Istri Simpanan

Bab 563 - Ada yang disembunyikan



Bab 563 - Ada yang disembunyikan

0Soo Yin sudah berada di sebuah restoran dimana Peter Anderson mengajak bertemu dengannya. Sedikit ia sudah bisa menebak apa yang mungkin akan dibicarakan oleh pria paruh baya itu. Pasti tidak akan jauh dari ayah dan ibunya.     
0

"Selamat siang, maaf jika aku datang agak lama," ujar Soo Yin. Sebelum berangkat ia pergi ke toko sepatu terlebih dahulu.     

"Duduklah, aku juga baru saja tiba," ujar Peter Anderson dengan wajah serius.     

Mereka hanya berdua di sana. Itu lebih nyaman karena tidak ada Gong Yoo.     

"Soo Yin, bagaimana keadaan ibumu sekarang? Apakah ada perubahan?" tanya Peter Anderson. Hal pertama yang ingin diketahuinya tentang wanita yang masih ada di hatinya.     

"Kami membawanya ke psikiater dan sekarang ibu harus dirawat. Karena depresi ibu sudah terlalu lama dokter menyarankan harus dirawat inap," ucap Soo Yin berusaha tersenyum tipis meski matanya terasa memanas. Hatinya sedih karena baru saja bertemu ibunya tapi kini sudah berpisah lagi.     

"Aku turut prihatin mungkin jika ayahmu tidak mengalami kecelakaan ibumu tidak akan seperti itu," terang Peter Andersson sembari menghela nafas berat.     

"Hmmm, lalu bagaimana dengan keadaan ayahku sekarang?" tanya Soo Yin. Sebenci apapun seorang anak kepada ayahnya pasti kelak akan merasa rindu dan ingin mengetahui kabarnya.     

"Ayahmu terlalu bersemangat saat mengetahui ibumu masih hidup hingga ia terjatuh saat menuruni anak tangga. Jika kau bersedia datanglah bersamaku ke Inggris," bujuk Peter Anderson.     

Soo Yin termenung karena tidak mungkin pergi ke suatu tempat yang bahkan tidak dikenalnya. Ada kecemasan jika keluarga besarnya tidak akan menerimanya.     

"Apakah kau mau? Ayahmu sangat ingin bertemu dengan kalian," ungkap Peter Anderson.     

"Ibuku sedang sakit sehingga tidak mungkin aku meninggalkannya." Soo Yin mendesah berat karena tidak mungkin ia datang sendiri menemui ayahnya.     

"Ayahmu juga sedang sakit, apakah kau tidak merasa peduli dengannya?"     

Soo Yin menundukkan kepalanya. Tidak tahu siapa yang harus disalahkan dalam hal ini. Mungkin ayahnya seperti Dae Hyun yang menginginkan perhatian dari gadis lain.     

"Aku takut keluarganya tidak menerima kami," ucap Soo Yin.     

"Itu sebabnya aku mengajakmu datang bersamaku. Soo Yin, aku mohon karena demi kesembuhan ayah dan ibumu," bujuk Peter kembali karena ia memang harus membawa salah satu di antara mereka oke Inggris.     

"Akan kupikirkan nanti karena Dae Hyun pasti tidak akan mengizinkannya."     

"Baiklah, jika kau bersedia besok kita akan berangkat karena aku cemas kondisi ayahmu semakin memburuk," ujar Peter Anderson.     

Setelah berbincang-bincang kemudian mereka melanjutkan makan malam bersama.     

==============================     

Villa Pyeongchang-dong,     

Hari sudah larut malam tapi Soo Yin masih terjaga. Dae Hyun mengatakan jika malam ini lembur sehingga akan pulang sampai larut.     

"Apa yang harus aku lakukan? Dae Hyun pasti tidak akan mengizinkan jika aku pergi." Soo Yin kemudian berbaring telentang sambil menatap langit-langit kamar. Waktunya besok siang rasanya sangat sulit bagi Soo Yin untuk meminta izin.      

Dae Hyun juga tidak mungkin ikut karena pekerjaannya menumpuk dan hotel membutuhkannya. Sekarang tidak semua pekerjaan bisa dilimpahkan ke Chang Yuan karena asistennya juga harus mengurus restoran.      

Soo Yin baru tersadar setelah Jean pergi, ia tidak lagi berkunjung ke restoran.     

Semakin malam angin berhembus cukup kencang seperti hendak hujan. Terdengar pula sesekali suara petir yang menggelegar.     

"Kenapa Dae Hyun belum pulang juga sampai sekarang?" gumam Soo Yin sembari bangkit kemudian beringsut ke tepian ranjang.     

