Istri Simpanan

Bab 553 - Memulai dari awal



Bab 553 - Memulai dari awal

0UN Village,     
0

Setelah kepergian Mi Young bersama keluarganya, kecanggungan masih terjadi. Mereka kini sudah berkumpul di ruang keluarga untuk berbincang-bincang lebih lanjut acara pesta pernikahan Dae Hyun dan Soo Yin.     

Dae Hyun duduk di samping Soo Yin sembari menggenggam erat tangannya yang berkeringat. Ia tahu istri kecilnya sangat gugup. Mencemaskan mungkin orang tuanya yang tidak akan menyukainya lagi.     

Namun kedatangan mereka tidak sia-sia karena Ny. Park dan Park Ji Hoon sudah menyambut mereka dengan hangat. Hanya Kim Soo Hyun saja yang belum terbiasa untuk kembali bersikap seperti semula.     

"Soo Yin, menginaplah kalian malam ini. Kalian sudah lama tidak menginap di sini." Ny. Park mencairkan suasana yang hening beberapa saat.     

Mulai sekarang Ny. Park akan mencoba dekat dengan Soo Yin kembali seperti dulu kala. Ia akan melupakan semua yang terjadi dan memulai dari awal lagi.     

"Terima kasih, Bu." Soo Yin tersenyum tipis kemudian memandang Dae Hyun untuk meminta pertimbangan. Namun Dae Hyun diam saja, belum berani mengambil keputusan.     

"Untuk acara pesta pernikahan, kalian tidak perlu cemas. Nanti ada Kim Soo Hyun juga yang akan membantu mempersiapkan semuanya," tukas Ny. Park. Ia ingin kedua putranya kembali berbaikan seperti dulu. Biarkan yang berlalu tetap berlalu.     

Kim Soo Hyun menghela nafas berat. Sungguh tidak pernah diinginkan hal seperti ini. Namun melihat Soo Yin bahagia dengan saudaranya mulai sekarang ia harus rela melepaskan.     

"Tentu saja aku akan membantu," sahut Kim Soo Hyun menyetujui permintaan ibunya.     

"Kim Soo Hyun, kembalilah bekerja di hotel. Apakah kau begitu tega melihatku kewalahan? Banyak pekerjaan yang harus aku pikirkan. Bukan hanya hotel, aku bahkan harus memikirkan restoran yang kubuat," ungkap Dae Hyun. Sebagai seorang kakak, ia sendiri merasa tidak enak hubungannya dengan Kim Soo Hyun renggang.     

"Benar apa kata Dae Hyun. Mulai sekarang kembalilah bekerja. Jika kau tidak mau di hotel utama, setidaknya kau harus bekerja di tempat lain," timpal Park Ji Hoon. Melihat mereka mulai mengobrol lagi membuatnya merasa senang.      

"Hmmm, akan kupikirkan nanti," sahut Kim Soo Hyun sembari memijat pelipisnya.      

Seorang pria yang tadinya sangat ramah kini mendadak berubah diam setelah begitu banyak masalah yang menimpa hidupnya.     

"Soo Yin, bolehkah kami mengetahui keberadaan orang tuamu? Kami hanya tahu jika kau tinggal seorang diri di Seoul. Ada baiknya kami berkenalan juga dengan besan," ujar Ny. Park ingin tahu. Sudah lama ingin menanyakannya tapi tidak ada kesempatan. Bahkan Ny. Park sempat melupakannya.     

"Ayahku tinggal di pulau Jeju saat ini. Namun dia tidak memberitahukan dimana ia tinggal. Itulah sebabnya aku ingin mencarinya terlebih dahulu," terang Soo Yin dengan kepala tertunduk. Sedih jika mengingat tidak tahu kabar ayahnya saat ini.     

"Semoga ayahmu baik-baik saja di sana." Ny. Park ikut sedih melihat ekspresi Soo Yin yang berubah muram. Bisa ikut merasakan rasanya rindu tidak bertemu dengan orang tua untuk jangka waktu yang lama.     

"Hmmm, aku juga berharap begitu," ujar Soo Yin. Berusaha tersenyum untuk menghibur hatinya dan selalu berpikir positif tentang Kim Nam.     

"Tenanglah, aku akan meminta seseorang untuk mencarinya." Dae Hyun merengkuh pinggang Soo Yin agar tidak merasa sedih. Istrinya tidak sendirian karena ia akan selalu ada di sisinya.     

Setelah banyak pertimbangan, akhirnya Dae Hyun dan Soo Yin memutuskan untuk menginap di UN Village. Ini malam pertama mereka menginap tanpa adanya Aeri di rumah itu. Seperti ada sesuatu hal yang menghilang tapi Dae Hyun senang karena tidak ada lagi yang mengganggu dirinya dengan Soo Yin lagi.     

"Aku merasa ada sesuatu yang hilang di rumah ini?" ujar Soo Yin sembari menghela nafas panjang. Matanya menatap langit-langit kamar sembari mengamati sekeliling kamar yang sudah direnovasi. Itu adalah kamar yang dulu ditempati oleh Aeri tapi Ny. Park merenovasinya.     

"Aku juga merasakannya. Rumah ini sudah kehilangan orang yang suka membuat keributan," imbuh Dae Hyun sembari terkekeh geli.     

"Kasihan Aeri, harus mendekam di penjara. Aku jadi ingin melihat keadaannya," ucap Soo Yin. Meski Aeri sudah sangat jahat tapi Soo Yin memiliki hati nurani. Tidak ingin tertawa di atas penderitaan orang lain.     

