya.     
0

"Ah, aku jadi tidak enak karena sudah merepotkan Tuan Dae Hyun," ujar Jean malu-malu setelah menghabiskan satu piring cumi asam manis. Kini bibirnya terlihat sangat belepotan.     

Chang Yuan hendak membantu membersihkannya tapi mengurungkan niatnya karena merasa malu ada Dae Hyun dan Soo Yin.     

"Kau tidak mau kepiting?" tawar Soo Yin.     

"Masakan Tuan memang enak. Tentu saja aku mau," ujar Jean sembari terkekeh pelan.     

"Ambillah, jika kau mau lagi suamiku masih bersedia memasaknya," tukas Soo Yin sembari melirik suaminya yang sedang menyantap makanan.     

"Suruh saja Chang Yuan yang memasak. Masakannya juga tak kalah enak," ujar Dae Hyun.     

"Cukup, aku sudah merasa kenyang," ujar Jean.     

Chang Yuan hanya menyunggingkan senyum tipis. Ia selalu bersikap serius di depan Dae Hyun.     

Jean melihat jam yang menempel di dinding. Ternyata hampir dua jam mereka berada di villa Pyeongchang-dong. Ini adalah saatnya mereka untuk berangkat.     

"Soo Yin, jaga dirimu baik-baik selama aku tidak di sini. Aku janji akan segera kembali," ucap Jean sedih. Padahal ia tidak akan tinggal terlalu jauh tapi karena mereka sangat dekat membuatnya sangat sedih.     

"Kau juga, jaga diri dan calon bayimu. Bila ada waktu aku akan segera datang berkunjung," tukas Soo Yin. Ia berusaha untuk tegar karena Jean pergi tidak akan lama.     

"Tentu saja. Tuan, tolong jaga sahabat baikku ini. Jangan pernah melukainya karena ia mudah sekali menangis," ujar Jean pada Dae Hyun sambil terkekeh.     

"Tentu saja, aku akan menjaga sahabatmu baik-baik," ujar Dae Hyun sembari merengkuh pinggang Soo Yin agar lebih merapatkan tubuhnya.     

Soo Yin berpelukan dengan Jean beberapa saat sebagai salah perpisahan.     

"Kami pamit dulu," ujar Chang Yuan.     

"Bawa dia kembali dalam keadaan selamat," ujar Soo Yin pada Chang Yuan.     

"Baik, Nona," sahut Chang Yuan. Dengan penuh tekad dirinya akan meminta ibunya menjaga Jean.     

Chang Yuan membantu Jean saat hendak menuruni beberapa anak tangga di teras.  Khawatir Jean terpeleset dan membahayakan kandungannya.     

Soo Yin dan Jean saling melambaikan tangan sebagai salam perpisahan untuk sementara waktu.     

"Aduh," rintih Soo Yin sembari memegangi kepalanya. Luka di dahinya terasa agak nyeri.     

"Sayang, apakah terasa sangat sakit?" Dae Hyun benar-benar cemas saat ini.     

"Sedikit," sahut Soo Yin.     

"Chung Ho, sekarang juga antar kami ke rumah sakit," seru Dae Hyun. Lantas membopong tubuh Soo Yin.     

Chung Ho lantas mengemudikan mobil ke depan teras.     

Dae Hyun duduk di belakang bersama Soo Yin. Membantunya tetap bersandar di bahunya.     

"Inilah akibatnya karena keras kepala. Jika susah seperti ini kau membuatku sangat cemas," gerutu Dae Hyun. Ada perasaan kesal sekaligus cemas di dalam dirinya saat ini.     

"Kau memarahiku?" Soo Yin menengadahkan wajahnya sedikit untuk melihat wajah Dae Hyun yang terlihat cemas.     

Dae Hyun menghela nafas panjang. Sejenak menenangkan diri dengan memejamkan mata.     

"Tidak, aku hanya mencemaskanmu. Lain kali menurutlah dengan semua perkataan suamimu ini." Dae Hyun melembutkan nada suaranya.     

"Kupikir aku akan baik-baik saja." Soo Yin memeluk tubuh Dae Hyun. Sebenarnya tidak terlalu sakit tapi Dae Hyun saja yang terlalu berlebihan padanya.     

"Luka di kepala itu tidak ada yang baik-baik saja. Salah sedikit akan berakibat fatal," terang Darel.     

"Hmmm, dimana Aeri dan Han Dirawat? Apakah di rumah sakit yang sama?" tanya Soo Yin. Tiba-tiba saja teringat dengan keduanya.     

