Istri Simpanan

Bab 551 - Hanya masa lalu



Bab 551 - Hanya masa lalu

0Hari ini Dae Hyun mengantarkan Soo Yin ke kampus tapi ia menunggu di dalam mobil. Setelah ini mereka akan pergi ke hotel bersama-sama. Dae Hyun pikir tidak perlu bekerja tapi sayang sekali karena banyak pekerjaan yang menumpuk. Sepertinya ia harus membujuk Kim Soo Hyun untuk kembali bekerja.     
0

Soo Yin melihat Jae-hwa yang sedang duduk di depan kelas. Ada keraguan di hatinya untuk menyapa. Pria yang dulu sangat dekat dengannya kini sudah berbeda.     

Sebelum menghampirinya, Soo Yin menghirup udara dalam-dalam.     

"Jae-hwa, lama kita tidak bertemu," sapa Soo Yin akhirnya memberanikan diri.     

"Hai, kau sekarang tampaknya sangat sibuk," ujar Jae-hwa sembari menggeser sedikit tubuhnya. Meski mereka tidak bisa saling mencintai tapi Jae-hwa ingin tetap menjadi sahabatnya.     

"Sedikit, belakangan banyak masalah yang menimpa kami," tukas Soo Yin sembari menghela nafas berat.     

"Ya, aku sudah mendengar semuanya. Aku mengucapkan selamat karena akhirnya kau bisa menjadi wanita satu-satunya di hati Tuan Dae Hyun. Tidak akan ada lagi orang yang mencelamu," ucap Jae-hwa dengan nafas berat. Sejujurnya hatinya terasa sangat sesak. Tapi mungkin itulah jalan yang terbaik untuk Soo Yin.     

"Terima kasih," sahut Soo Yin singkat.     

"Semoga kelak kau menemukan seseorang gadis yang baik hati. Gadis yang pintar seperti dirimu," imbuh Soo Yin sembari tersenyum.      

Jae-hwa memandang lekat wajah Soo Yin.     

'Sesunggguhnya hanya kau saat ini yang masih aku inginkan,' batin Jae-hwa.     

Dari kejauhan Mi Young mengamati Soo Yin yang mengobrol dengan Jae-hwa. Mereka sangat terlihat asyik sehingga Mi Young merasa penasaran dengan mereka. Dengan langkah pelan ia kemudian menghampiri Jae-hwa dan Soo Yin.     

Seandainya Soo Yin tidak hadir,mungkin sekarang yang akan berada di sisi Dae Hyun adalah dirinya. Mi Young merasa iri akan hal itu.     

"Hmmmm," ujar Mi Young saat sudah berada di dekat Soo Yin.     

"Dokter Mi Young?" sapa Soo Yin.     

"Jae-hwa, bisakah kau tinggalkan kami sebentar? Ada yang harus aku bicarakan berdua dengan Soo Yin," usir Mi Young secara halus pada Jae-hwa.      

"Baik," sahut Jae-hwa dengan cepat. Terlalu lama duduk dengan Soo Yin membuatnya canggung. Ia harus menjaga obrolan, tidak seperti dulu bisa mengobrol apapun sesuka hati.     

Soo Yin mengamati punggung Jae-hwa yang perlahan sudah tidak tampak lagi.     

"Soo Yin, selamat karena sekarang kau sudah menjadi satu-satunya Nyonya Dae Hyun. Seandainya kau tidak hadir mungkin aku yang masih berada di posisi itu," ucap Mi Young sembari mendengus. Ia membayangkan betapa bahagianya seandainya perjodohan dengan Je Ha tidak terjadi. Hidupnya tidak akan menyedihkan seperti itu.     

Soo Yin mengangkat sebelah alisnya. Merasa sangat lucu dengan ucapan Mi Young. Sepertinya wanita itu masih memendam cinta yang begitu mendalam.     

"Apakah ini semua salahku? Jika dia memang masih mencintaimu pasti Dae Hyun akan memperjuangkan cintanya," balas Soo Yin.     

"Kai harus tahu, kalau seorang pria yang pernah berselingkuh pasti akan selingkuh pasti akan melakukannya di kemudian hari. Kami dulu berjanji untuk bersama sehidup semati, kau lihat saja nanti ia akan berpaling darimu," ungkap Mi Young dengan ekspresi datar. Setelah perceraiannya dengan Je Ha membuat Mi Young ingin memperbaiki kesalahannya pada  Dae Hyun dahulu.     

Soo Yin memutar bola matanya. Kesal mendengarkan omong kosong yang dilontarkan oleh Mi Young. Menurutnya Mi Young terlalu percaya diri karena merasa menjadi cinta pertama Dae Hyun.     

"Kau juga harus ingat, jika seorang pria mudah sekali melupakan. Jadi berhentilah bermimpi untuk mendapatkan Dae Hyun kembali," cibir Soo Yin. Ia pikir setelah Aeri tidak bisa mengganggu mereka masalah akan berakhir. Tapi ternyata Mi Young bahkan mengatakan secara terus terang ingin merebut Dae Hyun.     

"Kita lihat saja nanti," ujar Mi Young. Terlalu banyak merasakan sakit membuatnya sudah kehilangan akal sehat.     

"Terserah kau saja. Aku tidak peduli sama sekali," ucap Soo Yin dengan nada meninggi. Melayani wanita seperti Mi Young membuat darahnya naik saja.     

