Istri Simpanan

Bab 554 - Tidak mirip



Bab 554 - Tidak mirip

0Sebelum berangkat ke hotel, Dae Hyun menyempatkan diri mengantarkan Soo Yin pergi ke mall. Sejak keluar menjenguk Aeri, wajahnya terlihat muram dan cenderung lebih banyak diam.     
0

"Apakah ada yang kau pikirkan?" Dae Hyun membuka suara. Sekilas memandang wajah Soo Yin karena harus fokus mengemudi.     

"Kondisi Aeri ternyata sangat menyedihkan. Aku tak menyangka jika ia sampai seperti itu." Soo Yin mendesah panjang, merasa iba dengan keadaan Aeri.     

"Mungkin jika ia hanya membohongiku tentang kehamilannya masih bisa dimaafkan. Karena saat itu memang aku tidak terlalu peduli dan tidak memikirkannya. Namun kejahatannya ingin mencelakaimu sama sekali tiada maaf bagiku. Dia bukan hanya ingin membunuhmu tetapi juga sudah membunuh calon anak kita," terang Dae Hyun. Wajahnya terlihat serius, baginya seseorang yang sudah berbuat kejahatan harus dibalas dengan hukuman setimpal.     

"Aku tahu, dia memang harus diberi pelajaran." Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun.     

"Mulai sekarang tidak usah memikirkan apapun. Aku hanya ingin kau memikirkanku saja," ucap Dae Hyun sembari merengkuh pinggang Soo Yin agar lebih merapatkan tubuhnya.     

"Bagaimana jika suatu saat nanti Yeon Ho menanyakan tentang Aeri?"     

"Kita akan memberitahukan yang sebenarnya keadaan Aeri. Meskipun aku akan tetap merahasiakan jika dia bukan putra kandungku. Bagiku itu tidaklah penting," ucap Dae Hyun.     

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di salah satu mall terbesar yang ada di pusat kota Seoul.     

"Katakan padaku jika nanti kau ingin pulang agar aku langsung menjemputmu," ujar Dae Hyun.     

"Sebaiknya tidak usah. Lebih baik aku nanti pulang naik taksi saja. Kau sibuk sehingga akan terlalu merepotkan jika pulang saja harus memintamu menjemput," tolak Soo Yin secara halus. Pekerjaan suaminya sudah terlalu banyak.     

"Tidak repot sama sekali. Pekerjaan itu nomor dua. Kaulah bagiku yang paling utama." Dae Hyun mengulurkan tangan kemudian mengusap bibir Soo Yin dengan ibu jari.     

"Baiklah, terserah kau saja. Sebaiknya aku keluar karena Hyo Rin dan Mi Na sudah menunggu," pamit Soo Yin.     

"Tunggu," sergah Dae Hyun sembari menahan lengan Soo Yin.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin seraya mengerutkan keningnya.     

"Biarkan aku memelukmu sebentar lagi," pinta Dae Hyun dengan penuh harap.     

Soo Yin memeluk tubuh Dae Hyun dengan erat karena hal itu bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan.     

"Pergilah, hati-hati di jalan. Sampai jumpa nanti," ujar Soo Yin. Dikecupnya pipi Dae Hyun sebentar kemudian turun dari mobil.     

Dae Hyun menghela nafas panjang. Setelah memastikan Soo Yin masuk ke dalam mall, ia bergegas melajukan mobilnya kembali.     

Soo Yin menghampiri kedua temannya di sebuah cafe yang ada di dalam mall.     

"Maaf, aku agak terlambat," ujar Soo Yin sembari menghempaskan bokongnya di salah satu kursi.     

"Kami baru saja datang. Dimana suamimu? Apakah dia tidak ikut? Hari ini kau harus mentraktir kami sebagai perayaan," ujar Hyo Rin sembari terkekeh.     

"Pantas saja kalian mengajakku bertemu, ternyata kalian ada maunya," ucap Soo Yin sambil menyipitkan matanya memandang Hyo Rin dan Mi Na secara bergantian.     

"Kau sekarang sudah menjadi Nyonya Dae Hyun tentu saja harus merayakannya," tukas Mi Na.     

"Baiklah, karena hari ini aku sedang berbaik hati maka kalian boleh membeli barang apapun yang kalian inginkan," ucap Soo Yin. Bukan bermaksud sombong, tidak ada salahnya berbagi dengan temannya. Seandainya Jean masih disini, Soo Yin juga pasti akan mengajaknya.     

"Apakah kau serius?" tanya Hyo Rin terperangah. Tadinya ia hanya bercanda saja.     

"Tentu saja, kalian pikir aku tidak bercanda. Aku juga selama ini bekerja, sudah pasti aku memiliki uang. Jangan kalian pikir jika aku memakai uang suamiku," terang Soo Yin.     

"Soo Yin, kau memang sangat baik," puji Mi Na sembari terkekeh.     

"Kalau begitu sekarang juga kita mencari barang yang menarik," ajak Hyo Rin dengan penuh semangat. Wanita mana yang tidak suka ditraktir belanjaan.     

Mereka kemudian berkeliling mencari toko pakaian dan aksesoris lainnya. Namun Hyo Rin dan Mi Na tidak mencari barang yang terlalu mahal karena mereka cukup sadar diri. Meski Soo Yin baik tapi bukan berarti mereka akan mengambil kesempatan dalam kesempitan.     