"Aku ingin mengawasi mereka agar lebih mudah," ujar Dae Hyun.     

"Apakah kau masih marah pada mereka?" tanya Soo Yin.     

"Tentu saja aku marah. Jika tidak karena mereka, mungkin saat ini kita tinggal menunggu bayi kita lahir sebentar lagi." Bohong jika Dae Hyun tidak marah, karena faktanya ia sangat tidak terima kejahatan yang sudah mereka lakukan.     

"Kau benar," ucap Soo Yin dengan sendu. Hatinya sedih setiap mengingat hari dimana harus kehilangan calon bayinya. Seandainya tidak terjadi mungkin sebentar lagi bisa mendekapnya.     

"Jangan sedih, kita akan membuatnya lagi nanti yang banyak," tukas Dae Hyun sembari mengusap punggung Soo Yin pelan.     

"Kau pikir seperti membuat sebuah roti yang sangat mudah untuk dibuat," gerutu Soo Yin dengan bibir cemberut.     

"Benar, ternyata tidak semudah yang dibayangkan." Dae Hyun terkekeh untuk menghibur hati Soo Yin agar tidak sedih.     

"Sudahlah, tidak usah membahasnya lagi karena kepalaku sakit." Soo Yin membaringkan kepalanya di pangkuan Dae Hyun. Matanya menatap mata milik Darel yang tampak sayu.     

Tidak tidur semalaman membuat ada lingkaran hitam di matanya.     

"Kenapa kau memandangku seperti itu? Apakah kau sedang terpesona oleh ketampananku ini," ujar Dae Hyun dengan penuh percaya diri.     

"Seorang pria tentu saja tampan, tidak mungkin cantik," cibir Soo Yin sembari memutar bola matanya.     

"Kau memang sangat pintar," puji Dae Hyun sembari terkekeh.     

Sepanjang perjalanan mereka terus mengobrol sambil bercanda. Hal itu mampu membuat rasa nyeri di kepala Soo Yin terasa lebih ringan.     

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit.     

"Biarkan aku jalan sendiri," ujar Soo Yin sebelum Dae Hyun menggendongnya.     

"Kepalamu sakit, aku tidak ingin kau kenapa-kenapa," ucap Dae Hyun dengan tegas.     

Soo Yin hanya pasrah saat Dae Hyun kembali membopongnya. Sebenarnya ia merasa malu karena ada beberapa orang yang memandang ke arah mereka saat melewati koridor rumah sakit.     

Dengan sengaja Soo Yin menyembunyikan wajahnya di dada Dae Hyun agar tidak melihat orang yang lalu lalang.     

"Apakah kau merasa malu karena digendong oleh pria dewasa sepertiku?" tanya Dae Hyun setelah masuk ke dalam lift.     

"Bukan, mana mungkin aku malu. Aku hanya tidak suka karena mereka yang melihat pasti akan mencibirku," terang Soo Yin.     

"Tidak usah dipedulikan karena yang paling penting aku sangat mencintaimu."     

"Baiklah."     

Pintu lift sudah terbuka. Dae Hyun membawa Soo ke ruangan kemarin dimana ia dirawat.     

"Sayang, aku ingin bertemu Yeon Ho," rengek Soo Yin saat Dae Hyun baru saja membaringkan tubuhnya di atas ranjang.     

"Nanti saja setelah dokter memeriksa kondisimu. Menurutlah jika kau tidak ingin aku marah," ancam Dae Hyun dengan tegas.     

Dae Hyun segera menyingkir karena dokter Kang sudah datang untuk memeriksa keadaan Soo Yin.     

"Kenapa kau keluar dari rumah sakit? Padahal lukamu saat ini belum sembuh," ujar Dokter Kang sambil membuka perban di kepala Soo Yin.     

"Tadinya aku sudah merasa baikan tapi tidak kusangka ternyata masih nyeri," sahut Soo Yin untuk membela diri.     

"Lain kali tetaplah berada di rumah sakit sampai kau sembuh total," tukas Dokter Kang.     

"Baik."     

Dae Hyun hanya berdiam diri sambil mendengarkan penjelasan dari Dokter Kang.     

"Bagaimana keadaan Aeri dan Han?" tanya Dae Hyun. Ia ingin mereka segera sehat sehingga memudahkannya memasukkan ke penjara.     

"Kau lihat saja mereka sendiri." Dokter Kang menepuk pundak Dae Hyun sebelum akhirnya pergi karena ada pasien yang harus diperiksa olehnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.