Istri Simpanan

Bab 567 - Bertemu ayah



Bab 567 - Bertemu ayah

0Tidak lama kemudian akhirnya mobil berhenti di sebuah bangunan besar bergaya Victoria. Rumah Victorian ini menggabungkan antara gaya desain kontemporer-modern dan desain tradisional.     
0

Rumah besar tersebut memiliki cupola pada bagian atap rumahnya. Cupola merupakan bagian atap yang menyembul di antara atap bangunan dengan bentuk yang hampir mirip dengan menara.     

Soo Yin keluar dari mobil sambil mengamati rumah itu. Terkejut sekaligus terpana melihat kediaman ayahnya di Inggris. Namun agak aneh karena rumah itu berdiri jauh dari keramaian.     

Di halaman juga sangat banyak penjaga yang membawa senjata. Siapa sebenarnya Richard Lee? Kenapa sampai sebanyak itu pengawal yang menjaga rumahnya? Hal itu masih tanda tanya besar yang ingin diketahui oleh Soo Yin.     

"Soo Yin, ayo masuk," ajak Gong Yoo sembari menyentuh lengan Soo Yin karena sejak tadi hanya berdiam diri hingga beberapa menit tanpa melangkah masuk.     

Soo Yin tersadar dari lamunannya kemudian ia mengikuti langkah Gong Yoo masuk ke dalam rumah melalui pintu utama yang terbuka lebar.      

Dindingnya berwarna gold yang memberikan kesan mewah. Banyak lukisan langka dan barang-barang antik yang berjejer di dinding.     

Meski rumah itu besar tapi ternyata di dalam sangat sepi. Seperti tidak berpenghuni. Lalu, untuk apa sebanyak itu orang-orang yang berjaga di luar?     

"Kenapa sepi sekali?" tanya Soo Yin. Bahkan suaranya langsung menggema di ruangan.     

"Mereka berada di belakang," sahut Gong Yoo dengan nada datar tanpa menjelaskan apa-apa lagi.     

Soo Yin pikir Gong Yoo akan mengajaknya menaiki tangga tapi ternyata terus melangkah keluar dari rumah utama. Namun Soo Yin enggan bertanya karena merasa sangat aneh.     

Setelah beberapa meter berjalan mereka masuk kembali ke dalam sebuah mansion yang lebih besar. Terletak tepat di belakang bangunan utama. Gaya rumah itu masih sama seperti rumah pertama yang mereka lewati.     

Barulah di rumah itu ada beberapa pelayan yang menyambut kedatangan mereka. Gong Yoo tampak berbicara dalam bahasa Inggris dengan salah satu pelayan.     

"Akhirnya kalian sampai juga. Naiklah ke atas," perintah Peter Anderson yang berdiri di ujung anak tangga bagian atas.     

Ada sedikit perasaan lega di hati Soo Yin setelah melihat Peter. Setidaknya mereka tidak berada di tempat yang salah.     

Dengan patuh Soo Yin menaiki anak tangga mengikuti Gong Yoo di belakangnya.     

"Selamat datang di rumah Tuan Richard Lee. Seharusnya ia menyambutmu tapi sayang sekali keadaan tidak memungkinkan," terang Peter Anderson.     

"Tidak masalah," sahut Soo Yin seraya tersenyum tipis.     

Peter Anderson membawa Soo Yin ke sebuah kamar dimana ada empat orang yang berjaga di depannya.     

"Masuklah." Pater mempersilahkan Soo Yin masuk setelah membuka pintunya.     

Mata Soo Yin membulat sempurna saat melihat ada seorang pria paruh baya yang terbaring di atas ranjang. Ia tidak mengenakan baju karena sebelah lengannya di perban. Entah apa yang terjadi pada Richard Lee sehingga bisa seperti itu.     

Sejenak Soo Yin menghentikan langkahnya karena masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Benarkah pria itu ayahnya? Wajahnya perpaduan antara orang eropa dan Asia. Rambutnya terlihat sudah memutih meski wajahnya belum terlalu tua.     

"Uhuk … uhuk … uhuk." Richard Lee terbatuk-batuk sambil berusaha untuk duduk di sisi ranjang meskipun terlihat sulit.     

"Tuan, tetaplah berbaring," ujar Peter sembari melangkah cepat menghampiri Richard Lee.     

