Istri Simpanan

Bab 560 - Terlanjur basah



Bab 560 - Terlanjur basah

0Siang ini Soo Yin dan Dae Hyun akan membawa Seo Kyung ke Psikiater yang ada di kota Seoul untuk berkonsultasi tentang kesehatan Seo Kyung.     
0

Keadaan Seo Kyung masih sama seperti sebelumnya. Ia hanya termenung meski Soo Yin sudah mengajaknya ngobrol. Namun penampilan Seo Kyung sudah jauh lebih baik dan rapi. Jika dilihat sekilas tidak akan ada yang menyangka jika ia mengalami gangguan jiwa.     

"Dae Hyun, maaf aku sudah merepotkanmu. Seharusnya kau tidak perlu ikut bersama kami karena banyak pekerjaan yang harus kau selesaikan," ucap Soo Yin dengan perasaan tidak enak hati.     

"Jangan pernah berbicara seperti itu karena aku tidak suka mendengarnya. Aku tidak pernah merasa direpotkan sama sekali oleh istriku. Sekarang Kim Soo Hyun sudah mau membantuku bekerja sehingga kau tidak usah khawatir," terang Dae Hyun. Baginya Soo Yin jauh lebih penting dari pekerjaan apapun. Sulit menemukan sosok istri seperti dia.     

"Benarkah? Aku senang mendengar Kim Soo Hyun sudah mau bekerja kembali," ujar Soo Yin dengan wajah berbinar.     

"Hmmm, aku tidak ingin dia menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak berguna," ujar Dae Hyun.     

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di sebuah klinik. Dae Hyun membawa Seo Kyung kesana setelah mendapatkan informasi yang terpercaya.     

"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dae Hyun pada pada Dokter Wang setelah memeriksa Seo Kyung.     

"Sepertinya dia mengalami stres akut hingga menyebabkannya depresi. Bisakah kalian menceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Dokter Wang agar bisa menganalisis lebih lanjut dan cara yang tepat untuk mengobatinya.     

"Ibuku ditinggalkan oleh ayah saat hamil. Ia begitu terpukul hingga menyebabkannya termenung," terang Soo Yin sedikit berdasarkan informasi yang didengarnya dari Kim Nam.     

"Sudah berapa lama?" tanya Dokter Wang.     

"Itu sekitar 18 tahun yang lalu," ucap Soo Yin pilu. Membayangkan ibunya melewati bertahun-tahun lamanya hidup penuh kerinduan membuat hatinya sedih.     

"Ternyata sudah lama sekali. Mungkin ini akan membutuhkan waktu lama proses penyembuhannya. Jika kalian berkenan sebaiknya Nyonya Seo Kyung dirawat di klinik ini agar kami bisa memantau keadaannya," terang Dokter Wang.     

"Dokter, ibuku tidak gila. Tidak seharusnya ia dirawat disini," tolak Soo Yin dengan suara meninggi.     

"Sayang, tenanglah." Dae Hyun mengusap pundak Soo Yin agar lebih tenang.     

"Kami tidak menganggapnya gila. Dia hanya depresi yang berkepanjangan saja," terang Dokter Wang lembut.     

"Dia harus minum obat dan perawatan yang rutin agar segera sembuh. Kami tidak akan memperlakukannya seperti pasien di rumah sakit jiwa. Kami hanya ingin melakukan yang terbaik saja," imbuh Dokter Wang untuk menjelaskan pada Soo Yin.     

"Ibu sudah terlalu lama mengalami depresi. Mungkin ada baiknya kita menuruti perkataan Dokter Wang." Dae Hyun setuju dengan kata dokter karena akan jauh lebih aman.     

"Apakah ayahmu masih hidup? Mempertemukannya adalah cara yang paling cepat agar ibumu sembuh," tukas Dokter Wang.     

"Dia tidak ada di Korea. Akan sulit untuk menemukannya," ujar Soo Yin dengan raut wajah muram.     

"Sepertinya ibumu sangat merindukannya," ucap Dokter Wang sembari menghela nafas panjang.     

Setelah mendapatkan penjelasan dari Dokter Wang akhirnya Soo Yin bersedia meninggalkan Seo Kyung di sana. Meski sedih karena harus berpisah tapi Soo Yin harus kuat demi kebaikan sang ibu.     

Soo Yin menolehkan kepalanya ke belakang saat hendak pergi meninggalkan klinik. Baru saja bertemu sebentar kini harus berpisah kembali.     