"Hmmm, besok kita akan berkunjung jika kau mau," ajak Dae Hyun.     

"Baik, setelah kita berkunjung apakah kau mengizinkan aku pergi berbelanja? Hyo Rin dan Mi Na mengajakku saat kami bertemu di kampus," ungkap Soo Yin.     

"Tentu saja boleh. Pergilah main bersama teman-temanmu jika kau merasa bosan. Kecuali kau pergi berdua dengan seorang pria barulah aku tidak mengizinkan." Dae Hyun mengeratkan pelukannya. Tak ingin tidur jauh-jauh dari Soo Yin meski hanya satu senti.     

"Aku sekarang tidak memiliki teman pria lagi. Kau selalu menakutkan sehingga aku memilih menjauh dari pria manapun," gerutu Soo Yin sambil mencebikkan bibirnya. Pura-pura marah saat ini.     

"Baguslah, sehingga aku tidak perlu cemas saat kau jauh dariku. Aku hanya ingin menjaga orang yang aku cintai."     

"Aku ngantuk." Soo Yin lantas menguap. Masalah sudah berakhir membuat tidurnya lebih nyenyak.     

"Tidurlah," ujar Dae Hyun lalu mengecup kening Soo Yin sebagai pengantar tidurnya agar lebih nyenyak lagi.     

================================     

Sesuai kesepakatan semalam Dae Hyun hari ini mengajak Soo Yin membesuk Asri ke penjara. Menurut petugas yang berjaga Aeri sering berteriak-teriak seperti seseorang yang stress. Berbeda dengan Han yang hanya diam saja.     

Sun Book baru saja sampai, ketika melihat kedatangan Dae Hyun. Wajahnya langsung berbinar, setidaknya ada harapan agar Dae Hyun membebaskan putrinya.     

"Dae Hyun, akhirnya kau datang juga kemari," sapa Sun Book.     

"Bagaimana keadaannya?" tanya Dae Hyun untuk sekedar basa-basi, meskipun ia sudah tahu apa yang terjadi.     

"Sebaiknya kau lihat sendiri saja. Kuharap setelah melihatnya, ada belas kasihan untuknya," ujar Sun Book dengan sendu. Berharap Dae Hyun berkenan membebaskan putrinya.     

Mereka kemudian berjalan menuju tempat dimana Aeri di penjara. Dikarenakan Aeri suka mengamuk, jika ada yang ingin menjenguk tidak boleh bertemu. Aeri akan tetap berada di sel.     

Soo Yin menatap sendu melihat Aeri. Hatinya ikut pilu melihat keadaannya saat ini yang sangat berantakan. Rambutnya acak-acakan, bukan Aeri yang dikenalnya dulu. Wanita benar-benar sudah berubah. Kondisinya juga buruk karena hanya duduk di kursi roda.     

"Aeri," panggil Soo Yin sembari berjalan mendekat ke arah sel.     

Aeri mengangkat kepalanya saat mendengar suara Soo Yin yang sangat lembut memanggilnya. Namun bagi Aeri suara itu sangat menakutkan terdengar di telinganya. Matanya langsung menatap tajam ke arah Soo Yin seperti sedang melihat seorang musuh.     

Soo Yin merasa ngeri melihat Aeri karena lingkaran hitam sangat jelas terlihat di matanya. Bibirnya yang tadinya berwarna memerah kini terlihat pucat dan menghitam. Kulitnya bahkan terlihat sangat kasar.     

"Apa yang kau lakukan di sini? Apakah kau ingin menertawakanku? Apakah sekarang kau puas sudah menyingkirkanku?" tuding Aeri dengan sorot mata berapi-api.     

"Aeri, aku datang kemari hanya ingin melihat keadaanmu," ucap Soo Yin. Matanya berkaca-kaca melihat Aeri yang sangat menyedihkan.     

"Pergi kau dari sini wanita jalang!" teriak Aeri. Dengan gerakan cepat, Aeri mendekati Soo Yin yang berdiri tepat di depan sel.     

Dae Hyun lantas menarik tubuh Soo Yin menjauh dari jeruji besi. Khawatir jika Aeri akan berbuat sesuatu yang tidak diinginkan.     

"Kemari kau wanita jalang. Seharusnya kau yang berada di sini bukan aku," teriak Aeri sembari berusaha meraih baju Soo Yin menggunakan tangannya meski sulit.     

Soo Yin merapatkan tubuhnya semakin dekat dengan Dae Hyun. Tubuhnya gemetar melihat kemarahan Aeri yang seperti hendak mencakarnya.     

Dae Hyun tidak bisa berkata-kata dan memilih membungkam mulutnya.     

"Aeri, tenanglah. Memohonlah agar kau dilepaskan dari sini," ujar Sun Book untuk menenangkan putrinya.     

"Ibu, cepat wanita jalang itu jemari. Biarkan aku memberi pelajaran kepadanya," ujar Aeri tanpa mendengarkan perkataan ibunya.     

"Sayang, sebaiknya kita pergi dari sini," ajak Dae Hyun pada Soo Yin. Ia tidak ingin Soo Yin berpikiran macam-macam.     

Soo Yin menganggukan kepalanya karena sudah mulai tidak nyaman jika tetap berada di sana.     

"Tunggu! Kenapa kalian pergi?" teriak Aeri saat melihat Dae Hyun dan Soo Yin perlahan menjauh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.