Istri Simpanan

Bab 557- Menemukan keberadaan Kim Nam



Bab 557- Menemukan keberadaan Kim Nam

0Soo Yin tertidur pulas sampai matahari mulai perlahan tampak. Sudah ada Dae Hyun yang duduk bersandar di sampingnya. Dae Hyun baru saja sampai dini hari tadi.     
0

Dipandanginya wajah Soo Yin yang tampak lelah dan kelopak matanya masih terlihat sembab.     

"Sayang, kita akan segera menemukan ibu dan ayah," ucap Dae Hyun sembari menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya.      

Dae Hyun sudah meminta anak buahnya untuk mencari alamat tinggal Kim Nam karena menurut warga dan kepala desa di sana tidak ada nama warga mereka yang bernama Kim Nam ataupun Seo Kyung.     

"Kenapa kau tidak mengabariku terlebih dahulu? Kau justru pergi bersama pria lain." Dae Hyun mendesah panjang. Sejujurnya ada rasa cemburu yang menyeruak di hatinya. Untunglah ada Peter Anderson sehingga membuatnya merasa lega.     

Pertikaiannya dengan Gong Yoo terakhir kali membuatnya merasa kesal.     

Usapan jemari Dae Hyun mengusik tidur Soo Yin. Hingga ia perlahan membuka matanya. Wajah Dae Hyun langsung terlihat jelas di depan matanya. Namun pandangannya beredar mengamati tempat yang asing. Dinding yang yang masih menggunakan batu serta atap jerami  di atasnya. Kamar itu terasa asing baginya.     

"Dimana kita sekarang?" tanya Soo Yin sembari mencoba duduk bersandar di sisi ranjang.     

"Kita berada di Seongeup Folk Village." Dae Hyun mengembangkan senyumnya.     

Soo Yin mengerjapkan kedua bola matanya. Mencoba mengingat-ingat.     

"Ayah?" Mata Soo Yin lantas membulat sempurna kemudian menyingkap selimut yang membalut tubuhnya.     

"Mau kemana?" Dae Hyun menahan pergelangan tangan Soo Yin saat hendak pergi.     

"Aku harus mencari keberadaan ayah dan ibu," tukas Soo Yin. Matanya sudah terlihat berkaca-kaca.     

"Sayang, bersabarlah aku sudah meminta anak buahku untuk mencarinya. Sekarang bersihkan dirimu setelah itu kita ke sana," bujuk Dae Hyun.     

Soo Yin lantas berhambur ke dalam pelukan Dae Hyun. Ingin menumpahkan segala keresahan di hatinya.     

"Dae Hyun, bagaimana jika ibuku memang masih hidup? Bagaimana jika aku memang bukan putri kandung ayah?" Tangis Soo Yin langsung pecah.     

Dae Hyun mengusap punggung Soo Yin untuk menenangkan perasaannya.     

"Kita belum tahu kebenarannya. Tidak usah terlalu berasumsi berlebihan dahulu."     

"Jika memang ibu kandungku masih hidup, maukah kau membawanya bersamaku ke Seoul?" tanya Soo Yin dengan bibir bergetar. Air mata yang terjatuh membasahi pundak Dae Hyun.     

"Tidak perlu cemas. Kita akan pulang ke Seoul bersama ibu," bisik Dae Hyun lirih.     

"Aku takut keluargamu tidak akan menerimaku lagi. Aku takut mereka tidak bisa menerima keadaan ibuku," ucap Soo Yin di sela isak tangisnya. Menikah dengan keluarga terpandang bukanlah sesuatu yang mudah.     

"Ssstttt, mereka tidak seperti apa yang kau bayangkan. Orang tuaku tidak pernah melihat seseorang dari masa lalu. Tidak usah terlalu cemas."      

"Tapi …."     

"Ayo kita mandi saja dan tenangkan pikiranmu." Dae Hyun mengusap pipi Soo Yin untuk menghapus air matanya.     

Soo Yin mungkin terlalu berlebihan. Namun wajar ia merasa takut karena sudah banyak rintangan yang mereka lewati.     

°°°°°°     

Peter Anderson dan Gong Yoo sudah menunggu di ruang makan untuk sarapan. Meski bangunan yang ada di sana masih sangat tradisional tapi bukan berarti peralatan juga tradisional.     

Masyarakat juga mengikuti perkembangan zaman yang modern. Salah satunya rumah yang mereka jadikan tempat untuk menginap.     

"Aku sudah mendapatkan kabar jika Tuan Kim Nam tunggal di sini juga. Ternyata dia menggunakan nama berbeda dari nama aslinya," terang Gong Yoo.     

