Istri Simpanan

Bab 556 - Wanita yang dicari



Bab 556 - Wanita yang dicari

0Peter Anderson terus mengikuti langkah Soo Yin sampai di parkiran. Hatinya pilu melihatnya terus menangis.     
0

"Soo Yin, kemana kau akan pergi?" tanya Peter sembari menahan pergelangan tangan Soo Yin.     

"Maaf, Tuan. Aku harus pergi ke bandara secepatnya. Aku akan membuktikan jika ibuku tidak gila," ucap Soo Yin dengan air mata yang bercucuran tanpa bisa ditahan.     

"Kalau begitu aku akan ikut menemanimu sekalian berkeliling ke pulau Jeju," ucap Peter sebagai alasan karena ia sangat penasaran dengan nama Seo Kyung. Sudah sekian lama mencarinya tapi tak kunjung menemukannya. Berharap ini adalah sebuah titik terang yang baik.     

"Biarkan aku sendiri saja," tolak Soo Yin. Tekadnya sudah bulat akan mencari tahu sendiri yang sebenarnya.     

"Tidak usah sungkan. Terlalu berbahaya jika kau ke pulau Jeju sendiri. Bagaimana jika kau nanti tersesat?" Peter Anderson berusaha meyakinkan Soo Yin.     

Soo Yin terdiam beberapa saat sambil terus berpikir hingga beberapa saat tanpa menghentikan tangisnya. Kepalanya tidak bisa berpikir jernih sehingga melupakan untuk mengabarkannya pada Dae Hyun. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah ingin segera mengetahui yang sebenarnya.     

"Sekarang naiklah ke dalam mobil. Kami akan membawamu ke pulau Jeju sampai selamat," bujuk Peter Anderson.     

Akhirnya Soo Yin menganggukan kepalanya. Karena saat ini memang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibunya jika memang masih hidup.     

"Gong Yoo, kita pergi ke bandara sekarang juga. Suruh orang memesan tiket penerbangan tercepat ke pulau Jeju," perintah Peter Anderson pada Gong Yoo baru saja tiba di parkiran.     

"Kita akan ikut?" tanya Gong Yoo dengan nafas yang masih terengah-engah.     

"Tentu saja, karena aku juga ada kepentingan," sahut Peter Anderson.     

==============================     

Jeju International Airport,     

Soo Yin mengalami pusing dan mual saat baru saja turun dari pesawat. Memalukan memang karena harus mabuk jika menaiki pesawat.     

"Soo Yin, apa yang terjadi? Apakah kau sakit?" tanya Gong Yoo cemas saat melihat Soo Yin berjalan sempoyongan.     

"Aku hanya sedikit merasa pusing," sahut Soo Yin sembari memijat kepalanya.     

Gong Yoo ingin membantu Soo Yin tapi merasa ragu. Khawatir jika Soo Yin akan menolaknya.     

"Jika kau merasa pusing sebaiknya kita istirahat sebentar di hotel. Setelah itu kita akan melanjutkan perjalanan lagi," ujar Peter Anderson. Bibir Soo Yin terlihat pucat sehingga membuatnya tidak tega.     

"Tidak perlu, aku ingin segera sampai Seongeup Folk Village," tolak Soo Yin dengan sifat keras kepalanya. Percuma saja beristirahat jika yang ada di pikirannya adalah tentang Kim Nam dan ibunya. Ia ingin segera mengetahui keadaan mereka.     

Peter Anderson dan Gong Yoo saling berpandangan satu sama lain.     

"Baiklah, kita akan melanjutkan perjalanan," ujar Peter Anderson.     

Gong Yoo sudah memesan mobil dan supir untuk mengantarkan mereka ke Seongeup Folk Village.     

Selama dalam perjalanan, Soo Yin hanya diam. Tak sepatah katapun terlontar dari bibirnya. Air matanya terus menetes hingga bajunya basah.     

"Dae Hyun?" gumam Soo Yin sembari memijat pelipisnya setelah mengingat suaminya.     

Buru-buru Soo Yin mengeluarkan ponsel dari tasnya. Alangkah terkejutnya melihat daftar 50 panggilan tidak terjawab. Ia lupa jika ponselnya mode silent sehingga tidak mungkin mendengar meski Dae Hyun menghubunginya hingga 1000 kali.     

Soo Yin langsung mencoba menghubungi Dae Hyun. Pasti pria itu sangat khawatir dengan keadaannya karena sampai sore tidak memberi kabar.     

"Sayang, dimana kau saat ini?" tanya Dae Hyun di seberang telepon dengan perasaan khawatir.     

