Istri Simpanan

Bab 549 - Karma yang setimpal



Bab 549 - Karma yang setimpal

0Kondisi Han saat ini belum sadarkan diri karena mobil yang terguling membuat luka di kepalanya cukup parah. Sedangkan Aeri sudah tersadar tapi harus mengalami patah tulang pada kedua kakinya. Hal itu membuat Aeri syok dan meraung-raung sejak tadi.      
0

Sun Book yang menemani Aeri merasa kewalahan untuk menenangkan putrinya.     

"Ibu, aku tidak rela jika kedua kakiku tidak bisa digunakan untuk berjalan lagi," ujar Aeri sembari memukul kakinya sendiri menggunakan tangan.     

"Aeri, tenanglah. Jika kau seperti ini yang ada semakin melukai diri sendiri." Sun Book mencekal pergelangan tangan Aeri agar menghentikan apa yang tengah di lakukannya.     

"Ibu, sebaiknya bunuh saja anak sialan itu. Seandainya ia tidak berlari ke tengah jalan sekarang hidupku akan baik-baik saja." Aeri merasa marah dan sangat kesal karena kecelakaan itu diakibatkan oleh Yeon Ho.     

Sun Book tidak tahu harus bagaimana lagi cara menenangkan Aeri. Sejak tadi terus berteriak agar membunuh Yeon Ho.     

Aeri bahkan menjambak rambutnya sendiri hingga kondisinya sekarang sangat memprihatinkan. Rambutnya berantakan seperti seorang gembel, apalagi setelah mendengar kabar jika Han belum juga sadarkan diri.     

Ceklek ….     

Tanpa mengetuk pintu, Dae Hyun lantas masuk ke dalam kamar Aeri. Tatapan lurus ke depan dengan rahang yang menegang dan tatapan dingin.     

Sun Book lantas berdiri dari duduknya. Kini tubuhnya mulai gemetar melihat kedatangan Dae Hyun. Sepertinya sudah tidak ada ampun lagi bagi mereka.     

"Dae Hyun, aku mohon maafkan kesalahan Aeri. Sebenarnya Aeri sama sekali tidak bersalah. Aku yang mengganti anak itu saat di rumah sakit karena anak kalian meninggal. Aeri sama sekali tidak tahu akan hal ini. Jika kau ingin menghukum Aeri maka hukumlah saja ibu." Tiba-tiba saja Sun Book bersimpuh di kaki Darel. Berharap pria di depannya sudi memaafkan kesalahan mereka. Dengan begitu posisi Aeri akan aman.     

"Sudah terlalu banyak kejahatan yang ia lakukan. Kata maaf tidak akan mengubah segala. Kalian sudah banyak menipuku sehingga bersiaplah kalian akan masuk penjara," ucap Dae Hyun dengan datar. Sebenarnya ia ingin meluapkan segala emosinya tapi tidak ingin membuang-buang tenaga.     

"Dae Hyun, semua itu salah ibuku. Aku sama sekali tidak tahu akan hal itu." Aeri berusaha membela diri.     

"Kesalahanmu bukan hanya itu. Kau bahkan berencana mencelakai Soo Yin hingga calon bayi kami harus tiada, itu adalah kesalahan yang tidak akan pernah bisa dimaafkan seumur hidupku," ujar Dae Hyun sembari menggertakan giginya kuat-kuat. Tangannya mengepal kuat untuk menahan amarahnya.     

"Itu karena dia ingin merebutmu dariku," kilah Aeri.     

"Seharusnya kau sadar diri. Kau bisa menikah denganku dengan cara licik. Sadarlah perbuatan jahat pada akhirnya akan mendapatkan karma yang setimpal," ujar Dae Hyun sembari mendengus. Tidak ingin berdebat lagi dengan wanita licik seperti Aeri, ia memilih berbalik dan meninggalkan kamar itu.     

"Dae Hyun, tunggu," ujar Sun Book hendak keluar mengikuti Dae Hyun tapi ada ditahan oleh polisi yang menjaga mereka. Setelah mereka sembuh akan langsung dimasukkan ke dalam penjara.     

"Soo Yin, kau memang wanita sialan!" umpat Aeri meraung-raung dengan penuh amarah.     

Dae Hyun kali ini sudah terlalu banyak diam dan mengalah akan hal itu. Sekarang adalah waktunya terbebas dari Aeri. Ia lantas bergegas ke ruangan tempat Yeon Ho menginap. Kini hatinya sudah bisa berbesar hati menerima Yeon Ho sebagai putranya.     

"Dae Hyun, bagaimana keadaan Aeri? Kau harus segera bercerai dengannya karena dia ternyata wanita yang sangat licik," ujar Ny. Park. Baru saja Dae Hyun hendak masuk ke dalam menemui Yeon Ho, dirinya sudah dihadang oleh Ny. Park yang duduk di depan.     

