Istri Simpanan

Bab 550 - Satu-satunya istri



Bab 550 - Satu-satunya istri

0Sebulan kemudian,     
0

Villa Pyeongchang-dong,     

Soo Yin merasa tidurnya lebih nyenyak karena akhirnya Yeon Ho sudah sembuh seperti sedia kala. Perceraian Dae Hyun dengan Arti juga sedang di proses. Ia bisa menjadi istri satu-satunya Dae Hyun yang diakui oleh banyak orang.     

Sepasang suami istri itu sudah bangun tapi mereka masih malas-malasan. Enggan beranjak dari ranjang karena masih terlalu pagi.     

"Sayang," panggil Dae Hyun seraya memeluk tubuh Soo Yin dari belakang.     

"Hmmm," sahut Soo Yin dengan mata terpejam.     

"Ayo adakan pernikahan ulang untuk kita." Dae Hyun mengungkapkan keinginannya untuk menikah kembali dengan Soo Yin. Ingin semua orang mengakui pernikahan mereka.     

Seketika Soo Yin langsung menoleh. Cukup aneh karena tiba-tiba Dae Hyun berbicara seperti itu.     

"Untuk apa? Perlukah kita melakukan hal itu?" tanya Soo Yin.     

"Tentu saja perlu. Dulu aku melamarmu dan menikahimu dengan cara yang tidak benar. Aku ingin kita menikah di depan semua tamu undangan," terang Dae Hyun sembari mendesah panjang.     

"Aku sudah tidak peduli lagi akan hal itu. Tidak terlalu berbeda menikah ulang atau tidak," ujar Soo Yin.     

"Tentu saja berbeda. Aku hanya ingin kau diakui semua orang jika kau adalah istriku yang sah. Bukan istri yang merebutku dari wanita lain," tukas Dae Hyun.     

"Aku tidak perlu mendengarkan apa kata mereka." Soo Yin sudah tidak peduli dengan ucapan orang lain tentangnya.      

"Kita akan melangsungkan pernikahan ulang sebulan lagi. Aku akan mempersiapkan pernikahan kita menjadi pernikahan paling mewah," tukas Darel.     

"Terserah kau saja lah." Percuma Soo Yin menolaknya.     

"Dae Hyun, aku ingin menanyakan sesuatu padamu," ujar Soo Yin.     

"Katakanlah, aku akan menjawabnya dengan sangat jujur," tukas Dae Hyun sambil menyembunyikan kepalanya di ceruk Soo Yin.     

"Apakah kau yakin akan memenjarakan Han dan Aeri? Sepertinya mereka sudah cukup menderita saat ini." Soo Yin merasa kasihan dengan keduanya.     

"Tidak perlu merasa kasihan karena mereka memang akan pantas mendapatkan hukuman. Lagi pula polisi sudah menangani mereka," terang Dae Hyun.     

Soo Yin membalikkan tubuhnya agar menghadap ke arah Dae Hyun. Tangannya menyentuh dagu suaminya yang sudah mulai tumbuh rambut-rambut halus.     

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Dae Hyun.     

"Aku ingin bertemu dengan ayah. Sepertinya aku harus menemui bibiku untuk menanyakan barang kali mereka tahu dimana alamat ayah di pulau Jeju. Menunggunya menghubungi rasanya sangat lama." Soo Yin menghela nafas panjang karena teringat sudah tidak bertemu dengan Kim Nam dalam jangka waktu lama.     

"Baiklah, kita akan mencarinya. Kau benar, tidak mungkin di saat pesta pernikahan kita, ayah tidak datang." Dae Hyun setuju unjuk mencari keberadaan Kim Nam.     

"Biarkan aku yang menanyakannya sendiri. Jam berapa sekarang? Aku hari ini harus ke kampus," tukas Soo Yin. Hendak bangkit tapi Dae Hyun justru memeluknya dengan sangat erat.     

"Tidak usah pergi. Hari ini tinggalah di rumah saja," rengek Dae Hyun seperti anak kecil.     

"Apakah kau tidak pergi bekerja?" Akhirnya Soo Yin menurut untuk tetap berada di dekapan suaminya.     

"Setelah apa yang terjadi, kita bahkan baru memiliki waktu hari ini untuk bersantai. Haruskah aku pergi bekerja juga?" Dae Hyun mendesah berat, karena kini hidupnya terasa jauh lebih aman.     

"Kita bisa bersantai di lain waktu. Lagi pula aku ada tugas yang harus dikumpulkan sekarang," ujar Soo Yin.     

"Kau bisa meminta izin, bukankah Mi Young masih menjadi dosen di kampus?" Dae Hyun benar-benar ingin bersantai di rumah.     

"Apakah kau ingin bertemu dengannya?" goda Soo Yin.     