"Sayang, ini demi kebaikan ibu. Tidak mungkin kita membiarkan keadaannya seperti itu terus menerus," ujar Dae Hyun mencoba menguatkan Soo Yin. Meski tahu ia gadis yang rapuh tapi Dae Hyun sangat yakin Soo Yin kuat melewati semuanya.     

"Hmmm, aku mengerti," ucap Soo Yin sembari menghela nafas panjang.     

"Apakah kau akan pulang ke rumah?"     

"Aku ikut bersamamu saja," ucap Soo Yin dengan nada manja. Berada di rumah hanya akan membuatnya tidak tenang.     

"Baiklah." Dengan senang hati Dae Hyun membawa istri kecilnya pergi bersamanya.     

Dae Hyun kemudian melajukan mobilnya kembali menuju ke hotel karena banyak pekerjaan yang sudah menumpuk.     

"Sayang, apakah aku harus pergi menemui ayahku?" tanya Soo Yin setelah beberapa saat berpikir. Ia sedang memikirkan perkataan Dokter Wang agar ibunya segera sembuh.     

"Sebaiknya kau mengatakannya terlebih dahulu kepada Mr. Peter karena hanya dia yang bisa membawamu ke sana," saran Dae Hyun. Mereka tidak tahu alamatnya secara pasti sehingga akan sulit untuk menemukannya.     

"Hmmm, nanti aku akan bertemu. Sebenarnya aku malas bertemu ayah tapi demi kesembuhan ibu, aku akan melakukan apapun," terang Soo Yin. Ia marah karena Richard Lee sudah meninggalkan ibunya di saat masa-masa tersulit.     

"Aku yakin ayahmu memiliki alasan yang tepat," tukas Dae Hyun.     

"Pantas saja semua anggota keluarga besarku selalu saja mencibirku, ternyata aku dan ibu memiliki nasib yang sama. Sama-sama dibohongi oleh pria yang sudah bersuami," ucap Soo Yin sembari menerawang kembali.     

Dae Hyun mendesah berat, cukup tersinggung dengan ucapan Soo Yin. Namun Dae Hyun enggan untuk menanggapi takut akan memicu pertengkaran yang berakibat pada hubungan mereka.     

"Aku terpaksa melakukannya. Jika kau mengetahuinya sejak awal mana mungkin kita menikah," tukas Dae Hyun dengan santai. Tidak ada penyesalan sama sekali meski sudah berbohong.     

"Tentu saja, siapa juga yang bersedia menikah dengan seseorang yang sudah bersuami," gerutu Soo Yin dengan bibir cemberut.     

"Apakah kau masih tidak bersedia sekarang?" goda Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya. Sengaja menggodanya agar suasana di antara mereka tetap hangat.     

"Sudah terlanjur basah jadi percuma saja mundur," sahut Soo Yin seraya mencebikkan bibirnya.     

"Baguslah, karena aku juga tidak akan melepaskanmu meski kau mundur," tukas Dae Hyun.     

Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun pura-pura marah. Cara memperlakukannya yang sangat baik membuat Soo Yin sulit untuk berpaling.     

Selama di perjalanan, mereka habiskan dengan mengobrol dan bercanda agar Soo Yin tidak terlalu sedih.     

Setengah jam perjalanan mereka sudah sampai di The Silla Seoul Hotel.     

"Aduh!" rintih Soo Yin saat sepatu hak tinggi yang dipakainya patah. Padahal baru saja memijakkan kakinya turun dari mobil.     

"Ada apa?" Dae Hyun lantas berlari ke sisi Soo Yin karena cemas Soo Yin kenapa-kenapa.     

"Sepatuku patah," sahut Soo Yin sembari menunjukkan sepatu yang sudah rusak. Beruntung kakinya tidak sampai terkilir.     

"Tidak apa-apa, nanti kita akan membelinya lagi," tukas Dae Hyun. Dengan gerakan cepat Hyun membopong tubuh Soo Yin ke dalam dekapannya. Melihatnya bertelanjang kaki membuat Dae Hyun tidak tega membiarkannya berjalan.     

"Dae Hyun, turunkan aku. Aku malu dilihat oleh semua karyawanmu," bisik Soo Yin sembari menyembunyikan wajahnya.     

"Aku lebih tidak tega membiarkanmu berjalan tanpa menggunakan alas kaki.     

Dae Hyun tidak peduli, ia terus berjalan melewati lobi menuju lift dimana banyak karyawan yang sedang mengisi absen.     

Para karyawan wanita merasa iri dengan tindakan Dae Hyun. Mereka ingin mendapatkan seorang pria yang memperlakukan wanita dengan baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.