"Benarkah?" Wajah Soo Yin seketika langsung berbinar.     

"Dae Hyun, ayo kita kesana sekarang juga," ajak Soo Yin karena sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ayahnya.     

"Soo Yin, duduk dan makanlah terlebih dahulu. Sejak kemarin kau bahkan belum makan apapun," bujuk Peter Anderson. Ia tahu bagaimana perasaan Soo Yin ingin melihat ibunya yang belum pernah ditemui sama sekali.     

Soo Yin bersikeras ingin menolak tapi Dae Hyun sudah menarik kursi untuknya.      

Setelah selesai maka mereka bergegas ke salah satu rumah penduduk yang kemungkinan milik Kim Nam. Mereka harus berjalan kaki karena rumahnya berada di pinggiran.     

Rumah itu terlihat sama dengan rumah lainnya. Namun keadaan di sana terlihat sepi. Soo Yin mengamati rumah itu dengan wajah berlinang air mata. Ada Dae Hyun di sampingnya saat ini.     

"Benarkah ini rumah ayah?" gumam Soo Yin dengan hati pilu. Dirinya hidup di Seoul serba kecukupan dan mewah. Ternyata ayahnya tinggal di sebuah desa yang jauh dari kemewahan.     

"Biarkan aku mengetuk pintu," ujar Dae Hyun lalu berjalan ke teras rumah.      

"Permisi," seru Dae Hyun disertai ketukan pintu cukup keras. Bahkan ia mengetuk pintu kembali tapi tidak ada jawaban.     

"Sepertinya tidak ada siapapun di rumah," tukas Dae Hyun seraya menghampiri Soo Yin.     

Gong Yoo berinisiatif untuk menanyakan keberadaan Kim Nam kepada warga sekitar. Mereka mengatakan jika Kim Nam sedang berada di kebun yang berada di belakang rumah.     

Soo Yin lantas berlari ke tempat yang ditunjukkan oleh orang tersebut. Ternyata ayahnya berbohong mengenai kenapa tinggal di pulau Jeju.     

Di kebun terlihat seorang pria paruh baya yang sedang mencangkul. Peluh membasahi dahinya. Tidak jauh dari tempatnya, ada seorang wanita yang duduk di atas sebuah kursi. Tatapannya terlihat kosong.     

"Ayah," ucap Soo Yin lirih. Seketika air mata langsung membanjiri pipinya. Hatinya hancur berkeping-keping karena Kim Nam tidak mengatakan apapun jika ia kesulitan.     

Soo Yin merasa gagal menjadi seorang anak karena hampir saja ia bertanya untuk apa uang yang selalu diminta Kim Nam.     

"Ayah, kenapa kau membohongiku?" ucap Soo Yin tergugu. Hatinya benar-benar pilu melihat Kim Nam yang kotor dan kulitnya tampak menghitam.     

Perlahan Soo Yin melangkah mendekati Kim Nam nyaris tanpa bersuara sehingga Kim Nam tidak menyadari kehadirannya.     

Dae Hyun hendak ikut melangkah tapi Peter menahan pergelangan tangannya. Sepertinya untuk hal ini tidak perlu ikut campur. Meskipun Peter sangat penasaran dengan seorang wanita yang tengah duduk. Wajahnya tidak terlalu terlihat karena tertutup oleh rambut yang berantakan.     

"Ayah?" ujar Soo Yin dengan suara tangis yang langsung pecah.     

Kim Nam menghentikan aktivitasnya kemudian menoleh ke belakang. Matanya langsung membulat sempurna melihat Soo Yin di depannya.     

Soo Yin lantas berhambur ke dalam pelukan Kim Nam tanpa peduli pakaiannya yang sangat kotor terkena keringat dan tanah.     

"Soo Yin, kenapa kau ada disini?" ucap Kim Nam.     

"Ayah, kenapa kau membohongiku? Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya?" ujar Soo Yin.     

"Soo Yin, lepaskan. Bajumu nanti ikut kotor karena memelukku," ujar Kim Nam. Sebenarnya Kim Nam menikahkan Soo Yin dengan Dae Hyun agar tidak mengalami kesulitan bersamanya.     

"Aku tidak peduli. Tolong jelaskan padaku semuanya," ujar Soo Yin di sela isak tangisnya yang tidak terbendung lagi.     

"Sekarang ayo kita masuk ke dalam rumah," ajak Kim Nam. Sudah kepalang basah karena ternyata Soo Yin sudah mengetahui semuanya. Mungkin sekarang memang sudah waktunya mengungkapkan yang sebenarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.