"Untuk apa aku menemuinya?" Dae Hyun justru balik bertanya.     

"Sepertinya dia masih menyukaimu. Aku bisa melihat dari tatapan matanya," ungkap Soo Yin.     

"Lalu apa hubungannya denganku? Aku sama sekali tidak peduli. Lebih baik aku dicintai olehmu," tukas Dae Hyun. Ia bahkan tidak peduli meski digilai oleh banyak wanita.     

"Kupikir kau masih memiliki perasaan dengannya." Soo Yin terkekeh sembari mengedipkan sebelah matanya.     

"Tidak usah menggodaku. Jam berapa kau pergi ke kampus?" tanya Dae Hyun.     

"Aku bisa berangkat agak siang karena hanya mengumpulkan tugas saja," sahut Soo Yin.     

"Bagus, setidaknya ada waktu untuk kita bersama." Dae Hyun tersenyum penuh arti.     

"Lebih baik kita bersiap-siap dari pada kesiangan," ujar Soo Yin.     

Dengan gerakan cepat kini Dae Hyun sudah berhasil menghimpit tubuh Soo Yin di bawahnya. Menatap lekat matanya dengan perasaan cinta yang semakin dalam.     

"Aku senang akhirnya bisa menyebutmu menjadi satu-satunya istriku. Satu-satunya wanita yang saat ini sangat kucintai," ungkap Dae Hyun sembari menyusuri pipi Soo Yin dengan lembut.     

Sudah lama Dae Hyun memimpikan hari ini. Ternyata tak salah saat itu dirinya menjadikan Soo Yin sebagai istri. Jika tidak bertemu dengan Soo Yin mungkin sampai detik ini, ia tidak akan mengetahui kebenarannya. Dae Hyun tidak akan pernah peduli tentang Aeri meski sudah menipunya.     

Cup ….     

Soo Yin tersenyum kemudian mendaratkan ciuman lembut di bibir Dae Hyun.     

"Apakah kau ingin menggodaku pagi ini?" Dae Hyun semakin mendekatkan wajahnya. Mereka bisa merasakan hembusan udara masing-masing.     

"Tidak," sanggah Soo Yin sembari memalingkan wajahnya ke samping.     

"Tidak usah berbohong. Kau pikir bisa membohongiku?" Dae Hyun menangkup kedua pipi Soo Yin kemudian mendaratkan ciuman di bibirnya.     

Soo Yin mengalungkan tangannya di tengkuk Dae Hyun. Tubuhnya sudah mulai bergairah karena tangan nakal Dae Hyun sudah berkelana pada area sensitifnya.     

Dae Hyun terus menelusuri setiap inci tubuh istrinya. Hingga kini tak ada sehelai benangpun yang menempel di tubuhnya.     

Setelah beberapa waktu mengurus semua masalah mereka, Dae Hyun tidak ada waktu untuk memikirkan berduaan dengan Soo Yin. Yang hanya di pikirannya masalah itu harus segera berakhir agar hidup mereka tenang.     

Tubuh Soo Yin menggelinjang saat Dae Hyun memainkan bagian tubuhnya yang sensitif lebih agresif lagi. Kini suara desahan tak tertahankan langsung lolos dari bibirnya.     

Dae Hyun semakin bersemangat dan bergairah saat Soo Yin memejamkan matanya. Kedua tangan mencengkram erat sprei. Ingin sekali Dae Hyun menggodanya.     

"Kau sudah bersiap, Sayang?" tanya Dae Hyun memastikan jika Soo Yin sudah sangat menginginkannya.     

Soo Yin perlahan membuka matanya yang terlihat sayu dipenuhi dengan kabut samara yang semakin menggebu-gebu. Ia lantas menganggukkan kepalanya.     

Suasana pagi hari di kamar itu dipenuhi dengan suara desahan dan lenguhan dari kedua insan yang sedang memadu kasih.     

Tubuh Dae Hyun lantas ambruk di samping Soo Yin setelah dua jam melakukannya. Jika tidak ingat Soo Yin akan pergi ke kampus mungkin ia tidak akan melepaskannya.     

"Rasanya aku tidak ingin kemana-mana," ucap Soo Yin dengan mata terpejam. Tubuhnya kini terasa lengket karena peluh yang diakibatkan saat mereka bercinta.     

"Kalau begitu seharian kita tidak usah kemana-mana. Kau bisa mengumpulkan tugas itu besok pagi," tukas Dae Hyun. Tangannya kembali memeluk erat tubuh Soo Yin.     

"Mana bisa seperti itu?" gerutu Soo Yin.     

"Kalau begitu temani aku sebentar lagi," pinta Dae Hyun.     

Soo Yin berhenti berusaha melepaskan diri. Tinggal sebentar lagi sepertinya tidak masalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.