Soo Yin lantas meninggalkan Mi Young tanpa peduli akan dianggap seseorang yang tidak memiliki sopan santun.     

Dae Hyun menunggu Soo Yin di parkiran sambil bersandar pada sisi mobilnya. Dahinya berkerut melihat wajah Soo Yin yang tampak cemberut. Entah apa yang terjadi padanya sehingga menekuk wajahnya seperti itu.     

"Sayang, apa yang terjadi padamu? Apakah ada yang mengganggumu?" tanya Dae Hyun.     

"Mantan pacarmu itu sangat menyebalkan. Dia terang-terangan ingin bertarung denganku," gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Mantan? Bertarung?" Dae Hyun semakin bingung mendengar jawaban Soo Yin. Ia berusaha mencerna siapa yang dimaksud oleh Soo Yin.     

"Maksudmu Mi Young?" imbuh Dae Hyun setelah mengira-ngira kemungkinan terbesarnya.     

"Tentu saja, memang ada lagi mantan kekasihmu." Soo Yin melipat tangannya di dada.     

"Tidak usah di dengarkan. Dia pasti bercanda karena aku yakin jika Mi Young tidak akan melakukan hal itu. Mungkin dia hanya mengancam saja," tukas Dae Hyun.     

"Jadi, kau membelanya?" Soo Yin menyipitkan matanya. Mengingat Mi Young adalah wanita yang dicintai Dae Hyun membuatnya sangat cemburu akan hal itu.     

"Sayang, aku tidak membelanya sama sekali." Dae Hyun memijat pelipisnya karena sepertinya sifat Soo Yin yang kekanak-kanakan sudah hadir kembali.     

"Terserah kau saja." Soo Yin menghentakkan kakinya di tanah cukup kuat. Lalu masuk ke dalam mobil kemudian membanting pintu mobil kuat-kuat.     

Dae Hyun menghela nafas berat. Sulit baginya membujuk Soo Yin jika sudah marah seperti ini. Namun tidak tahu kenapa ia juga rindu Soo Yin yang cemburu.     

"Kemana kita hari ini?" tanya Dae Hyun setelah duduk di belakang kemudi di samping Soo Yin.     

"Terserah," sahut Soo Yin cuek dan singkat.     

"Sayang, itu hanyalah masa lalu yang tidak mungkin akan terulang kembali," terang Dae Hyun. Tangannya terulur memegang jemari Soo Yin lalu meremasnya pelan.     

"Mi Young mengatakan seseorang yang pernah berselingkuh pasti suatu saat nanti akan melakukan hal yang sama," ungkap Soo Yin.     

"Nanti akan kukatakan padanya jika itu adalah sebuah omong kosong. Kau pikir aku begitu mudahnya mencintai seseorang? Aku bahkan tidak bisa mencintai Aeri meski sudah lama bersama," ungkap Dae Hyun.     

Soo Yin memejamkan matanya sembari menghela nafas berat. Berusaha menghilangkan prasangka buruk yang hadir dalam pikirannya. Mungkin inilah yang Aeri rasakan selama ini. Pantas saja ia sangat marah padanya.     

"Aku minta maaf karena meragukanmu. Lagu pula jika sampai kau melakukannya akan kubunuh dengan racun." Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun. Merasa bodoh karena sudah terlalu percaya dengan perkataan Mi Young.     

"Tidak apa-apa. Aku mengerti jika kau merasakan hal itu. Sepertinya aku memang harus lebih bersabar menghadapi istri yang masih memiliki sifat labil. Terkadang bisa bersikap dewasa terkadang sifatnya sangat kekanak-kanakan." Dae Hyun terkekeh sembari merengkuh pinggang Soo Yin.     

Soo Yin tidak peduli kalau Dae Hyun mengatakannya demikian karena memang dirinya terkadang masih merasa seperti seorang remaja yang belum menikah.     

"Ibu dan ayah mengundang kita malam ini untuk makan malam," tukas Dae Hyun.     

"Haruskah kita datang?" tanya Soo Yin. Hubungan mereka bagaimapun masih agak canggung sehingga Soo Yin masih merasa ragu.     

"Keputusan ada di tanganmu. Aku tidak akan memaksa jika kau tidak ingin datang karena aku bisa mengerti apa yang kau rasakan. Mungkin mereka hanya mencoba untuk memperbaiki hubungan denganmu." Semenjak hubungannya dengan Aeri berakhir, Dae Hyun belum pernah sekalipun memijakkan kakinya di rumah orang tuanya.     

Meskipun Dae Hyun mengantarkan Yeon Ho kesana tapi ia hanya mengantar sampai depan teras saja. Ibu dan ayahnya juga tidak pernah memaksanya untuk tetap tinggal karena sepertinya mereka menyadari kesalahan yang sudah mereka lakukan.     

"Baiklah, nanti malam kita akan datang. Aku tidak ingin menjadi penghalang hubungan di antara kalian yang menjadi renggang. Berbaikanlah dengan orang tuamu. Lupakan semua masalah di masa lalu," saran Soo Yin dengan sendu. Karena berada jauh dari orang tua itu sangat sakit.     

"Hmmm, kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Ini adalah murni apa yang aku rasakan dahulu."     

"Kalau begitu kita akan datang malam ini. Tidak baik menolak undangan baik ayah dan ibu," ajak Soo Yin.     

"Hmmm." Dae Hyun mengecup puncak kepala Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.