Pikirannya terus memikirkan Dae Hyun karena khawatir jika mendadak ada badai saat perjalanan pulang. Di bukannya pintu balkon untuk memastikan jika Dae Hyun mungkin sudah menghentikan mobilnya di garasi.     

Namun suasana di luar cukup sepi. Hanya ada cahaya kilat yang mendebarkan karena disertai dengan suara guntur yang memecah keheningan malam.     

Tiba-tiba Soo Yin merasakan jika ada yang menyentuh bahunya dari belakang. Sentuhannya begitu dingin di kulit Soo Yin. Tubuhnya seketika gemetar dan bulu kuduknya juga merinding. Soo Yin hendak membalikkan tubuhnya tapi merasa takut.      

Mengapa rumah ini menjadi horor? Oh Tuhan, apakah di rumah ini ada hantu? Kenapa aku tidak pernah melihat sebelumnya?     

Soo Yin terus membatin sambil berdoa agar setan itu pergi? Namun perlahan hembusan angin membuat tengkuknya merasakan sesuatu.     

"Sayang, apa yang kau lakukan disini malam-malam?"     

Sebuah suara serak memecah keheningan dan suasana mencekam yang baru saja terjadi. Soo Yin lantas menolehkan kepalanya.     

Berdiri Dae Hyun di belakang Soo Yin dengan kondisi rambut dan baju yang basah seperti baru saja kehujanan. Pantas saja jika tangannya sedingin salju. Soo Yin sempat mengira jika ada vampir menerobos masuk ke dalam kamarnya.     

"Dae Hyun, kau mengejutkanku," gerutu Soo Yin lantas berhambur ke pelukan suaminya. Padahal tadi ia sudah ketakutan dan hampir berteriak jika saja Dae Hyun tidak membuka suaranya.     

"Bajuku basah, biarkan aku mandi dulu," tukas Dae Hyun.     

"Aku tidak melihat mobilmu berada di garasi tapi kenapa kau mendadak sudah berada di sini. Kupikir tadi ada hantu yang berkeliaran," ungkap Soo Yin untuk meluapkan segala yang ada di pikirannya.     

"Mobilku mogok sudah tidak jauh sehingga aku berjalan kaki. Apa yang kau pikirkan? Kenapa sampai sekarang aku belum juga tidur?"      

Dae Hyun tahu bagaimana istri kecilnya. Pasti sudah terjadi sesuatu atau ada hal yang mengganjal di hatinya. Itu sebabnya ia tidak bisa tidur.     

"Tentu saja memikirkanmu. Kau pikir aku memikirkan siapa lagi?" Bukannya melepaskan tapi Soo Yin justru semakin mengeratkan pelukannya.     

"Biarkan aku membersihkan tubuhku dan mengganti pakaian. Apakah kau ingin aku kedinginan? Maaf jika sudah membuatmu cemas," ucap Dae Hyun. Dikecupnya kening Soo Yin dengan lembut.     

Soo Yin perlahan melepaskan pelukannya meski masih merasa rindu. Padahal baru sehari tidak bertemu. Ia tidak bisa membayangkan jika sampai satu minggu bahkan satu tahun tidak bertemu belahan jiwanya.     

"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu," ujar Soo Yin sembari melepaskan dasi yang masih melingkar di leher suaminya. Kemudian melepaskan satu per satu kancing kemejanya hingga terbuka. Diusapnya dada bidang Dae Hyun pelan kemudian menempelkan pipinya lagi di sana seolah tidak ingin melepaskannya.     

Berada di dekat suaminya, kini ia justru menjadi ragu karena tidak ingin berpisah dengannya. Tapi Soo Yin juga harus memikirkan kedua orang tuanya. Ia harus mempertemukan mereka agar ibunya sembuh.     

Soo Yin melepaskan diri kemudian melangkah ke kanar mandi dengan perasaan dilema.     

Dae Hyun bisa merasakan jika Soo Yin malam ini tidak seperti biasanya. Terlihat sendu dan seperti ada yang disembunyikan olehnya.     

Namun saat ini Dae Hyun belum ingin menanyakannya. Biarlah Soo Yin nanti yang akan menceritakan semuanya.     

Tingkah Soo Yin semakin aneh karena bersedia menemani mandi Dae Hyun tanpa diminta. Ia duduk di pinggiran bak mandi sambil memainkan air sabun. Padahal biasanya Soo Yin akan selalu menghindar jika diminta menemani suaminya mandi. Karena Dae Hyun seringkali mengganggunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.