"Aku … aku sekarang ada di pulau Jeju," sahut Soo Yin tergagap.     

"Apa?" Teriakan Dae Hyun terdengar sangat jelas hingga Soo Yin menjauhkan ponsel dari telinganya.     

"Maaf, aku tidak memberitahumu. Aku sangat terburu-buru ingin mengetahui keadaan ibuku," ucap Soo Yin sembari terisak-isak. Berada jauh darinya, tidak ada yang bisa menjadi sandaran.     

"Sekarang juga aku akan menyusul. Kirimkan alamat dimana kau saat ini." Dae Hyun menghela nafas panjang.     

"Baiklah," sahut Soo Yin seraya mematikan sambungan telepon kemudian mengetik pesan kemana mereka akan pergi. Ia juga mencoba menghubungi Kim Nam tapi nomor ponselnya selalu saja tidak aktif. Sepertinya benar kata Hee-sun, jika ada sesuatu yang disembunyikan.     

"Apakah itu Dae Hyun?" tebak Peter Anderson yang duduk di sebelah Soo Yin.     

"Hmmm," sahut Soo Yin lesu. Ia teringat dulu Peter Anderson memintanya untuk mundur sebelum terlalu jauh.     

"Apakah kau belum pernah bertemu sekalipun dengan ibumu?" tanya Peter kembali.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya. Hanya melihatnya sekilas di foto tapi sudah dirobek oleh Li Sa saat masih kecil. Soo Yin tidak mengingat jelas seperti apa wajahnya.     

"Memangnya apa yang kau tahu selama ini?"      

"Ayah selalu mengatakan jika ibuku sudah tiada," ucap Soo Yin. Tangisnya kini pecah kembali pecah.     

"Bersabarlah, ayahmu pasti punya alasan kenapa mengatakan hal itu." Peter Anderson mengusap pundak Soo Yin untuk menenangkannya.     

Jika benar Soo Yin adalah anak Seo Kyung yang selama ini dicarinya, ini adalah gambar gembira baginya.     

Soo Yin mengusap air mata dengan punggung tangannya. Berusaha untuk berpikir positif tentang Kim Nam. Jika memang Kim Nam bukan ayah kandungnya? Lalu siapa ayahnya? Benarkah kata Hee-sun jika ayahnya memiliki kewarganegaraan lain?     

Kepala Soo Yin semakin berdenyut memikirkannya. Masalah dengan Aeri baru saja selesai tapi kini adalah hal baru lagi.     

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, sampailah di Seongeup Folk Village saat matahari sudah hampir tenggelam karena agak jauh dari pusat kota Seoul.     

Mereka mulai memasuki sebuah kawasan dengan gaya yang masih sangat tradisional. Rumah penduduk masih terbuat dari atap jerami serta dinding dari batu dan tanah liat.     

Tampilan kuno di desa tersebut memang dipertahankan oleh masyarakat dan pemerintah setempat. Bangunan yang ada di sana benar-benar masih sangat tradisional.     

"Sebaiknya kita berhenti dahulu untuk bertanya dimana Tuan Kim Nam tinggal," ujar Peter Anderson karena desa itu ternyata cukup luas. Mereka akan kesulitan jika menjelajahi satu per satu rumah.     

"Baik, Ayah," sahut Gong Yoo. Kemudian meminta sopir untuk menghentikan perjalanan di depan sebuah kantor pemerintahan setempat. Meski sudah sore malam ada beberapa orang yang ada di sana.     

Soo Yin masih tertidur. Sepertinya ia kelelahan karena sepanjang perjalanan terus menangis.     

"Ayah, sebaiknya kita cari tempat untuk menginap terlebih dahulu," saran Gong Yoo. Ia tidak tega melihat Soo Yin yang tampak kelelahan.     

"Terserah kau saja," sahut Peter Anderson.     

Gong Yoo kemudian turun dari mobil menuju kerumunan orang-orang yang sedang berkumpul untuk menanyakan keberadaan Kim Nam. Namun sayang sekali mereka tidak tahu. Sehingga Gong Yoo hanya bertanya penginapan di desa tersebut.     

"Ayah, mereka tidak tahu dimana tempat tinggal Tuan Kim Nam. Sebaiknya kita pergi ke penginapan terlebih dahulu," ucap Gong Yoo setelah kembali ke dalam mobil.     

"Kau atur saja apapun yang menurutmu baik." Peter Anderson melimpahkan semuanya pada Gong Yoo. Ia sangat berharap jika Seo Kyung adalah wanita yang selama ini dicarinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.