"Aku hanya terlalu senang akhirnya bertemu dengan putriku," ucap Richard Lee sembari memandang ke arah Soo Yin dengan pandangan tidak percaya.     

Peter mengatakan jika ayahnya telah mengalami kecelakaan. Tapi kenapa lukanya tidak seperti habis kecelakaan? Ada tanda tanya besar yang memenuhi kepala Soo Yin.     

"Soo Yin, kemarilah," ujar Peter Anderson agar Soo Yin menghampiri ayahnya.     

Dengan helaan nafas berat akhirnya Soo Yin melangkah. Baginya masih terasa asing dengan pria yang ada di depannya karena yang terpatri dalam benaknya adalah Kim Nam yang merawatnya sejak kecil.     

"Peter, tinggalkan kami berdua sebentar," ujar Richard Lee karena ingin berbicara berdua saja dengan putrinya.     

Soo Yin memandang ke arah Peter sambil menggelengkan kepalanya. Memberi tanda agar pria itu tidak pergi meninggalkannya. Suasana di sana pasti akan terasa canggung jika hanya berdua. Karena Soo Yin tidak tahu bagaimana harus bersikap.     

"Baik, Tuan," sahut Peter kemudian berjalan mendekati Soo Yin.     

"Tidak usah cemas," ujar Peter sembari menepuk pundak Soo Yin untuk menghilangkan semua rasa khawatir di hatinya.     

"Duduklah, apakah kau tidak merindukan ayahmu yang sudah renta ini?" Richard Lee tersenyum hangat sembari menepuk tempat tidur yang kosong di sebelahnya.     

"Maaf, aku hanya belum terbiasa," sahut Soo Yin dengan jujur tanpa ingin menyembunyikan perasaannya saat ini.     

Meski ada rindu yang dirasakannya selama ini. Tapi entah kenapa perasaannya terasa hampa. Tidak sebahagia saat mengetahui jika ibunya masih hidup. Hal itu karena mungkin Soo Yin merasa jika ayahnya yang menyebabkan ibunya depresi meski Peter sudah menjelaskan semuanya.     

"Aku tahu mungkin kau menganggapku orang yang tidak bertanggung jawab karena sudah meninggalkan kalian saat masa-masa sulit. Jika saja aku tidak kembali ke sini mungkin ibumu tidak akan mengalami kehidupan yang pelik," ucap Richard Lee. Nada suaranya terdengar pilu dan penuh dengan rasa sesal.     

Soo Yin berusaha untuk tegar dan tidak meneteskan air mata. Meski ia bisa merasakan kepedihan yang dirasakan oleh ayahnya.     

"Akibat kesalahan anda, sejak kecil aku terkena imbasnya. Kenapa anda harus berbohong jika anda belum menikah padahal anda sudah memiliki istri?" ucap Soo Yin dengan bibir bergetar. Ia ingin jawaban yang paling jelas dari Richard Lee.     

Richard Lee mendesah panjang. Meski berusaha menjelaskan panjang lebar situasi saat itu, Soo Yin akan sulit untuk menerima.     

"Ibuku sangat tersiksa. Bahkan sejak kecil aku harus merasakan sakitnya saat orang-orang dan keluarga besarku menghinaku dengan sebutan anak simpanan. Aku pikir Kim Nam adalah ayahku, sehingga aku diam saja karena tidak ingin menyakiti perasaannya. Tapi ternyata Kim Nam adalah orang yang sudah berusaha keras untuk menjaga perasaanku. Rela mengorbankan keluarganya demi adiknya," lanjut Soo Yin dengan dada yang terasa sangat sesak. Air mata kini bercucuran karena tidak mampu membendung rasa kecewa dan kesedihan yang bercampur menjadi satu.     

Richard Lee kemudian menarik tangan Soo Yin dengan sebelah tangannya yang tidak sakit lalu mendekapnya ke dalam pelukan. Sudah lama ia menantikan saat-saat seperti ini.     

"18 tahun aku mencari keberadaan kalian hingga seluruh pelosok. Jika Peter tidak menemukanmu mungkin sampai sekarang aku masih mengira kalian susah tidak ada. Soo Yin, maafkan aku," ucap Richard Lee sembari memeluk Soo Yin dengan sebelah tangannya.     

Tangis Soo Yin langsung pecah karena untuk marah pun rasanya tidak mungkin. Namun ia butuh penjelasan agar bisa memaafkan kesalahan Richard Lee terhadap ibunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.