"Kenapa Ibu baru mempercayainya sekarang? Bukankah Aeri adalah menantu yang selalu Ibu sanjung?" ujar Dae Hyun dengan datar.     

"Dae Hyun, ibu sungguh meminta maaf karena tidak mempercayaimu sejak dulu." Ny. Park menundukkan kepalanya. Merasa sangat bersalah karena saat itu bersikeras meminta Dae Hyun menikahi Aeri tanpa mau mendengarkan penjelasannya.     

"Semuanya sudah berlalu. Kuharap Ibu tidak mengulangi kesalahan itu kembali," tukas Dae Hyun sembari menghela nafas panjang. Berusaha menenangkan diri agar tidak terbawa emosi.     

"Ibu berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi," ucap Ny. Park dengan nada sendu dan penuh penyesalan. Karena keegoisannya membuat Dae Hyun tidak bahagia.     

"Maaf, jika aku menyakiti perasaan Ibu. Aku hanya masih kesal." Dae Hyun memeluk Ny. Park karena sepertinya kata-katanya sudah keterlaluan.     

"Tidak, aku mengerti bagaimana perasaanmu." Ny. Park membalas pelukan Dae Hyun.     

"Aku ke dalam dulu, Bu. Apakah Yeon Ho sedang tidur?" Dae Hyun melepaskan pelukannya.     

"Ia sudah tidur sejak tadi setelah menanyakan Aeri berulang kali," terang Ny. Park.     

"Hmmm." Dae Hyun kemudian memasuki kamar rawat inap itu.     

Dae Hyun duduk di samping ranjang Yeon Ho yang sedang tertidur pulas. Hatinya pilu mengingat jika Yeon Ho bukanlah datang dagingnya. Namun Dae Hyun akan tetap menganggapnya sebagai putra apapun yang terjadi.     

"Yeon Ho, maafkan ayahmu ini karena kemarin sudah mengacuhkanmu." Dae Hyun mengusap puncak kepala Yeon Ho pelan agar tidak mengganggu tidurnya.      

"Kau akan tetap akan menjadi anak ayah apapun yang terjadi." Ada setitik butiran kristal yang terjatuh dari pelupuk matanya. Bahkan ia juga tidak berencana mencari tahu siapa orang tua kandungnya. Dae Hyun juga tidak akan memberitahu Yeon Ho akan hal itu.     

Perlahan mata Yeon Ho terbuka karena merasa terusik oleh gerakan Dae Hyun. Seketika wajahnya langsung berbinar melihat ayahnya.     

"Ayah," ucapnya dengan bibir tersenyum.     

"Maaf, jika aku mengganggu tidurmu," ujar Dae Hyun seraya mengusap pipi putranya.     

"Apakah Ayah menangis?" Yeon Ho mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Dae Hyun.     

"Ah, tidak. Aku hanya terkena debu sehingga mataku berair," kilah Dae Hyun. Buru-buru ia mengusap pipinya.     

"Lain kali Ayah harus berhati-hati." Yeon Ho duduk kemudian meniup mata Dae Hyun karena mengira ayahnya terkena debu.     

"Baiklah."     

"Ayah, dimana ibu? Kenapa sejak kemarin tidak menjengukku? Apakah ibu belum pulang?" tanya Yeon Ho dengan bibir cemberut.     

Dae Hyun menghela nafas berat. Tidak tahu bagaimana menjawabnya. Tidak mungkin terus-menerus berbohong. Namun untuk berbicara jujur Dae Hyun juga tidak sanggup.     

"Mulai sekarang tidak usah mencari keberadaan ibumu lagi. Karena ada ayah dan mommy yang akan mencintaimu dengan tulus," terang Dae Hyun pelan-pelan.     

"Memangnya kenapa aku tidak boleh tahu? Apakah ibu sudah tidak menginginkanku lagi?" ujar Yeon Ho seraya menautkan kedua alisnya.     

"Yeon Ho, apakah kau ingin mainan? Jika kau sudah sembuh ayah akan membelikan mainan sebanyak yang kau inginkan." Dae Hyun berusaha mengalihkan pembicaraan.     

"Benarkah?" Mendengar kata mainan membuat wajah Yeon Ho berbinar. Bagaimanapun ia hanyalah seorang anak-anak yang mudah untuk dialihkan.     

"Tentu, nanti setelah kau sembuh kita juga akan pergi jalan-jalan bersama mommy. Kita akan pergi liburan ke luar negeri," ujar Dae Hyun.     

"Ayah, aku ingin melihat menara Eiffel," tukas Yeon Ho.     

"Baiklah, nanti kita akan ke Paris dan berkeliling dunia kemanapun yang kau inginkan." Dae Hyun bisa bernafas lega karena akhirnya Yeon Ho tidak menanyakan Aeri lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.