Soo Yin hanya membeli beberapa barang saja karena pakaiannya bahkan banyak yang belum dipakai. Ia bukan tipe wanita yang suka menghamburkan uang untuk membeli barang yang tidak perlu.     

Hampir dua jam mereka berkeliling menjelajahi toko yang ada di mall. Kini kaki Soo Yin terasa pegal. Tadinya ingin makan siang bersama tapi Hyo Rin dan Mi Na harus pulang terlebih dahulu karena ada urusan.     

Terpaksa Soo Yin makan sendiri karena perutnya sudah lapar.     

Ada dua orang baru saja memasuki restoran yang sama dengan Soo Yin. Salah seorang pria paruh baya mengamati Soo Yin dari kejauhan.     

"Soo Yin?" ujar Peter Anderson. Mereka dulu pernah bertemu dan bahkan Soo Yin pernah menjadi tour guidenya.     

"Ayah mengenalnya?" tanya pria muda yang berada di sebelahnya. Tidak lain adalah Gong Yoo.     

"Tentu saja, kami pernah bertemu saat kunjunganku ke Seoul dulu," terang Peter Anderson.     

"Ayo kita gabung bersama dengannya. Kebetulan sekali sudah bertemu di sini," ajak Peter Anderson.     

Gong Yoo mengikuti langkah ayahnya menuju meja Soo Yin.     

"Nona Soo Yin, apa kabar?" sapa Peter Anderson sembari tersenyum ramah.     

Soo Yin yang sedang menunduk menyantap makanannya langsung mendongakkan kepalanya.     

"Mr. Peter?" ucapnya dengan wajah terperangah. Buru-buru Soo Yin mengusap bibirnya dengan tisu karena belepotan.     

"Bolehkah aku bergabung di sini?" tanya Peter Anderson.     

"Silahkan," ucap Soo Yin. Alisnya saling bertautan saat melihat Gong Yoo juga di sana.     

"Kalian saling kenal?" tanya Soo Yin ingin tahu.     

"Tentu saja, dia ayahku. Bukan kenal lagi, kami bahkan memiliki darah yang sama," sahut Gong Yoo. Ini pertama kalinya bertemu lagi setelah terakhir kali harus bermasalah dengan Dae Hyun.     

"Tapi kalian tidak mirip sama sekali?" Soo Yin mulai mengamati Peter dan Gong Yoo. Wajah Peter terlihat jelas seperti orang Eropa. Sedangkan Gong Yoo seperti orang Asia.     

"Itu karena ibu Gong Yoo orang Korea," sahut Peter Anderson.     

"Pantas saja tidak mirip sama sekali. Lalu dimana istri anda?" Rasa keingintahuannya membuat pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Soo Yin.     

"Maaf, jika aku lancang," ujar Soo Yin dengan perasaan tidak enak hati. Baru saja bertemu lagi tapi sudah menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi.     

"Tidak apa-apa. Wajar kau bertanya karena mungkin kau ingin melihat seperti apa ibunya Gong Yoo." Peter Anderson tersenyum. Semakin melihat jelas wajah Alea dari dekat membuatnya semakin teringat wajah seseorang.     

"Namun sayang sekali karena istriku sudah meninggal saat melahirkan Gong Yoo," ungkap Peter Anderson. Hembusan nafasnya terdengar kasar karena harus mengingat luka lama lagi.     

"Sekali aku minta maaf. Aku sama sekali tidak bermaksud kalian sedih," ucap Soo Yin seraya membungkukkan kepalanya.     

"Tidak masalah. Dimana Dae Hyun? Apakah kalian masih ….?" Peter Anderson tidak melanjutkan pertanyaannya.     

"Jika Dae Hyun ada di sini pasti tidak akan mengizinkan kita berada di dekatnya, Ayah," timpal Gong Yoo. Masih kesal dengan Dae Hyun yang memiliki sifat over posesif.     

"Gong Yoo, aku minta maaf untuk kesalahpahaman yang terjadi saat itu. Dae Hyun memang terkadang terlalu berlebihan orangnya," tukas Soo Yin sembari meringis karena malu.     

"Sepertinya kalian lebih saling kenal dari pada yang aku kira," ujar Peter Anderson.     

"Kami pernah bertemu beberapa kali," ungkap Gong Yoo.     

"Sungguh sesuatu yang sangat kebetulan." Peter Anderson tertawa renyah karena ia pikir mereka tidak saling kenal.     

Tidak lama kemudian, ada pelayan yang datang menawarkan menu makanan sehingga untuk sementara obrolan mereka harus terhenti beberapa saat.     

Tanpa sadar Gong Yoo mengagumi Soo Yin terlepas dari Soo Yin sudah bersuami atau belum. Ia bahkan terus mengamati Soo Yin yang sedang makan     

Peter Anderson memijat pelipisnya melihat putranya yang tidak mengedipkan mata memandang Soo Yin.     

"Hmmm," ujar Peter Anderson untuk membuyarkan Gong Yoo.     

Gong Yoo langsung salah tingkah dan pura-pura makan dengan lahap. Menyadari jika ayahnya ternyata memperhatikan.     

Mereka kemudian makan dalam keadaan hening. Menikmati makanan mereka masing-masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.